Pentingnya Menerapkan Model IRIO dalam Analisis Ekonomi Sektoral dan Spasial

pembangunan yang memasukkan aspek keruangan. Model Interregional Input- Output IRIO memiliki kapasitas tersebut. Apalagi, Indonesia adalah suatu negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau dengan beragam suku bangsa, adat istiadat, tingkat teknologi dan perkembangan ekonomi yang berbeda antardaerah atau antarpulau, adalah sangat riskan untuk mengabaikan aspek ruang, aspek daerah dan wilayah. Uppal 1986 mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah diikuti oleh semakin buruknya pemerataan pendapatan adalah merupakan suatu bukti pengabaian terhadap dimensi ruang dalam pembangunan. Kameo dan Rietvield 1987 mengatakan bahwa tidak ditemukan kecenderungan penurunan ketidakmerataan pendapatan per kapita antardaerah di Indonesia dalam periode 1975-1982. Toyomane 1988 dalam Muchdie 1998a, berpandapat bahwa dipandang dari sudut nasional, ketidakmerataan antarwilayah merupakan hal yang sangat peka dengan cara apa pun harus dihindari.

2.7 Pentingnya Menerapkan Model IRIO dalam Analisis Ekonomi Sektoral dan Spasial

Model IRIO selain mampu menggambarkan tentang struktur ketergantungan sektoral sectoral interdependency juga mampu menunjukkan ketergantungan regional regional interdependency, yaitu antara satu kegiatan ekonomi di suatu wilayah dengan kegiatan ekonomi di wilayah lainnya. Menurut Richardson 1972, bahwa model I-O daerah hanya menangkap keterkaitan antarindustri lokal, tetapi model mengabaikan keterkaitan ekonomi antardaerah. Model I-O daerah bersifat terbuka, maksudnya hanya mampu menelusuri pengaruh dari perubahan permintaan akhir di daerah setempat. Model tersebut tidak memperhitungkan sistem antardaerah, yaitu tidak melihat asal perubahan permintaan akhir dan tidak melihat juga umpan baik spill-over repercussion dari perubahan di luar terhadap aktivitas ekonomi di daerah. Secara singkat, model I- O daerah hanya memungkinkan kita memperhitungkan feedback antar industri di daerah saja tetapi tidak memperhitungkan feedback antardaerah. Kemudian, Goldman 1969 dalam Richardson 1972, berpendapat bahwa kontribusi I-O bagi analisis daerah tidak akan pernah mencapai keadaan yang mendekati potensi sebenarnya, kecuali sistem menyeluruh dari tabel I-O antardaerah sudah disusun. Richardson 1972, berpendapat bahwa istilah interregional model IRIO dan multiregional model MRIO boleh dipertukarkan. Istilah pertama mengacu pada kasus dimana daerah-daerah dalam model menyempurnakan suatu sistem misalnya komponen dari perekonomian. Sedangkan istilah kedua mengacu kepada sembarang kelompok daerah yang saling berkaitan yang sering membentuk sebagian dari perekonomian nasional. Menganalisis model I-O antardaerah memberikan beberapa keuntungan, diantaranya dengan kerangka kerja yang konsisten menyajikan pengecekan terhadap data itu sendiri. Misalnya total ekspor harus sama dengan total impor antardaerah. Dengan tersedianya I-O antardaerah memberikan tekanan yang kuat bagi studi-studi I-O daerah secara sekuensial. Tuntutan data I-O antardaerah, tidak berat secara proporsional, khususnya jika pemerintah rnengumpulkan informasi yang dibutuhkan sebagai bagian dari jasa pelayanan statistik. Data dasar untuk menyusun I-O antardaerah adalah permintaan akhir, koefisien teknis, dan perdagangan antardaerah tahunan. Tabel I-O antardaerah memiliki aplikasi yang lebih luas daripada I-O daerah. Polenske 1969 dalam Richardson 1972 merinci potensi penggunaan Tabel I-O antardaerah sebagai berikut: 1 Studi tentang pergeseran lokasi kegiatan industri dan tenaga kerja. 2 Estimasi perbedaan yang bersifat kedaerahan dan ciri industri dalam teknik produksi. 3 Menghitung neraca ekonomi antardaerah. 4 Studi dampak berlingkup daerah. 5 Studi program pembangunan ekonomi berlingkup daerah. 6 Perencanaan ketahanan masyarakat. Contoh kongkrit dari penggunaan Tabel I-O antardaerah adalah: 1 Perhitungan pengaruh pada daerah yang berbeda atas perubahan pada pengeluaran pemerintah pusat. 2 Mengevaluasi pengaruh dari pergeseran antardaerah dalam lokasi industri. 3 Pengukuran dan peramalan pasar ekspor dari suatu daerah. 4 Pengukuran dampak kenaikan tarif angkutan barang antardaerah terhadap produksi daerah dan perdagangan. 5 Penghitungan dampak limpahan spill-over effect perluasan pembangunan daerah kaya terhadap daerah miskin dan feedback antardaerah. Model IRIO membagi ekonomi nasional berdasarkan sektor dan daerah kegiatan Hulu, 1990, sedang struktur dasar model IRIO secara rinci telah dibahas dalam Muchdie 1998a, 1998b. Walaupun IRIO adalah model yang paling ideal, menurut Toyomane 1988 dalam Muchdie 1998b, model ini mempunyai dua masalah yang serius. Pertama, berkaitan dengan ketatnya asumsi yang menyatakan bahwa suatu komoditi yang diproduksi di suatu daerah, secara teknis berbeda dengan komoditi sama yang dihasilkan oleh daerah lainnya. Kedua, berkaitan dengan penerapan model IRIO. Untuk memperoleh estimasi nilai koefisien perdagangan diperlukan data arus perdagangan menurut daerah asal dan daerah tujuan serta menurut sektor produksi dan sektor konsumsi. Data seperti ini biasanya tidak tersedia, bahkan di Negara yang statistiknya sudah maju sekalipun. Untuk dapat memperolehnya diperlukan survei yang akan membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang banyak. Hal-hal inilah yang menyebabkan sangat sedikit negara yang sudah menyusun tabel IRIO. Untuk mengatasi masalah-masalah itu, berbagai model I-O mengenakan asumsi bahwa barang yang sama tidak lagi perlu dibedakan dari daerah asalnya. Dalam penerapannya, ada yang menggunakan perkiraan titik Chenery, 1956 dan Moses, 1955, dalam Muchdie 1998a, ada pula yang menggunakan teori gravitasi Leontief dan Strout, 1963, dalam Muchdie, 1998b dan ada yang menggunakan perumusan pemrograman linear Moses, 1960, dalam Muchdie 1998a.

2.8 Migrasi