10 4. Kerusakan tidak langsung dan tidak dapat dihitung, misalnya trauma, dan
kehilangan kepercayaan kepada pihak yang berwenang.
2.5 Kerugian Ekonomi Banjir
Smith 1981 melakukan penelitian mengenai penilaian dampak banjir besar di Lismore, NSW, Australia. Penilaian ini dilakukan dengan melakukan
perhitungan kerusakan aktual dan potensial terhadap sektor perumahan, komersial, dan industri. Berdasarkan hasil penelitian, besarnya kerusakan
langsung untuk keseluruhan daerah banjir di Lismore adalah US 600 per properti perumahan, US 5 500 untuk setiap unit komersial, dan US 13 000 untuk setiap
perusahan industri. Penelitian Tang et al. 1992, memperkirakan biaya kerusakan akibat banjir
di Bangkok. Survei dilakukan pada sampel dari 3 522 perusahaan dimana 1 041 berasal dari kawasan perumahan, 951 sektor komersial, 1 018 sektor pertanian,
dan 512 sektor industri. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan biaya kerusakan akibat banjir dengan memperkirakan fungsi biaya kerusakan banjir
dalam hal kedalaman dan jangka waktu menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian, kedalaman banjir dan durasi mempengaruhi
kerusakan di daerah pemukiman. Umumnya pada sektor komersial, durasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kerusakan yang ditimbulkan. Kerusakan yang
ditimbulkan yaitu barang dan properti di dalam bangunan. Pada properti industri, biaya kerusakan mesin dan peralatan tetap bergerak bergantung pada faktor
kedalaman dan durasi. Berdasarkan hasil studi Tang et al. 1992, dapat disimpulkan bahwa fungsi biaya kerusakan banjir melalui analisis regresi
berganda menjadi alat yang berguna dalam perhitungan sistematis kerusakan banjir.
Menurut Messner dan Meyer 2004, jumlah aktual sebenarnya kerusakan banjir dari suatu peristiwa banjir tergantung pada kerentanan vulnerability dari
faktor sosio-ekonomi dan sistem ekologi yang terkena dampak. Secara umum, sesuatu yang lebih berisiko mengalami kerusakan atau kerugian lebih rentan
terhadap dampak kerusakan atau kerugian tersebut. Setiap analisis kerentanan
11 banjir memerlukan informasi mengenai indikator elemen yang berisiko element
at risk , exposure indicators, dan indikator kerentanan susceptibility indicators.
Elemen berisiko elemet at risk menentukan jumlah unit sosial, unit ekonomi, unit ekologi atau sistem yang berisiko terkena dampak yang dapat
mengenai masyarakat, rumah tangga, perusahaan, produksi ekonomi, gedung publik dan swasta, infrastruktur publik, aset budaya, dan spesies. Exposure
indicators membedakan dua kategori. Kategori pertama diperlukan untuk
melambangkan jenis elemen tindakan yang berbeda risikonya. Indikator memberikan informasi tentang lokasi berbagai elemen berisiko, ketinggian,
kedekatan dari sungai jarak ke sungai, kedekatan dengan daerah genangan air. Secara keseluruhan, indikator ini menginformasikan frekuensi banjir di daratan
dan ancaman terhadap berbagai elemen berisiko yang terendam. Indikator kerentanan susceptibility indicators mengukur seberapa sensitif elemen berisiko
element at risk berperilaku ketika dihadapkan dengan beberapa jenis bahaya. Indikator kerentanan susceptibility indicators dalam arti yang luas yaitu
indikator yang berhubungan dengan kemampuan atau kapasitas para aktor untuk mengatasi konsekuensi dari bahaya serta untuk membangun kembali kondisi
sebelumnya.
2.6 Stage Damage Function
Smith 1994 mengembangkan konsep Stage Damage Function SDF yang digunakan untuk mengevaluasi kerugian akibat banjir perkotaan di Afrika Selatan.
SDF merupakan suatu model dimana kedalaman banjir digunakan sebagai variabel bebas di dalam fungsi. Menurut Suriya et al 2012, data SDF diperoleh
berdasarkan informasi dari survei menggunakan kuesioner. SDF merupakan bagian penting dalam penilaian kerusakan. Hal ini diperlukan untuk menilai
manfaat langkah-langkah pencegahan banjir Smith 1994.
2.7 Normalisasi Sungai
Program normalisasi sungai bertujuan untuk menciptakan kondisi sungai dengan lebar dan kedalaman tertentu sehingga sungai tersebut mampu
mengalirkan air sampai pada tingkat tertentu sehingga tidak terjadi luapan dari
12 sungai tersebut. Normalisasi sungai merupakan kegiatan membersihkan sungai
dari endapan lumpur dan memperdalamnya agar kapasitas sungai dalam menampung air dapat meningkat. Hal Ini dilakukan dengan cara mengeruk sungai
tersebut di titik-titik rawan kemacetan aliran air. Upaya pemulihan lebar sungai merupakan bagian penting dari program normalisasi sungai. Pelebaran sungai juga
meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung dan mengalirkan air ke laut. Saat ini, Sungai Pesanggrahan memiliki luas Daerah Aliran Sungai DAS
dibagian hulu 67.515 km
2
dan panjang sungai 66,7 km
2
. Proses normalisasi Sungai Pesanggrahan dilakukan di dua wilayah, yaitu Jakarta Selatan dan Jakarta
Barat. Sungai tersebut rencananya akan dilebarkan menjadi 65 meter. Total panjang proyek normalisasi sungai mencapai 26,74 kilometer yang dikerjakan
oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane BBWSCC dari Kementrian Pekerjaan Umum
6
. Melalui normalisasi maka kapasitas tampung debit air menjadi meningkat dari 30 m
3
detik menjadi 220 m
3
detik
7
. Pekerjaan normalisasi dibagi dalam tiga paket meliputi pengerukan alur
sungai, perkuatan tebing, jalan inspeksi, jembatan dan pintu air dan saluran. Paket I dimulai dari Jembatan H.Hamid
– Jembatan Pos Pengumben 7 750 km. Paket II mulai dari Jembatan Pos Pengumben
– Jembatan Bintaro Raya 7 730 km. Sedangkan paket III, dimulai dari Jembatan Bintaro Raya
– Jembatan Cireundeu RayaLebak Bulus sepanjang 11 260 km
8
.
2.8 Adaptasi
Adaptasi adalah proses dimana suatu perubahan diatasi dengan respon dari perubahan tersebut Gallopin 2006. Adaptasi dilatarbelakangi oleh berbagai
faktor termasuk perlindungan terhadap kesejahteraan dan keselamatan. Hal tersebut dapat dilakukan secara individu atas dasar kepentingan pribadi, atau
6
http:megapolitan.kompas.comread2013040421194575Normalisasi.Sungai.Pesanggrahan.Te rkendala.Para.Pemukim.Liar
diakses tanggal 4 April 2013
7
http:wartakota.tribunnews.comdetilberita108676Normalisasi-Kali-Pesanggrahan-Terganggu- Banjir
diakses tanggal 9 April 2013
8
http:barat.jakarta.go.idv09index.php?option=com_contentview=articleid=1046:warga- kebon-jeruk-dan-kelapa-dua-ikut-sosialisasi-normalisasi-kali-pesanggrahan-catid=4:info-
pembangunanItemid diakses tanggal 5 Maret 2013