Gambar 7. Klasifikas hubungan molar menurut Angle A Klas I B Klas II C Klas I
33
2.2 Leeway space
Nance menyatakan bahwa Leeway space terjadi akibat adanya perbedaan lebar mesiodistal gigi kaninus dan molar desidui dengan gigi pengganti yaitu gigi
kaninus dan premolar permanen. Menurut Nance, besar Leeway space pada rahang atas 0,9 mm pada setiap sisinya dan pada rahang bawah 1,7 mm pada setiap sisi.
9,10
Namun ukuran Leeway space dapat berkurang ketika gigi desidui mengalami karies, sehingga mempengaruhi panjang
dari lengkung rahang yang juga merupakan tempat erupsinya gigi permanen. Oleh sebab itu, pemanfaatan Leeway space selama periode
gigi bercampur mempunyai pengaruh yang sangat besar.
5,11
Klinisi juga dapat memanfaatkan nilai dari Leeway space untuk mengoreksi crowded pada periode gigi
bercampur.
11
Ukuran Leeway space pada rahang bawah lebih besar dibandingkan rahang atas. Hal ini berhubungan dengan ukuran gigi molar desidui rahang bawah yang lebih
besar dibandingkan gigi molar desidui rahang atas.
12
Selain itu, ukuran gigi molar kedua desidui memiliki selisih lebih besar hingga 2 mm dibandingkan gigi premolar
kedua permanen. Gigi molar rahang bawah biasanya bergerak lebih ke mesial dibandingkan gigi molar rahang atas, sehingga sekitar 2 mm dari Leeway space akan
digunakan untuk pergerakan ke anterior oleh gigi molar permanen.
11
Gambar 8. Leeway space
3
2.3 Analisis dalam Memprediksi Gigi Kaninus dan Premolar yang akan Erupsi
Analisis dalam memprediksi gigi kaninus dan premolar yang akan erupsi merupakan hal yang sangat penting dalam menetapkan diagnosis dan rencana
perawatan. Beberapa literatur mengelompokkan analisis tersebut dalam tiga
kelompok yaitu: analisis dengan menggunakan radiografi, analisis dengan persamaan regresi dan analisis kombinasi.
19,20
Analisis dengan menggunakan radiografi diperkenalkan oleh Nance, Bull dan Huckaba. Analisis ini menggunakan foto periapikal dan sefalometri dalam
memprediksi gigi kaninus dan premolar permanen yang akan erupsi. Namun, dalam
menggunakan analisis ini tidak selalu efektif dikarenakan hasil foto dapat mengalami distorsi, elongasi, maupun kesalahan teknik pengambilan gambar yang dapat
mempengaruhi keakuratan hasil pengukurannya.
13,15
Analisis dengan persamaan regresi merupakan analisis yang paling banyak digunakan khususnya analisis Moyers dan Tanaka-Johnston.
21
Analisis ini menghubungkan lebar mesiodistal gigi yang telah erupsi terhadap lebar mesiodistal
gigi yang belum erupsi. Analisis dengan persamaan regresi digunakan oleh Ballard dan Wylie, Moyers dan Tanaka-Johnston. Analisis ini sangat sederhana karena tidak
memerlukan peralatan khusus seperti halnya radiografi serta dapat dilakukan bagi pemula maupun yang sudah ahli.
9,10
Analisis kombinasi merupakan analisis dengan menggunakan gabungan teknik radiografi dan perhitungan model untuk memprediksi jumlah lebar mesiodistal
gigi kaninus dan premolar yang akan erupsi.
22,34
Analisis ini digagas oleh Hixon dan
Oldfather, namun pada tahun 1984 Stanley dan Kerber memodifikasi analisis ini sehingga standard error of estimate turun menjadi 0,44 yang sebelumnya 0,57.
Bila nilai dari standard error of estimate semakin kecil, maka semakin akurat suatu
analisis. Analisis kombinasi merupakan analisis yang memiliki standard of error yang paling kecil dibanding analisis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa analisis ini
paling akurat.
22
Tabel 1. Perbandingan dari Standard of estimate dari Berbagai Analisis Gigi Bercampur
34
Rahang Metode prediksi
Standard error mm
Atas Iowa, 1984
0,48 Atas
Tanaka-Johston, 1974 0,86
Atas Moyers, 1988
1,0 Bawah
Revisi Hixon-Oldfather, 1980 0,44
Bawah Iowa, 1984
0,48 Bawah
Hixon-Oldfather, 1958 0,57
Bawah Tanaka-Johston, 1974
0,85 Bawah
Moyers, 1988 1,1
Standard error of estimate pada satu sisi rahang
2.3.1 Analisis Moyers
Analisis Moyers merupakan salah satu analisis persamaan regresi yang banyak digunakan oleh klinisi. Moyers menggunakan keempat gigi insisivus rahang
bawah untuk memprediksi gigi kaninus dan premolar yang belum erupsi baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisivus permanen rahang bawah dipilih
dalam pengukuran analisis Moyers karena gigi insisivus memiliki korelasi yang cukup besar dengan gigi kaninus dan premolar yang akan erupsi. Selain itu, gigi
insisvus merupakan gigi yang muncul pertama kali pada rongga mulut saat periode gigi bercampur, mudah diukur secara akurat, memiliki bentuk variasi yang kecil, dan
secara langsung seringkali terlibat dalam masalah penanganan ruang.
2,17
Analisis Moyers memiliki banyak keunggulan seperti: dapat dilakukan dengan waktu yang cepat, tidak memerlukan alat khusus seperti radiografi dan dapat
dilakukan oleh pemula karena tidak membutuhkan keahlian khusus. Analisis ini juga dapat digunakan menganalisis kedua lengkung rahang baik pada rahang atas maupun
rahang bawah.
2,23,33
Moyers menggunakan tabel probabilitasas dengan tingkat kepercayaan 5-95. Namun Moyers merekomendasikan pada derajat kepercayaan
75 sebagai acuan karena tingkat tersebut dianggap aman dari maloklusi baik crowded maupun diastema.
2,17
Adapun cara penggunaan tabel probabilitas Moyers adalah sebagai berikut :
2,33
1. Lebar mesiodistal keempat gigi insisvus permanen bawah diukur dan dijumlahkan.
2. Jika terdapat gigi insisivus yang berjejal, tandai jarak antar insisivus dalam lengkung gigi tiap kuadran dimulai dari titik kontak gigi insisivus sentralis
mandibula. 3. Gunakan jumlah lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah
untuk memprediksi jumlah lebar mesiodistal kaninus, premolar pertama dan premolar kedua pada rahang bawah dan rahang atas dengan menggunakan tabel probabilitias
derajat kepercayaan 75. 4. Tentukan jumlah ruang yang tersedia pada regio kaninus-premolar dengan
mengukur jarak antara distal insisivus lateral sampai mesial molar pertama permanen. 5. Bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diprediksi
dari tabel pada rahang atas dan rahang bawah. Jika diperoleh negatif, maka disimpulkan adanya kekurangan ruang.
2.4 Metode Pengukuran Mesiodistal Gigi
2.4.1 Metode Moorrees
Metode Moorress diperoleh dengan cara mengukur lingkaran terbesar diantara titik kontak interdental gigi dengan menggunakan kaliper yang diletakkan sejajar
dengan bidang oklusal gigi Gambar 9 A.
35
2.4.2 Metode Mullen
Mullen dkk., dalam penelitiannya melakukan pengukuran mesiodistal gigi menggunakan kaliper digital dengan cara meletakkkan ujung tip kaliper tegak lurus
dengan bidang oklusal gigi Gambar 9 B.
36
Sutan dalam penelitiannya menyatakan metode Mullen lebih mudah dilakukan dan dapat dilakukan pada gigi yang
mengalami rotasi.
37
Gambar 9. Pengukuran lebar mesiodistal gigi pada model dengan A metode Moorreess dan B metode Mullen
2.5.1 Faktor yang mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi
2.5.1 Ras
Lavelle menyatakan dalam penelitiannya bahwa gigi insisivus sentralis dan insisivus lateralis mandibula pada populasi Mongoloid adalah 0,17 mm lebih kecil
dibandingkan pada populasi Kaukasoid. Sementara pada gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua mandibula pada populasi Mongoloid adalah lebih besar
1,30 mm dibandingkan pada populasi Kaukasoid. Penelitian Sumantri menyatakan bahwa ukuran gigi permanen pada suku Jawa lebih besar dibandingkan dengan
ukuran suku Kaukasoid. Hal ini menunjukkan bahwa, terdapat variasi ukuran gigi pada kelompok ras yang berbeda.
38
A B
2.5.2 Genetik
Penelitian Kabban pada tahun 2011 mengukur ukuran dan bentuk gigi pada anak kembar menemukan adanya kesamaan dari ukuran dan bentuk gigi pada kembar
monozigot serta terdapat hubungan faktor genetik yang kuat terhadap ukuran gigi dan morfologi gigi.
10
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara faktor genetik dengan ukuran gigi.
2.5.3 Jenis Kelamin
Menurut Arya, hampir semua gigi permanen pria memiliki ukuran yang lebih besar dibanding wanita kecuali pada gigi insisivus permanen pertama bawah
cit.Budiman.
39
Penelitian lainnya oleh Sutan menyatakan terdapat diskrepansi lebar mesiodistal gigi geligi laki-laki dan perempuan suku Batak yaitu pada gigi kaninus
rahang atas, kaninus rahang bawah, premolar pertama rahang bawah, dan premolar kedua rahang bawah, sehingga secara keseluruhan lebar mesiodistal gigi geligi lelaki
lebih besar dibandingkan perempuan.
37
2.5.4 Lingkungan
Dempsey dan Townsend menyakan bahwa ukuran gigi dikontrol oleh faktor genetik dan lingkungan. Ukuran gigi akan terus bervariasi selama berlangsungnya
evolusi manusia. Sesuai dengan penelitian Bailit yang menyatakan variasi ukuran gigi merupakan cerminan proses evolusi yang sedang berlangsung dan ukuran gigi
berhubungan dengan faktor genetik, sedangkan faktor lingkungan setelah kelahiran hanya mempengaruhi sedikit.
38
2.6 Suku Batak
Di dunia secara umum ada tiga ras manusia, yaitu ras Kaukasoid, ras Mongoloid, dan ras Negroid. Sebagian besar penduduk Indonesia didominasi oleh ras
PaleoMongoloid yang merupakan turunan dari ras Mongoloid. Ras Paleomongoloid merupakan sebutan yang diberikan oleh Von Eickstedt untuk ras Melayu. Ras Melayu
terdiri atas dua kelompok yaitu Proto-Melayu Melayu tua dan Deutro-Melayu Melayu muda. Yang termasuk pada ras Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak
dan Toraja sedangkan ras Deutro-Melayu yaitu Aceh, Minangkabau, Bugis, Manado Pesisir, Sunda Kecil Timur dan Melayu.
27
Ciri fisik dari kedua ras ini sangat berbeda, ras Proto-Melayu memiliki bentuk kepala yang lebih panjang dolichocephalic
sedangkan pada ras Deutro-Melayu memiliki bentuk kepala yang lebih pendek brachycephalic.
14
Suku Batak yang merupakan bagian dari ras Proto-Melayu serta merupakan suku terbesar pada penduduk Kota Medan. Menurut Badan Pusat Statistik Sumatera
Utara tahun 2000, persentase penduduk Kota Medan berdasarkan suku yaitu Batak 34,40, Jawa 33,03, Tionghoa 10,65, Minangkabau 8,60, Melayu
6,59, Aceh 2,78, Sunda dan etnis lainnya 3,95.
28
Suku Batak sendiri terdiri dari enam sub-suku yaitu : Toba, Simalunguun, Karo, Mandailing, Angkola, dan
Pakpak.
40
2.7 KERANGKA TEORI