Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Leeway space

Minangkabau 8,60, Melayu 6,59, Aceh 2,78, Sunda dan etnis lainnya 3,95. 28 Penelitian mengenai nilai rata-rata Leeway space pada ras Deutro-Melayu di Kota Medan dengan menggunakan tabel Moyers telah dilakukan sebelumnya. Namun, ukuran Leeway space pada setiap suku bangsa di Indonesia sangat bervariasi termasuk pada suku Batak. Oleh karena itu, peneliti ingin melanjutkan penelitian untuk mendapatkan nilai rata-rata Leeway space pada murid Sekolah Dasar suku Batak di Kota Medan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam menentukan besar Leeway space serta menyusun rencana perawatan ortodonsia pada pasien suku Batak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa besar prediksi nilai rata-rata Leeway space murid Sekolah Dasar suku Batak di Kota Medan. 2. Apakah ada perbedaan nilai rata-rata Leeway space antara murid Sekolah Dasar laki-laki dan perempuan suku Batak di Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prediksi nilai rata-rata Leeway space murid Sekolah Dasar suku Batak di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai rata-rata Leeway space antara murid Sekolah Dasar laki-laki dan perempuan suku Batak di Kota Medan. 1.4 Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan nilai rata-rata Leeway space antara murid Sekolah Dasar laki-laki dan perempuan suku Batak di kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam memprediksi nilai rata-rata Leeway space pada suku Batak. 2. Dapat di aplikasikan dan membantu klinisi ortodontis dalam menentukan rencana perawatan pada fase gigi bercampur.

1.5.2 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan atau kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya dokter gigi, dokter umum, dll. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Gigi

Perkembangan gigi dimulai selama minggu ke-6 perkembangan embrio. Perkembangan gigi setiap individu dimulai dengan pembentukan suatu benih gigi. Benih gigi tersebut berasal dari dua jaringan embrio yaitu bagian yang berkembang dari lamina gigi yang berasal dari ektodermal dan bagian lain dari mesenkim yang terletak di mandibula ektodermal. 29 Perkembangan gigi terbagi atas 4 periode, yaitu periode predental, periode gigi desidui, periode gigi bercampur dan periode gigi permanen. 7-9

2.1.1 Periode Predental

Periode predental dimulai setelah lahir hingga usia 6 bulan. 7-9 Pada fase ini, prosesus alveoris masih berbentuk bantalan gusi. Bantalan gusi berwarna merah jambu, padat dan ditutupi selapis jaringan ikat padat fibrous periosteum. Pada rahang atas bantalan gusi berbentuk tapal kuda sementara pada rahang bawah berbentuk U. 7,8,30 Bantalan gusi dipisahkan oleh dental groove sehingga menjadi dua bagian yaitu bagian labiobukal dan bagian lingual. Bagian bantalan gigi tersebut kemudian terbagi menjadi sepuluh segmen oleh adanya transverse grooves yang setiap segmennya berisi satu sakus gigi desidui. 8 Bantalan gusi pada rahang atas maupun rahang bawah hampir memiliki ukuran yang sama. Namun pada rahang atas lebih luas dibanding dengan rahang bawah sehingga ketika keduanya dikontakkan terdapat rongga pada bagian anterior. 8 Keadaan ini merupakan hal yang normal dan dapat membantu dalam proses menyusui Gambar 1. 7,8 Gambar 1. Bantalan gusi A rahang atas B rahang bawah 7

2.1.2 Periode Gigi Desidui

Periode gigi desidui dimulai sejak erupsi gigi pertama desidui yaitu pada usia 6 bulan hingga erupsi gigi pertama permanen pada usia sekitar 2,5 hingga 3 tahun. 30 Pada periode ini lengkung gigi berbentuk oval dengan overbite serta dijumpai celah diantara gigi desidui yang disebut dengan physiological space atau developmental space. Ketiadaan celah gigi ini dapat mengindikasikan bahwa gigi tersebut kemungkinan akan mengalami crowding dikarenakan ukuran gigi permanen yang akan erupsi berukuran lebih besar. Selain itu, pada periode ini juga dijumpai adanya celah pada mesial gigi kaninus rahang atas dan distal kaninus rahang bawah yang disebut juga primate space atau anthropoid space atau simian space Gambar 2. 8,30 Selama periode gigi desidui overbite, overjet, dan hubungan anteroposterior tidak berubah secara signifikan kecuali oleh adanya faktor seperti trauma, kebiasaan dan karies. 9 Urutan erupsi gigi pada periode ini dapat bervariasi namun memiliki ciri yang khas sebagai berikut: 30 • Dimulai dengan erupsinya gigi insisivus sentralis rahang bawah • Diikuti dengan insisivus sentralis desidui rahang atas • Gigi insisivus lateralis desidui rahang atas • Gigi insisivus latrealis desidui rahang bawah • Molar pertama desidui baik pada rahang atas dan rahang bawah • Gigi kaninus desidui rahang atas dan bawah • Gigi molar kedua desidui rahang bawah lalu molar kedua desidui rahang atas. Gambar 2. Periode gigi desidui 30

2.1.3 Periode Gigi Bercampur

Periode gigi bercampur dimulai sejak usia 6 tahun hingga pada usia 12 tahun. Periode ini ditandai dengan erupsinya gigi molar pertama permanen. 7,8,31 Periode ini merupakan periode yang paling kritis dalam perkembangan oklusi, sebab pada periode ini oklusi bersifat sementara dan tidak statis sehingga memungkinkan berkembangnya maloklusi. 6 Bhalajhi mengklasifikasi periode gigi bercampur menjadi tiga fase yaitu fase transisi pertama, inter-transisi dan transisi kedua. 8

2.1.3.1 Fase transisi pertama

Fase transisi pertama ditandai dengan erupsinya molar petama permanen dan pergantian gigi insisivus desidui dengan gigi insisivus permanen. Lokasi dan hubungan molar pertama permanen sangat bergantung pada kontak permukaan distal molar kedua desidui rahang atas dan rahang bawah. Molar pertama permanen dituntun ke dalam lengkung gigi oleh permukaan distal dari molar kedua desidui. 8 Hubungan mesiodistal antara permukaan distal rahang atas maupun rahang bawah molar kedua desidui dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu : 7-9 a. Flush terminal plane Flush terminal plane merupakan keadaan ketika permukaan distal molar kedua desidui rahang atas dan rahang bawah berkontak pada satu dataran vertikal sehingga diperoleh relasi molar pertama tonjol lawan tonjol. Keadaan ini dapat terkoreksi dengan pergerakan molar rahang bawah ke depan sejauh 3-5 mm terhadap rahang atas dengan memanfaatkan developmental space maupun Leeway space yang ada sehingga relasi molar Klas I Angle dapat tercapai. 7,8 Penelitian Nance menyatakan dari 122 subjek penelitian selama 8 tahun dengan hubungan flush terminal plane, 56 berkembang menjadi oklusi Klas I Angle. 10 Pergeseran molar dari flush terminal plane menjadi Klas I Angle dapat terjadi dengan dua cara yaitu : early mesial shift dan late mesial shift. 7,8,30,31 • Early mesial shift terjadi karena adanya tekanan erupsi gigi molar pertama permanen terhadap gigi molar pertama dan kedua desidui sehingga menutup primate space dengan demikian terbentuklah hubungan molar Klas I Angle Gambar 3 A. • Late mesial shift terjadi karena hilangnya gigi molar kedua desidui sehingga gigi molar pertama permanen rahang bawah bergerak ke mesial. Akibat adanya perbedaan mesiodistal dari mahkota gigi molar kedua desidui pada rahang atas, sehingga kehilangan tersebut menghasilkan pergerakan mesial yang besar oleh molar permanen rahang bawah Gambar 3 B. Gambar 3. Pergeseran molar a Early shift b Late shift 7 A B b. Mesial step terminal plane Mesial step terminal plane yaitu ketika permukaan distal molar kedua desidui rahang bawah lebih ke mesial dari pada molar kedua desidui rahang atas sehingga saat gigi molar permanen erupsi akan terbentuklah hubungan molar Klas I Angle Gambar 4. Tipe ini paling sering terjadi sehingga menyebabkan pertumbuhan rahang bawah ke depan. Jika perubahan pertumbuhan rahang bawah terus berlanjut dan menetap maka dapat menyebabkan relasi molar Klas III Angle. Namun, bila pertumbuhan dari rahang bawah minimal, hal tersebut dapat menyebabkan relasi Klas I Angle. 7-9,30 c. Distal step terminal plane Distal step terminal plane merupakan keadaan dimana permukaan distal molar kedua desidui rahang bawah lebih distal daripada molar kedua desidui rahang atas Gambar 4. Kemungkinan relasi molar pada tipe ini adalah Klas II Angle. 7-9,30 Gambar 4. Hubungan oklusal pada gigi desidui dan gigi permanen 30 Selama fase transisi pertama terjadi perubahan inklinasi pada gigi insisivus. Hal ini disebabkan gigi insisisvus desidui akan digantikan oleh gigi insisivus permanen. 7,8,30 Gigi insisivus desidui lebih tegak dibandingkan gigi insisivus permanen sehingga saat gigi insisivus permanen erupsi inklinasi lebih ke arah labial Gambar 5. Perbedaan mesiodistal antara insisivus desidui dan permanen disebut dengan incisal liability. Pada segmen anterior, keempat insisivus permanen rahang atas rata-rata 7,6 mm lebih besar daripada insisivus desidui. Sedangkan insisivus permanen mandibula rata-rata 6,0 mm lebih besar daripada insisivus desidui. 8 Gambar 5. Pandangan sagital perbedaan inklinasi gigi insisivus permanen dan desidui 32

2.1.3.2 Fase inter-transisi

Fase inter-transisi merupakan fase yang cukup stabil karena hanya terjadi sedikit perubahan. Fase ini memiliki karakteristik yaitu : 7 • Bagian oklusal dan interproksimal dari gigi desidui terlihat rata karena bentuk dari bagian oklusal yang menyerupai dataran. • Ugly duckling stage. • Pembentukan akar gigi pada gigi insisivus, kaninus dan molar yang akan erupsi yang meningkatkan puncak prosesus alveolar. • Resopsi akar dari gigi molar desidui. Ugly duckling stage menurut Broatbent merupakan fase transisi atau maloklusi yang dapat terkoreksi sendiri yang terlihat pada regio insisivus rahang atas yang terjadi pada usia 8 hingga 9 tahun. Kondisi ini akan terkoreksi bila benih gigi kaninus permanen yang akan erupsi akan menolak akar gigi insisivus lateralis permanen rahang atas sehingga mendorong gigi insisivus lateralis ke mesial. Saat gigi kaninus erupsi, gigi insisivus lateralis dapat menegakkan diri dan diastema tertutup Gambar 6. 7,8,30 Gambar 6. Ugly duckling stage 30

2.1.3.3 Fase transisi kedua

Fase transisi kedua ditandai dengan pergantian gigi molar dan kaninus desidui dengan gigi premolar dan kaninus permanen. 8,29 Umumnya lebar mesiodistal dari gigi kaninus dan premolar permanen lebih kecil dibandingkan dengan gigi kaninus dan molar desidui. Perbedaan ukuran ini menyebabkan adanya kelebihan ruang yang disebut dengan Leeway space. 9,10

2.1.4 Periode Gigi Permanen

Periode gigi permanen ditandai dengan erupsinya semua gigi permanen kecuali gigi molar ketiga. Urutan erupsi dimulai dengan gigi molar pertama permanen rahang bawah, diikuti gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus, premolar pertama, premolar kedua, dan molar kedua. Sementara pada rahang atas, premolar pertama dan kedua erupsi terlebih dahulu kemudian diikuti kaninus. 10,29,30 Pada periode ini Angle mengklasifikasi 3 jenis oklusi yaitu Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle. - Klas I Angle yaitu saat tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang atas tepat pada bukal groove molar pertama permanen rahang bawah. Keadaan ini disebut juga dengan Neutrocclusion. - Klas II Angle yaitu saat tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang atas lebih ke mesial dari bucal groove molar pertama rahang bawah sehingga keaadan ini disebut juga dengan distoclusion. - Klas III Angle yaitu keadaan ketika tonjol mesiobukal molar pertama rahang atas lebih ke distal dari bucal groove molar pertama rahang bawah sehingga keadaan ini disebut juga sebagai mesiocclusion Gambar 7. 9,10,32 Gambar 7. Klasifikas hubungan molar menurut Angle A Klas I B Klas II C Klas I 33

2.2 Leeway space

Nance menyatakan bahwa Leeway space terjadi akibat adanya perbedaan lebar mesiodistal gigi kaninus dan molar desidui dengan gigi pengganti yaitu gigi kaninus dan premolar permanen. Menurut Nance, besar Leeway space pada rahang atas 0,9 mm pada setiap sisinya dan pada rahang bawah 1,7 mm pada setiap sisi. 9,10 Namun ukuran Leeway space dapat berkurang ketika gigi desidui mengalami karies, sehingga mempengaruhi panjang dari lengkung rahang yang juga merupakan tempat erupsinya gigi permanen. Oleh sebab itu, pemanfaatan Leeway space selama periode gigi bercampur mempunyai pengaruh yang sangat besar. 5,11 Klinisi juga dapat memanfaatkan nilai dari Leeway space untuk mengoreksi crowded pada periode gigi bercampur. 11 Ukuran Leeway space pada rahang bawah lebih besar dibandingkan rahang atas. Hal ini berhubungan dengan ukuran gigi molar desidui rahang bawah yang lebih besar dibandingkan gigi molar desidui rahang atas. 12 Selain itu, ukuran gigi molar kedua desidui memiliki selisih lebih besar hingga 2 mm dibandingkan gigi premolar kedua permanen. Gigi molar rahang bawah biasanya bergerak lebih ke mesial dibandingkan gigi molar rahang atas, sehingga sekitar 2 mm dari Leeway space akan digunakan untuk pergerakan ke anterior oleh gigi molar permanen. 11 Gambar 8. Leeway space 3

2.3 Analisis dalam Memprediksi Gigi Kaninus dan Premolar yang akan Erupsi