Latar Belakang Tinjauan Yuridis Hak Dan Bagian Anak Laki-Laki (Studi Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.120/Pdt-G/2007/PA-TTD)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap harta yang ditinggalkan oleh seseorang baik yang bersifat harta benda bergerak maupun harta benda yang tidak bergerak akan menjadi harta warisan seseorang yang telah meninggal dunia. Begitu seseorang dinyatakan telah meninggal, pada saat itu juga semua hartanya secara otomatis menjadi harta warisan bagi ahli waris yang ditinggalkannya tanpa terkecuali. Menerapkan dan memakai hukum waris Islam ketika melakukan pembagian warisan adalah merupakan kewajiban yang harus ditaati oleh setiap muslim. Hal ini harus sesuai dengan bunyi Surat An Nisa ayat 13 dan 14, di mana Allah akan menempatkan sorga selama-lamanya bagi orang-orang yang menaati ketentuan pembagian harta pusaka dan memasukkan ke neraka untuk selama- lamanya bagi orang-orang yang tidak mengindahkannya. Rasulullah SAW juga memerintahkan agar setiap muslim membagi harta pusaka menurut Al-Qur’an sebagaimana dalam sabdanya : Bagilah harta pusaka antara ahli waris menurut kitabullah. 1 Bila dilihat dalam kajian hukum Islam dan hukum Perdata, seharusnya, selayaknya, dan sepantasnya harta warisan dibagikan tepat waktu sebelum ada masalah-masalah yang timbul karenanya di kemudian hari. Dalam arti kata, begitu 1 Imam Az-Zabidi Ilyas, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, Mizan, Bandung, 1997, hal.895. seseorang meninggal dunia, sebaiknya disegerakan dalam membagi harta warisan yang ditinggalkannya kepada seluruh ahli waris yang ada, setelah dikeluarkan beberapa biaya berikut ini : 2 1. Biaya pelaksanaan fardhu kifayahnya, yakni : biaya mengkafaninya dan biaya mengkuburkannya; 2. Biaya pelunasan hutang-hutangnya, jika memang ada; 3. Biaya yang dipergunakan untuk memenuhi seluruh wasiat-wasiatnya, jika memang ada. Setelah semua biaya di atas dikeluarkan dari harta orang yang meninggal itu, maka sisa hartanya itu segera dibagikan kepada seluruh ahli waris yang ada menurut ketentuan bagian masing-masing. Dalam Hukum Islam, bagian laki-laki sama dengan dua bagian perempuan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Surat An Nisa ayat 11. Makin cepat harta warisan dibagikan, maka makin bagus akibatnya baik untuk seluruh ahli waris maupun bagi orang yang meninggal itu sendiri. Sebab harta warisan yang dibagikan secara cepat adalah memiliki berbagai kebaikan dan kemaslahatan, antara lain : 1. Seluruh ahli waris masih dalam keadaan hidup lengkap. Jika memang pembagiannya ditunda dalam waktu yang lama, dikhawatirkan akan ada ahli waris yang meninggal dunia atau yang pergi jauh yang mengakibatkan sulitnya dilakukan pertemuan ahli waris secara lengkap pada masa mendatang; 2 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal.73. 2. Kedudukan dan status harta masih jelas jumlah dan tempatnya. Jika harta warisan tidak dibagikan secara cepat dikhawatirkan akan terjadi kekaburan atau ketidakjelasan jumlah harta warisan yang ditinggalkan; 3. Terhindarnya provokasi terhadap kerukunan dan kekeluargaan seluruh ahli waris dari pihak-pihak tertentu. Pembagian warisan yang dilambat-lambatkan justru akan dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bukan saja pihak ahli waris, atau orang yang telah meninggal, juga dapat merugikan masyarakat pada umumnya. Demikian halnya dengan kasus gugatan waris No.102Pdt-G2007PA-TTD tentang tuntutan hak dan bagian anak laki-laki di mana pada saat ayah ahli waris meninggal dunia, ternyata harta warisan yang ditinggalkannya tidak langsung dibagikan. Karena lambatnya alm Hj. Hotni Harahap membagikan harta peninggalan alm. Drs. H. Gusnar Efendi Sutan Dilaut Siregar kepada seluruh ahli waris yang masih hidup, maka hal ini menjadi pemicu timbulnya perkara warisan di kalangan para ahli waris. Perkara warisan ini muncul bukan pada semasa hidup alm Hj. Hotni Harahap, melainkan setelah beliau meninggal dunia. Andaikan harta warisan peninggalan alm. Drs. H. Gusnar Efendi Sutan Dilaut Siregar segera dibagikan, niscaya tidak akan ada sengketa pembagian warisan di kalangan para ahli waris. Sesungguhnya hukum waris Islam mengharuskan kepada ahli waris untuk segera melakukan pembagian harta warisan seseorang agar tidak terjadi sengketa di kemudian hari. Banyak sengketa waris terjadi di antara para ahli waris, baik yang terjadi sebelum maupun setelah harta warisan tersebut dibagikan, tetapi ahli waris lainnya berniat membiarkan harta warisan tetap utuh sebagai pengingat ahli waris. 3 Ada pula peristiwa penjualan harta warisan dalam bentuk tanah yang telah dijual kepada pihak lain, dituntut karena seorang ahli waris tidak diikutsertakan dalam penjualan tanah tersebut. Bermacam persoalan tersebut memerlukan jalan keluar yang adil. Terkadang, ada ahli waris yang meminta supaya harta warisan dijual lalu hasil penjualan dibagi-bagikan kepada semua ahli waris, tetapi ada yang menolak hal tersebut. 4 Indonesia mempunyai beragam adat, budaya serta latar belakang yang melandasi kehidupan masyarakatnya. Begitu pula dalam hal hukum waris berdasarkan adat sangatlah beragam bergantung dari sifat kedaerahan. Banyaknya jumlah suku bangsa di Indonesia, banyak pula jumlah hukum waris yang ada. 5 Selain itu, terdapat pula hukum Islam mengatur pula tentang hukum waris bagi umatnya yang bersumber dan berdasarkan pada kitab suci Al-Qur’an, hadis dan ijtihad. Golongan penduduk asli Indonesia menggunakan hukum waris berdasarkan adat setempat di wilayah mereka tinggal. Namun yang beragama Islam dapat pula untuk memilih hukum waris Islam. 6 3 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, At Tahirriyah, Jakarta, 1995, hal. 9. 4 F.Satrio Wicaksono, Hukum Waris,Visi Media, Jakarta, 2011, hal.2. 5 Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal 12. 6 Ibid.

B. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Jatuhnya Hak Hadhanah Kepada Orang Tua Laki-Laki Karena Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama. (Studi Pada Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1521/Pdt.G/2011/PA.Mdn)

1 59 103

Tinjauan Yuridis Hak Dan Bagian Anak Laki-Laki (Studi Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.120/Pdt-G/2007/PA-TTD)

0 34 86

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewarisan Anak Li’an Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Putusan Pengadilan Agama Nomor 1595/PDT.G/2010/PA Sidoarjo)

1 68 141

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Hak Pemeliharaan Dan Kewajiban Memberi Nafkah Terhadap Anak Di Bawah Umur Akibat Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Di Kota Binjai (Studi Putusan Pada Wilayah Hukum Pengadilan Agama Binjai)

1 42 105

Pelimpahan Hak Asuh Anak Kepada Bapak Akibat Perceraian (Studi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor: 345/Pdt.G/2007/Pa.Bks.)

0 12 73

Perlindungan Hak Anak Dalam Keluarga Poligami (Studi Atas Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan)

0 16 120

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS ISLAM A. Pengertian Hukum Waris Islam - Tinjauan Yuridis Hak Dan Bagian Anak Laki-Laki (Studi Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.120/Pdt-G/2007/PA-TTD)

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Hak Dan Bagian Anak Laki-Laki (Studi Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.120/Pdt-G/2007/PA-TTD)

0 0 11

Tinjauan Yuridis Hak Dan Bagian Anak Laki-Laki (Studi Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.120/Pdt-G/2007/PA-TTD)

0 0 9