Modus Operandi yang dilakukan oleh Pelaku Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA

TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN TERHADAP KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA MEDAN

A. Modus Operandi yang dilakukan oleh Pelaku Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor

Kejahatan merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihilangkan dimanapun dan dalam waktu kapanpun. Usia kejahatan sering dipersepsikan seumur peradaban manusia, bahkan ada yang menyatakan setua keberadaan manusia. Akibatnya sukar menetukan secara pasti kapan kejahatan mulai ada didunia, sama sulitnya dengan menentukan batasan yang setepat-tepatnya tentang kejahatan. Kota Medan yang merupakan ibukota Sumatera Utara sangat potensial bagi peningkatan kejahatan, Kota Medan merupakan daerah yang utama bagi semua sector kegiatan. Adapun batas-batas wilayah Kota Medan tersebut adalah : a. Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka b. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu Kabupaten Deli serdang c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang d. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa Kabupaten Deli serdang Kota Medan ini mempunyai luas wilayah 265 km² 26.510 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak ± 2.500.000 jiwa dan mempunyai 11 Kecamatan dan 144 Kelurahan. Kota Medan terletak di bawah wilayah hukum Kepolisian Resort Kota selanjutnya ditulis Polresta Medan mempunyai 12 dua belas Kepolisian Sektor Kota selanjutnya ditulis Polsekta. Keseluruhan dari Kepolisian wilayah yang da dijajaran Polresta Medan ini adalah sebagai berikut : 1 Polsekta Deli Tua, 2 Polsekta Kutalimbaru, 3 Polsekta Medan Area, 4 Polsekta Medan Barat, 5 Polsekta Medan Baru, 6 Polsekta Medan Helvetia, 7 Polsekta Medan Kota, 8 Polsekta Medan Timur, 9 Polsekta Pancur Batu, 10 Polsekta Patumbak, 11 Polsekta Percut Sei Tuan dan 12 Polsekta Sunggal. Salah satu gejala sosial yang akhir-akhir ini meningkat di Kota Medan adalah terjadinya tidak pidana pencurian dan penadahan. Kejahatan pencurian kenderaan bermotor di Kota Medan selama 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup meresahkan masyarakat. Dan di wilayah hukum Kota Medan sasaran kejahatan pencurian kendaraan bermotor ini adalah kebanyakan kendaraan bermotor yang beroda dua, sedangkan untuk kendaraan bermotor yang beroda empat tidak banyak terjadi. Untuk lebih jelas perbandingan angka kejahatan pencurian kendaraan motor yang terjadi di Wilayah Hukum Polresta Medan, mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Statistik Jumlah Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor di Medan Dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2010 No. Tahun Jumlah Kasus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2005 2006 2007 2008 2009 2010 8 10 12 9 15 22 Sumber Data: Kepolisian Resort Kota Polresta Medan Reskrim Unit Ranmor Melihat data-data pencurian kenderaan bermotor yang terus mengalami peningkatan pada tahun 2006 sampai tahun 2007 dan mengalami penurunan pada tahun 2008 kemudian kembali mengalami peningkatan kembali sejak tahun 2009 hingga 2010. Dalam pemeriksaan kasus yang terjadi, Polresta Medan mencatat bahwa waktu dan tempat yang rawan terjadinya kejahatan pencurian kendaraan bermotor di Kota Medan pada waktu siang hari hingga menjelang malam hari. Terhadap hasil pencurian kendaraan bermotor ini selanjutnya oleh pelaku dijual kembali kepada seorang penadah yang telah terbiasa menerima hasil pencurian maupun kepada pemeilik bengkel-bengkel kenderaan bermotor yang telah memiliki kerjasama sebelumnya. Dari data yang penulis lihat di Pengadilan Negeri Klas I – A Medan, terhadap perkara penadahan yang disidangkan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Jenis Perkara Penadahan di Pengadilan Negeri Medan Pada Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2010 No. Tahun Pelaku Jumlah Perkara Laki-laki Perempuan Anak-anak 1. 2. 3. 4. 5. 2006 2007 2008 2009 2010 54 62 52 46 61 4 7 4 2 2 3 - 2 2 3 61 69 58 50 66 Sumber Data : Pengadilan Negeri Klas I-A Medan Melihat dari data table 3.2. tersebut, maka terhadap kasus penadahan yang terjadi sepanjang tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, kasus penadahan yang paling meningkat adalah pada tahun 2007 sebanyak 69 kasus dan kemudian terjadi pada tahun 2010 sebanyak 66 kasus. Terhadap kasus penadahan ini disamping telah terjadi peningkatan kuantitatif juga telah terjadi peningkatan kualitatif, dimana dilihat dari data tersebut ternyata dapat diketahui bahwa pelaku penadahan tersebut tidak saja didominasi oleh pria dewasa saja akan tetapi juga dilakukan oleh perempuan dewasa maupun anak-anak. Para pelaku kejahatan menggunakan berbagai cara dalam melakukan aksi kejahatannya agar kejahatan tersebut berhasil. Cara-cara pelaku kejahatan melakukan aksinya tersebut dinamakan dengan modus operandi. Seiring dengan berkembangnya zaman, modus operandi pelaku kejahatan pun imut mengalami perkembangan, dari modus opreandi yang bersifat tradisional sederhana menjadi modus operandi yang moerdn. Tidak dapat dipungkiri kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi salah satu hal yang mendorong semakin berkembangnya modus operandi para pelaku kejahatan. Berkembangnya modus operandi dalam melakukan kejahatan tersebut juga terjadi terhadap pencurian kendaraan bermotor ikut mnegalami perkembangan. Dari cara yang tradisional seperti merusak kunci, menggunakan kunci palsu, merusak sarang kunci kontak atau menghidupkan mesin hingga cara-cara lain yang cara kerjanya lebih rapi, dan bahkan sekarang ini pencurian tersebut banyak dilakukan dengan beralasan meminjam kenderaan secara rental kemudian menggelapkannya dengan menjualnya kepada para penadah tersebut. Untuk daerah kota Medan selain dengan cara-cara tersebut di atas kini muncul modus operandi baru yang banyak dilakukan oleh pelaku kejahatan pencurian kendaraan bermotor, yakni : 1. Pelaku terlebih dahulu melihat kondisi kenderaan yang akan dijadikan sasaran dan apabila cocok langsung mereka menyetop memberhentikan pengendara sepeda motor dan untuk mendukung atau memudahkan hal tersebut si pelaku terkadang menyamar sebagai anggota TNI TNI Gadungan ataupun sebagai Anggota POLRI Polisi Gadungan. 2. Pelaku terlebih dahulu melihat jenis kenderaan yang ada di parkiran, kemudian pelaku membawa jenis kendaraan yang sama dengan calon sasaran dan memarkirkannya disamping kendaraan yang akan dicuri tersebut. Dan pelaku pura-pura untuk beberapa saat meninggalkan lokasi tersebut. Setelah beberapa menit pelaku kembali dan langsung membawa sasarannya. Untuk kendaraan pelaku yang ditinggalkan kemudian akan diambil oleh teman pelaku. Dan alat yang dipakai oleh pelaku adalah kunci palsu berbentuk “T”. Soerjono Soekanto dalam bukunya “Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor Suatu Tinjauan Kriminologi” telah menguraikan bagaimana rangkaian perbuatan pencurian kendaraan bermotor, baik itu dilaksanakan melalui suatu jaringan organisasi ataupun oleh pelaku perorangan, yakni sebagai berikut : a. Perbuatan di tempat perkara : meliputi pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan, perampasan, penipuan dan pemberatan. b. Menghilangkan identitas kenderaan : kegiatan ini biasanya dilaksanakan setelah kenderaan bermotor hasil kejahatan sudah berada di tangan pelaku, baru kemudian diubah identitasnya dengan jalan : 1. Mengganti plat nomor 2. Mengubah warna kenderaan 3. Mengganti nomor chasis dan nomor mesin 4. modifikasi c. Melindungi kenderaan dengan surat-surat palsu, agar kenderaan tersebut dapat meyakinkan pembeli, dengan cara-cara : 1. STNK dipalsukan 2. STNK asli tetapi dokumen persyaratan untuk mendapatkan STNK tersebut adalah palsu faktur dan KTP 3. STNK asli tetapi bukan untuk kenderaan yang dimaksud 4. Surat keterangan yang dipalsukan, antara lain surat tilang yang dipalsukan seolah-olah surat tersebut ditahan untuk pengadilan tilang, atau memalsukan surat penyitaan barang bukti yang seakan- akan kenderaan tersebut disita. 36 Bahwa demikian juga terhadap tindak pidana penadahan juga mengalami perkembangan modus operandi. Yang menjadi pihak penadah biasanya pemilik bengkel-bengkel kenderaan bermotor yang telah mempunyai hubungan mitra dengan para pelaku pencurian kenderaan bermotor. Setelah pelaku pencurian kenderaan bermotor menguasai barang yang dicurinya, selanjutnya mereka menjual hasil curiannya dengan harga yang relatif rendah. Dan selanjutnya oleh pelaku penadahan ini memisahkan komponen-komponen kenderaan ini yang biasa disebut dengan “di sate” dan kemudian dijual secara satu persatu setiap komponen dengan harga 36 Soerjono Soekanto, Widodo Hartono dan Suyatno Chalimah, Op.Cit. hal. 23. yang relatif lebih murah dari harga pasar yang sebenarnya. Sehingga perbuatan mereka ini tidak diketahui dan cenderung bertujuan untuk mengelabui pihak berwajib ataupun orang merasa kehilangan kenderaan bemotor.

B. Faktor-faktor yang Melatar belakangi Tindak Pidana Penadahan kenderaan Bermotor Hasil Pencurian