Jenis-Jenis Rasio Keuangan Peranan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

keuangan diperlebar untuk beberapa periode tahun, analis dapat mempelajari komposisi perubahan, dan menentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Kita tidak terlalu banyak memperhatikan satu rasio dalam satu periode waktu, tetapi satu rasio untuk beberapa periode. Rasio keuangan juga dapat dihitung untuk laporan proyeksi, dan dibandingkan dengan rasio sekarang serta masa sebelumnya. Dalam perbandingan eksternal dan sumber rasio industri, melibatkan perbandingan antara rasio suatu perusahaan dengan berbagai perusahaan lainnya, yang hampir sama atau dengan rata-rata industri pada suatu periode. Perbandingan semacam ini, memberikan pandangan ke dalam mengenai kondisi keuangan, dan kinerja relatif perusahaan. Cara ini juga membantu perusahaan mengidentifikasi penyimpangan signifikan apapun dari rata-rata industri manapun yang dapat digunakan.

D. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari kondisi keuangan perusahaan, untuk suatu periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio neraca, karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi, atau rasio laba rugineraca. Rasio laba rugi membandingkan Universitas Sumatera Utara satu arus bagian dari laporan laba rugi dengan arus bagian lain dari laporan laba rugi. Rasio laba rugi membandingkan arus laporan laba rugi di bagian angka yang dibagi dengan bagian saham neraca sebagai pembaginya. Menurut Weston dan Copeland 2003:225, rasio-rasio keuangan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Rasio likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo. 2. Rasio leverage, yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. 3. Rasio aktivitas, yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya. 4. Rasio profitabilitas, yang mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Untuk mempermudah penjelasan, dan pemahaman jenis-jenis rasio, maka penulis akan membuat suatu contoh. Misalnya Walker-Wilson Company, merupakan perusahaan pembuatan mesin peralatan khusus yang digunakan di bidang usaha reparasi mobil. Berikut ini akan ditampilkan neraca Walker-Wilson Company, tahun 2007 dan 2008 dalam satuan ribuan dollar, seperti pada Gambar 2.4 berikut: Gambar 2.4. Neraca Walker-Wilson Company Tahun 2007 dan 2008 NERACA Walker-Wilson Company Aset 31 Desember 2007 31 Desember 2008 Kas 52 50 Surat-surat berharga 175 150 Piutang dagang 250 200 Persediaan 355 300 Total aset lancar 832 700 Peralatan dan mesin-mesin 1.610 1.800 Dikurangi penyusutan 400 500 Universitas Sumatera Utara Peralatan dan mesin-mesin, bersih 1.210 1.300 Total aset 2.042 2.000 Kewajiban dan Modal Hutang dagang 87 60 Hutang bank 110 100 Biaya terhutang 10 10 Pajak yang harus dibayar 135 130 Kewajiban Lancar 342 300 Obligasi hipotik 520 500 Debentrues 200 200 Saham biasa 600 600 Laba ditahan 380 400 Total modal 980 1.000 Total kewajiban dan modal 2.042 2.000 Berikut ini akan ditampilkan laporan laba rugi Walker-Wilson Company, untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008, seperti pada Gambar 2.5 berikut: Gambar 2.5. Laporan Laba Rugi Walker-Wilson Company Tahun Berakhir 31 Desember 2008 Penjualan bersih 3.000.000 Harga pokok penjualan 2.555.000 Laba kotor 445.000 Dikurangi beban operasi Beban penjualan 22.000 Beban umum dan administrasi 40.000 Pembayaran sewa gedung kantor 28.000 90.000 Laba operasi kotor 355.000 Penyusutan 100.000 Laba operasi bersih 255.000 Pendapatan dan beban lain, kecuali pajak 15.000 Laba sebelum bunga dan pajak 270.000 Dikurangi beban bunga Bunga wesel bayar 10.000 Bunga hipotik pertama 40.000 Universitas Sumatera Utara Bunga debentures 20.000 70.000 Laba sebelum pajak 200.000 Pajak penghasilan 80.000 Laba bersih sesudah pajak penghasilan yang tersedia bagi pemegang saham biasa 120.000 Laba per saham 0.60 Berikut ini akan dibahas masing-masing pemanfaatan rasio keuangan berdasarkan contoh laporan keuangan Walker-Wilson Company. Rasio Likuiditas Pada umumnya, perhatian pertama dari analis keuangan adalah likuditas, dengan menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Total hutang Walker-Wilson Company adalah 300.000 yang harus dibayar pada tahun yang akan datang. Dapatkah kewajiban ini dipenuhi oleh perusahaan? Rasio likuditas mengkaitkan uang tunai kas, dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar perusahaan, dapat memberikan ukuran likuiditas yang cepat, dan mudah digunakan. Menurut Weston dan Copeland 2003:226, terdapat beberapa rasio likuditas yang umum digunakan, yaitu: 1. Rasio lancar. 2. Rasio cepat. Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu Universitas Sumatera Utara tahun, pajak penghasilan yang terhutang, dan beban-beban lain yang terhutang terutama gaji dan upah. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Oleh karena itu, rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai, dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan, atau adanya unsur aktiva lancar yang tidak digunakan secara efektif. Perhitungan rasio lancar untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Current Asets Current Liabilities 700.000 300.000 Current ratio = 2.3 kali Rasio lancar yang dihitung sedikit berada di bawah rata-rata industri, yaitu 2.5 kali. Akan tetapi, tidak terlalu rendah untuk dipermasalahkan. Angka tersebut menunjukkan bahwa Walker-Wilson Company berada pada lini yang umum, dari perusahaan-perusahaan lainnya untuk bidang bisnis tertentu. Dengan rasio lancar 2.3 kali, Walker-Wilson Company dapat mencairkan aktiva lancarnya hanya 43 dari nilai bukunya, dan masih tetap mampu memenuhi seluruh kewajiban lancarnya. Nilai 43 diperoleh dari perhitungan: = = Current ratio Current ratio Universitas Sumatera Utara Current ratio = 2.3 kali, berarti 3 . 2 1 = 0.43 atau 43 Rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar, dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid, dan unsur aktiva tersebut sering kali merupakan ukuran kerugian, jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Apabila rasio lancar suatu perusahaan tinggi, tetapi rasio cepatnya rendah, maka hal itu menunjukkan perusahaan memiliki investasi persediaan yang sangat besar di perusahaan. Perhitungan rasio cepat untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Current Asets - Inventory Current Liabilities 700.000 - 300.000 300.000 Acid ratio = 1.3 kali Rata-rata industri untuk rasio cepat adalah 1 kali, sehingga rasio untuk Walker- Wilson Company tergolong baik, dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui jika surat berharga dapat dijual pada nilai nominalnya, dan jika dapat menagih piutang, maka perusahaan dapat membayar kewajibannya tanpa menjual persediaan. Rasio Leverage = = Acid ratio Acid ratio Universitas Sumatera Utara Rasio leverage yang mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan, mengandung berbagai implikasi, yaitu para kreditor akan melihat modal sendiri perusahaan, atau dana yang disediakan pemilik untuk menentukan besarnya marjin pengaman. Jika pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, maka resiko perusahaan ditanggung, terutama oleh para kreditor. Selain itu, dengan mencari dana yang berasal dari hutang, pemilik memperoleh manfaat mempertahankan kendali perusahaan, dengan investasi yang terbatas. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar dari dana yang dipinjam, daripada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasil pengembalian return kepada para pemilik akan meningkat. Sebagai contoh, jika hasil pengembalian atas aktiva adalah 10, dan hutang hanya menelan biaya 8, maka terdapat selisih 2 yang menjadi hak para pemegang saham. Akan tetapi, leverage bisa bergeser ke dua arah, misalnya jika hasil pengembalian atas aktiva jatuh menjadi 3, maka selisih antara angka tersebut dengan biaya hutang harus ditutup dari bagian laba yang diperoleh dari modal sendiri. Pada kasus pertama, dimana aktiva memberikan pengembalian hasil lebih daripada biaya hutang, maka leverage lebih menguntungkan. Pada kasus kedua, leverage akan merugikan. Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil, jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi, menanggung resiko rugi yang besar, Universitas Sumatera Utara tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Prospek hasil pengembalian yang tinggi memang diinginkan, tetapi para investor umumnya menolak untuk menerima resiko yang terlalu riskan. Keputusan untuk menggunakan leverage, harus menyeimbangkan hasil pengembalian yang lebih tinggi terhadap peningkatan resiko. Dalam prakteknya, ada 2 cara pendekatan leverage. Pendekatan yang pertama adalah memeriksa rasio-rasio neraca, dan menentukan sejauh mana yang dipinjam digunakan untuk membiayai perusahaan. Pendekatan yang lain, mengukur laba terhadap beban bunga. Kedua pendekatan tersebut sebenarnya saling melengkapi, dan para analis biasanya menilai keduanya. Menurut Weston dan Copeland 2003:228, terdapat beberapa rasio leverage yang umum digunakan, yaitu: 1. Total hutang terhadap total aktiva. 2. Laba terhadap beban bunga. Rasio total hutang terhadap total aktiva, biasanya disebut dengan rasio hutang, yang mengukur persentase total dana yang disediakan para kreditor. Yang termasuk hutang adalah kewajiban lancar, dan semua obligasi hutang jangka panjang. Para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat. Semakin rendah rasio ini, akan ada semacam perisai, sehingga kerugian yang diderita oleh kreditor semakin kecil, jika terjadi likuidasi. Pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi, karena leverage yang tinggi, akan memperbesar laba bagi pemegang saham, atau karena Universitas Sumatera Utara menerbitkan saham baru, berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan. Jika rasio hutang terlalu tinggi, maka ada bahaya kurangnya tanggung jawab pemilik. Perhitungan rasio hutang untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Total Liabilities Total Asets 1.000.000 2.000.000 Debt ratio = 50 Total hutang sebesar 1.000.000, diperoleh dari penambahan jumlah kewajiban lancar, obligasi hipotik, dan debentures. Rasio hutang Walker-Wilson Company adalah 50, yang berarti bahwa para kreditor telah menyediakan setengah dari jumlah pembiayaan perusahaan. Oleh karena rasio hutang rata-rata untuk industri adalah 33, maka Walker-Wilson Company bisa mengalami kesulitan memperoleh dana pinjaman tambahan, sebelum meningkatnya modal sendiri. Para kreditor akan menolak meminjamkan uang lebih banyak, dan mungkin perusahaan akan lebih berat bebannya, jika perusahaan mencoba meningkatkan rasio hutang dengan cara meminjam. Rasio laba terhadap beban bunga, disebut juga rasio penutupan, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur sejauh mana laba perusahaan boleh menurun tanpa mempengaruhi keuangan perusahaan, karena tidak mampu membayar beban bunga tahunan. Kegagalan dalam pemenuhan kewajiban ini, berakibat dituntutnya kreditor ke = = Debt ratio Debt ratio Universitas Sumatera Utara pengadilan, yang bisa mengakibatkan kepailitan. Perhatikan bahwa laba sebelum pajak digunakan sebagai pembilang. Oleh karena pajak penghasilan dihitung setelah dikurangi beban bunga, kemampuan untuk membayar bunga saat ini tidak dipengaruhi oleh pajak penghasilan. Perhitungan rasio penutupan untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Earning Before Interest and Tax Annual Interest Payment 270.000 70.000 Times interest earned = 3.9 kali Beban bunga Walker-Wilson Company terdiri dari 3 pembayaran, yaitu beban wesel bayar, bunga hipotik pertama, dan bunga debentures, yang berjumlah 70.000. Laba sebelum bunga dan pajak perusahaan yang tersedia untuk memenuhi beban bunga adalah 3.9 kali. Karena rata-rata industri adalah 8 kali, berarti perusahaan memiliki kemampuan menutup bunga dengan marjin pengaman yang minimum, dan memperoleh penilaian yang kurang baik. Rasio tersebut memperkuat kesimpulan yang didasarkan pada rasio hutang, bahwa tampaknya perusahaan menghadapi kesulitan, jika hendak mencoba untuk meminjam tambahan dana. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktiva ini, melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. = Times interest earned = Times interest earned Universitas Sumatera Utara Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat suatu keseimbangan yang layak antara penjualan dengan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap, dan aktiva lain sebagainya. Menurut Weston dan Copeland 2003:230, terdapat beberapa rasio aktivitas yang umum digunakan, yaitu: 1. Perputaran persediaan. 2. Periode penagihan rata-rata. 3. Perputaran aktiva tetap. 4. Perputaran total aktiva. Perputaran persediaan, digunakan untuk mengukur kecepatan perusahaan dalam mengevaluasi usia persediaannya, yang diukur dengan nilai penjualan dibagi dengan persediaan. Perhitungan perputaran persediaan untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Sales Inventory 3.000.000 300.000 Inventory turnover = 10 kali Perputaran persediaan Walker-Wilson Company 10 kali, yang berarti lebih baik daripada rata-rata industri, yaitu 9 kali. Hal ini berarti perusahaan tidak menyimpan persediaan secara berlebihan, dimana persediaan yang berlebihan sudah tentu merupakan harta yang tidak produktif, dan merupakan investasi dengan hasil pengembalian yang rendah atau nol. = Inventory turnover = Inventory turnover Universitas Sumatera Utara Periode penagihan rata-rata, mengukur perputaran piutang, yang dihitung dalam 2 tahap, yaitu penjualan tahunan dibagi dengan 360 hari, untuk mendapatkan penjualan harian rata-rata, dan piutang dibagi dengan penjualan harian rata-rata, untuk memperoleh jumlah hari dimana penjualan terikat pada piutang. Perhitungan periode penagihan rata-rata untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Sales 360 3.000.000 360 Sales per Day = 8.333 Account Receivable Sales per Day 200.000 8.333 Average collection period = 24 hari Jumlah hari tersebut merupakan periode penagihan rata-rata. Oleh karena merupakan lamanya waktu rata-rata, bagi perusahaan harus menunggu menerima pembayaran setelah terjadi penjualan. Perhitungan Walker-Wilson Company menunjukkan periode penagihan rata-rata adalah 24 hari, sedikit di atas rata-rata industri 20 hari. Perputaran aktiva tetap, digunakan untuk mengukur perputaran dari alat-alat dan mesin pabrik. Perhitungan perputaran aktiva tetap untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Sales = Sales per Day = Sales per Day = Average collection period = Average collection period = Fixed asets turnover Universitas Sumatera Utara Total Net Asets 3.000.000 1.300.000 Fixed asets turnover = 2.3 kali Perputaran aktiva tetap untuk Walker-Wilson Company sebesar 2.3 kali, dinilai kurang baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 5 kali, yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan aktiva tetapnya pada kapasitas setinggi kapasitas yang digunakan perusahaan lain, di industri yang sama. Perputaran total aktiva, digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan, dan dihitung dari penjualan dibagi dengan jumlah aktiva. Perhitungan perputaran total aktiva untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Sales Total Asets 3.000.000 2.000.000 Total asets turnover = 1.5 kali Perputaran total aktiva untuk Walker-Wilson Company sebesar 1.5 kali, berada di bawah rata-rata industri yaitu 2 kali. Perusahaan tidak menciptakan volume bisnis yang cukup untuk ukuran investasi aktiva yang dimilikinya. Penjualan sebaiknya ditingkatkan, atau beberapa aktiva yang tidak berguna dijual, atau perusahaan harus menjalankan keduanya. Rasio Profitabilitas = Fixed asets turnover = Total asets turnover = Total asets turnover Universitas Sumatera Utara Profitabilitas kemampuan laba, merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan, dan keputusan. Rasio yang terdahulu menyajikan beberapa hal yang menarik tentang cara-cara perusahaan beroperasi, tetapi rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Menurut Weston dan Copeland 2003:233, terdapat beberapa rasio profitabilitas yang umum digunakan, yaitu: 1. Marjin laba atas penjualan. 2. Hasil pengembalian atas total aset. 3. Hasil pengembalian atas ekuitas. Marjin laba atas penjualan, dihitung dari laba bersih sesudah pajak dibagi dengan penjualan. Perhitungan marjin laba atas penjualan untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Net Profit after Tax Sales 120.000 3.000.000 Profit margin on sales = 4 Marjin laba untuk Walker-Wilson Company berada di bawah rata-rata industri, yaitu 5. Hal ini menunjukkan bahwa harga penjualan relatif lebih rendah, atau biaya- biaya perusahaan relatif lebih tinggi, atau keduanya. Hasil pengembalian atas total aset, digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya, yang kadang-kadang disebut = Profit margin on sales = Profit margin on sales Universitas Sumatera Utara dengan hasil pengembalian atas investasi. Perhitungan hasil pengembalian atas total aset untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Net Profit after Tax Total Asets 120.000 2.000.000 Return on asets = 6 Hasil pengembalian atas total aset untuk Walker-Wilson Company adalah 6, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 11.4. Hasil yang rendah ini berasal dari rendahnya marjin laba terhadap penjualan 4 dibandingkan dengan rata-rata industri 5, dan rendahnya perputaran aktiva 1.5 kali dibandingkan dengan rata-rata industri 2 kali. Hasil pengembalian atas ekuitas, yaitu rasio laba bersih sesudah pajak terhadap modal, mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham. Perhitungan hasil pengembalian atas ekuitas untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Net Income Stackholders Equity 120.000 1.000.000 Net worth = 12 Hasil pengembalian atas ekuitas untuk Walker-Wilson Company adalah 12, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 15. = Return on asets = = Net worth = Net worth Return on asets Universitas Sumatera Utara

E. Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

1 36 101

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

2 85 108

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 38 86

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

14 76 122

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 66 59

Analisis Hubungan Pertumbuhan Rasio Keuangan Dengan Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2009

0 34 90

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

11 74 95

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 92 82

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2011-2013).

0 2 15

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2011-2013).

0 2 20