keuangan diperlebar untuk beberapa periode tahun, analis dapat mempelajari komposisi perubahan, dan menentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan
kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Kita tidak terlalu banyak memperhatikan satu rasio dalam satu periode waktu, tetapi satu rasio untuk beberapa
periode. Rasio keuangan juga dapat dihitung untuk laporan proyeksi, dan dibandingkan dengan rasio sekarang serta masa sebelumnya.
Dalam perbandingan eksternal dan sumber rasio industri, melibatkan perbandingan antara rasio suatu perusahaan dengan berbagai perusahaan lainnya,
yang hampir sama atau dengan rata-rata industri pada suatu periode. Perbandingan semacam ini, memberikan pandangan ke dalam mengenai kondisi keuangan, dan
kinerja relatif perusahaan. Cara ini juga membantu perusahaan mengidentifikasi penyimpangan signifikan apapun dari rata-rata industri manapun yang dapat
digunakan.
D. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari kondisi keuangan perusahaan,
untuk suatu periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio neraca, karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung
dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio ini disebut sebagai
rasio laporan laba rugi, atau rasio laba rugineraca. Rasio laba rugi membandingkan
Universitas Sumatera Utara
satu arus bagian dari laporan laba rugi dengan arus bagian lain dari laporan laba rugi. Rasio laba rugi membandingkan arus laporan laba rugi di bagian angka yang dibagi
dengan bagian saham neraca sebagai pembaginya. Menurut Weston dan Copeland 2003:225, rasio-rasio keuangan dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1.
Rasio likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo.
2. Rasio leverage, yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh
hutang. 3.
Rasio aktivitas, yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya.
4. Rasio profitabilitas, yang mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.
Untuk mempermudah penjelasan, dan pemahaman jenis-jenis rasio, maka penulis akan membuat suatu contoh. Misalnya Walker-Wilson Company, merupakan
perusahaan pembuatan mesin peralatan khusus yang digunakan di bidang usaha reparasi mobil.
Berikut ini akan ditampilkan neraca Walker-Wilson Company, tahun 2007 dan 2008 dalam satuan ribuan dollar, seperti pada Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4. Neraca Walker-Wilson Company Tahun 2007 dan 2008 NERACA Walker-Wilson Company
Aset 31 Desember 2007 31 Desember 2008
Kas 52
50 Surat-surat berharga
175 150
Piutang dagang 250
200 Persediaan
355 300
Total aset lancar 832
700 Peralatan dan mesin-mesin
1.610 1.800
Dikurangi penyusutan 400
500
Universitas Sumatera Utara
Peralatan dan mesin-mesin, bersih 1.210
1.300 Total aset
2.042 2.000
Kewajiban dan Modal Hutang dagang
87 60
Hutang bank 110
100 Biaya terhutang
10 10
Pajak yang harus dibayar 135
130 Kewajiban Lancar
342 300
Obligasi hipotik 520
500 Debentrues
200 200
Saham biasa 600
600 Laba ditahan
380 400
Total modal 980
1.000 Total kewajiban dan modal
2.042 2.000
Berikut ini akan ditampilkan laporan laba rugi Walker-Wilson Company, untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008, seperti pada Gambar 2.5 berikut:
Gambar 2.5. Laporan Laba Rugi Walker-Wilson Company Tahun Berakhir 31 Desember 2008
Penjualan bersih 3.000.000
Harga pokok penjualan 2.555.000
Laba kotor 445.000
Dikurangi beban operasi Beban penjualan
22.000 Beban umum dan administrasi
40.000 Pembayaran sewa gedung kantor
28.000 90.000
Laba operasi kotor 355.000
Penyusutan 100.000
Laba operasi bersih 255.000
Pendapatan dan beban lain, kecuali pajak 15.000
Laba sebelum bunga dan pajak 270.000
Dikurangi beban bunga Bunga wesel bayar
10.000 Bunga hipotik pertama
40.000
Universitas Sumatera Utara
Bunga debentures 20.000
70.000 Laba sebelum pajak
200.000 Pajak penghasilan
80.000 Laba bersih sesudah pajak penghasilan yang tersedia
bagi pemegang saham biasa 120.000
Laba per saham 0.60
Berikut ini akan dibahas masing-masing pemanfaatan rasio keuangan
berdasarkan contoh laporan keuangan Walker-Wilson Company.
Rasio Likuiditas
Pada umumnya, perhatian pertama dari analis keuangan adalah likuditas, dengan menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Total hutang
Walker-Wilson Company adalah 300.000 yang harus dibayar pada tahun yang akan datang. Dapatkah kewajiban ini dipenuhi oleh perusahaan? Rasio likuditas
mengkaitkan uang tunai kas, dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar perusahaan, dapat memberikan ukuran likuiditas yang cepat, dan mudah digunakan.
Menurut Weston dan Copeland 2003:226, terdapat beberapa rasio likuditas yang umum digunakan, yaitu:
1. Rasio lancar.
2. Rasio cepat.
Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar
jangka pendek, hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
Universitas Sumatera Utara
tahun, pajak penghasilan yang terhutang, dan beban-beban lain yang terhutang terutama gaji dan upah. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Oleh karena itu, rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka
pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai, dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya
uang kas yang berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan, atau adanya unsur aktiva lancar yang tidak digunakan secara efektif.
Perhitungan rasio lancar untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:
Current Asets Current Liabilities
700.000 300.000
Current ratio = 2.3 kali Rasio lancar yang dihitung sedikit berada di bawah rata-rata industri, yaitu 2.5
kali. Akan tetapi, tidak terlalu rendah untuk dipermasalahkan. Angka tersebut menunjukkan bahwa Walker-Wilson Company berada pada lini yang umum, dari
perusahaan-perusahaan lainnya untuk bidang bisnis tertentu. Dengan rasio lancar 2.3 kali, Walker-Wilson Company dapat mencairkan aktiva lancarnya hanya 43 dari
nilai bukunya, dan masih tetap mampu memenuhi seluruh kewajiban lancarnya. Nilai 43 diperoleh dari perhitungan:
=
= Current ratio
Current ratio
Universitas Sumatera Utara
Current ratio = 2.3 kali, berarti
3 .
2 1
= 0.43 atau 43
Rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar, dan
sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid, dan unsur aktiva tersebut sering kali merupakan ukuran
kerugian, jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Apabila rasio lancar suatu perusahaan tinggi, tetapi rasio cepatnya rendah, maka hal itu menunjukkan perusahaan memiliki
investasi persediaan yang sangat besar di perusahaan. Perhitungan rasio cepat untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun
2008, adalah sebagai berikut: Current Asets - Inventory
Current Liabilities 700.000 - 300.000
300.000 Acid ratio
= 1.3 kali Rata-rata industri untuk rasio cepat adalah 1 kali, sehingga rasio untuk Walker-
Wilson Company tergolong baik, dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui jika surat
berharga dapat dijual pada nilai nominalnya, dan jika dapat menagih piutang, maka perusahaan dapat membayar kewajibannya tanpa menjual persediaan.
Rasio Leverage
=
= Acid ratio
Acid ratio
Universitas Sumatera Utara
Rasio leverage yang mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan, mengandung
berbagai implikasi, yaitu para kreditor akan melihat modal sendiri perusahaan, atau dana yang disediakan pemilik untuk menentukan besarnya marjin pengaman. Jika
pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, maka resiko perusahaan ditanggung, terutama oleh para kreditor. Selain itu, dengan mencari dana
yang berasal dari hutang, pemilik memperoleh manfaat mempertahankan kendali perusahaan, dengan investasi yang terbatas.
Jika perusahaan memperoleh laba yang besar dari dana yang dipinjam, daripada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasil pengembalian return kepada
para pemilik akan meningkat. Sebagai contoh, jika hasil pengembalian atas aktiva adalah 10, dan hutang hanya menelan biaya 8, maka terdapat selisih 2 yang
menjadi hak para pemegang saham. Akan tetapi, leverage bisa bergeser ke dua arah, misalnya jika hasil pengembalian atas aktiva jatuh menjadi 3, maka selisih antara
angka tersebut dengan biaya hutang harus ditutup dari bagian laba yang diperoleh dari modal sendiri. Pada kasus pertama, dimana aktiva memberikan pengembalian
hasil lebih daripada biaya hutang, maka leverage lebih menguntungkan. Pada kasus kedua, leverage akan merugikan.
Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil, jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil
pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi, menanggung resiko rugi yang besar,
Universitas Sumatera Utara
tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Prospek hasil pengembalian yang tinggi memang diinginkan, tetapi para investor umumnya
menolak untuk menerima resiko yang terlalu riskan. Keputusan untuk menggunakan leverage, harus menyeimbangkan hasil pengembalian yang lebih tinggi terhadap
peningkatan resiko. Dalam prakteknya, ada 2 cara pendekatan leverage. Pendekatan yang pertama
adalah memeriksa rasio-rasio neraca, dan menentukan sejauh mana yang dipinjam digunakan untuk membiayai perusahaan. Pendekatan yang lain, mengukur laba
terhadap beban bunga. Kedua pendekatan tersebut sebenarnya saling melengkapi, dan para analis biasanya menilai keduanya.
Menurut Weston dan Copeland 2003:228, terdapat beberapa rasio leverage yang umum digunakan, yaitu:
1. Total hutang terhadap total aktiva.
2. Laba terhadap beban bunga.
Rasio total hutang terhadap total aktiva, biasanya disebut dengan rasio hutang,
yang mengukur persentase total dana yang disediakan para kreditor. Yang termasuk hutang adalah kewajiban lancar, dan semua obligasi hutang jangka panjang. Para
kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat. Semakin rendah rasio ini, akan ada semacam perisai, sehingga kerugian yang diderita oleh kreditor semakin kecil,
jika terjadi likuidasi. Pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi, karena leverage yang tinggi, akan memperbesar laba bagi pemegang saham, atau karena
Universitas Sumatera Utara
menerbitkan saham baru, berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan. Jika rasio hutang terlalu tinggi, maka ada bahaya kurangnya tanggung jawab pemilik.
Perhitungan rasio hutang untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:
Total Liabilities Total Asets
1.000.000 2.000.000
Debt ratio = 50
Total hutang sebesar 1.000.000, diperoleh dari penambahan jumlah kewajiban lancar, obligasi hipotik, dan debentures. Rasio hutang Walker-Wilson Company
adalah 50, yang berarti bahwa para kreditor telah menyediakan setengah dari jumlah pembiayaan perusahaan. Oleh karena rasio hutang rata-rata untuk industri
adalah 33, maka Walker-Wilson Company bisa mengalami kesulitan memperoleh dana pinjaman tambahan, sebelum meningkatnya modal sendiri. Para kreditor akan
menolak meminjamkan uang lebih banyak, dan mungkin perusahaan akan lebih berat bebannya, jika perusahaan mencoba meningkatkan rasio hutang dengan cara
meminjam.
Rasio laba terhadap beban bunga, disebut juga rasio penutupan, yang dihitung
dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur sejauh mana laba perusahaan boleh menurun tanpa mempengaruhi
keuangan perusahaan, karena tidak mampu membayar beban bunga tahunan. Kegagalan dalam pemenuhan kewajiban ini, berakibat dituntutnya kreditor ke
=
= Debt ratio
Debt ratio
Universitas Sumatera Utara
pengadilan, yang bisa mengakibatkan kepailitan. Perhatikan bahwa laba sebelum pajak digunakan sebagai pembilang. Oleh karena pajak penghasilan dihitung setelah
dikurangi beban bunga, kemampuan untuk membayar bunga saat ini tidak dipengaruhi oleh pajak penghasilan.
Perhitungan rasio penutupan untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:
Earning Before Interest and Tax Annual Interest Payment
270.000 70.000
Times interest earned = 3.9 kali
Beban bunga Walker-Wilson Company terdiri dari 3 pembayaran, yaitu beban wesel bayar, bunga hipotik pertama, dan bunga debentures, yang berjumlah 70.000. Laba
sebelum bunga dan pajak perusahaan yang tersedia untuk memenuhi beban bunga adalah 3.9 kali. Karena rata-rata industri adalah 8 kali, berarti perusahaan memiliki
kemampuan menutup bunga dengan marjin pengaman yang minimum, dan memperoleh penilaian yang kurang baik. Rasio tersebut memperkuat kesimpulan
yang didasarkan pada rasio hutang, bahwa tampaknya perusahaan menghadapi kesulitan, jika hendak mencoba untuk meminjam tambahan dana.
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktiva ini, melibatkan
perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. =
Times interest earned =
Times interest earned
Universitas Sumatera Utara
Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat suatu keseimbangan yang layak antara penjualan dengan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang,
aktiva tetap, dan aktiva lain sebagainya. Menurut Weston dan Copeland 2003:230, terdapat beberapa rasio aktivitas
yang umum digunakan, yaitu: 1.
Perputaran persediaan. 2.
Periode penagihan rata-rata. 3.
Perputaran aktiva tetap. 4.
Perputaran total aktiva.
Perputaran persediaan, digunakan untuk mengukur kecepatan perusahaan dalam
mengevaluasi usia persediaannya, yang diukur dengan nilai penjualan dibagi dengan persediaan. Perhitungan perputaran persediaan untuk Walker-Wilson Company pada
akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Sales
Inventory 3.000.000
300.000 Inventory turnover
= 10 kali Perputaran persediaan Walker-Wilson Company 10 kali, yang berarti lebih baik
daripada rata-rata industri, yaitu 9 kali. Hal ini berarti perusahaan tidak menyimpan persediaan secara berlebihan, dimana persediaan yang berlebihan sudah tentu
merupakan harta yang tidak produktif, dan merupakan investasi dengan hasil pengembalian yang rendah atau nol.
= Inventory turnover
= Inventory turnover
Universitas Sumatera Utara
Periode penagihan rata-rata, mengukur perputaran piutang, yang dihitung dalam 2
tahap, yaitu penjualan tahunan dibagi dengan 360 hari, untuk mendapatkan penjualan harian rata-rata, dan piutang dibagi dengan penjualan harian rata-rata, untuk
memperoleh jumlah hari dimana penjualan terikat pada piutang. Perhitungan periode penagihan rata-rata untuk Walker-Wilson Company pada
akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Sales
360 3.000.000
360 Sales per Day
= 8.333 Account Receivable
Sales per Day 200.000
8.333 Average collection period
= 24 hari Jumlah hari tersebut merupakan periode penagihan rata-rata. Oleh karena merupakan
lamanya waktu rata-rata, bagi perusahaan harus menunggu menerima pembayaran setelah terjadi penjualan. Perhitungan Walker-Wilson Company menunjukkan
periode penagihan rata-rata adalah 24 hari, sedikit di atas rata-rata industri 20 hari.
Perputaran aktiva tetap, digunakan untuk mengukur perputaran dari alat-alat dan
mesin pabrik. Perhitungan perputaran aktiva tetap untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:
Sales =
Sales per Day
= Sales per Day
= Average collection period
= Average collection period
= Fixed asets turnover
Universitas Sumatera Utara
Total Net Asets 3.000.000
1.300.000 Fixed asets turnover = 2.3 kali
Perputaran aktiva tetap untuk Walker-Wilson Company sebesar 2.3 kali, dinilai kurang baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 5 kali, yang
menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan aktiva tetapnya pada kapasitas setinggi kapasitas yang digunakan perusahaan lain, di industri yang sama.
Perputaran total aktiva, digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aktiva
perusahaan, dan dihitung dari penjualan dibagi dengan jumlah aktiva. Perhitungan perputaran total aktiva untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah
sebagai berikut: Sales
Total Asets 3.000.000
2.000.000 Total asets turnover = 1.5 kali
Perputaran total aktiva untuk Walker-Wilson Company sebesar 1.5 kali, berada di bawah rata-rata industri yaitu 2 kali. Perusahaan tidak menciptakan volume bisnis
yang cukup untuk ukuran investasi aktiva yang dimilikinya. Penjualan sebaiknya ditingkatkan, atau beberapa aktiva yang tidak berguna dijual, atau perusahaan harus
menjalankan keduanya.
Rasio Profitabilitas
= Fixed asets turnover
= Total asets turnover
= Total asets turnover
Universitas Sumatera Utara
Profitabilitas kemampuan laba, merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan, dan keputusan. Rasio yang terdahulu menyajikan beberapa hal yang
menarik tentang cara-cara perusahaan beroperasi, tetapi rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.
Menurut Weston dan Copeland 2003:233, terdapat beberapa rasio profitabilitas yang umum digunakan, yaitu:
1. Marjin laba atas penjualan.
2. Hasil pengembalian atas total aset.
3. Hasil pengembalian atas ekuitas.
Marjin laba atas penjualan, dihitung dari laba bersih sesudah pajak dibagi dengan
penjualan. Perhitungan marjin laba atas penjualan untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:
Net Profit after Tax Sales
120.000 3.000.000
Profit margin on sales = 4
Marjin laba untuk Walker-Wilson Company berada di bawah rata-rata industri, yaitu 5. Hal ini menunjukkan bahwa harga penjualan relatif lebih rendah, atau biaya-
biaya perusahaan relatif lebih tinggi, atau keduanya.
Hasil pengembalian atas total aset, digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya, yang kadang-kadang disebut =
Profit margin on sales
= Profit margin on sales
Universitas Sumatera Utara
dengan hasil pengembalian atas investasi. Perhitungan hasil pengembalian atas total aset untuk Walker-Wilson Company pada akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut:
Net Profit after Tax Total Asets
120.000 2.000.000
Return on asets = 6
Hasil pengembalian atas total aset untuk Walker-Wilson Company adalah 6, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 11.4. Hasil yang rendah ini
berasal dari rendahnya marjin laba terhadap penjualan 4 dibandingkan dengan rata-rata industri 5, dan rendahnya perputaran aktiva 1.5 kali dibandingkan
dengan rata-rata industri 2 kali.
Hasil pengembalian atas ekuitas, yaitu rasio laba bersih sesudah pajak terhadap
modal, mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham. Perhitungan hasil pengembalian atas ekuitas untuk Walker-Wilson Company pada
akhir tahun 2008, adalah sebagai berikut: Net Income
Stackholders Equity
120.000 1.000.000
Net worth = 12
Hasil pengembalian atas ekuitas untuk Walker-Wilson Company adalah 12, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 15.
= Return on asets
=
= Net worth
= Net worth
Return on asets
Universitas Sumatera Utara
E. Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba