Faktor Penuaan Teori Proses Penuaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II.1. Penuaan Aging II.1.1. Definisi Penuaan Menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi frail lemah, rentan diakibatkan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial Setiati et al., 2009. Secara garis besar, ilmu gerontologis menyebutkan bahwa bertambahnya umur aging merupakan sebuah proses yang berkaitan dengan waktu, di mana tubuh mengalami perubahan secara bertahap. Di saat seseorang menjadi tua senescence, kemampuan sel dalam tubuhnya untuk membelah dan berkembang untuk memperbaiki diri serta mempertahankan fungsi normal menghilang sehingga seiring waktu dapat menyebabkan kematian. Selama penuaan, setiap sistem organ dalam tubuh mengalami penurunan kemampuan untuk mempertahankan homeostatis yang dikenal dengan istilah homeostenosis Setiati et al., 2009.

II.1.2. Faktor Penuaan

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses penuaan yang dialami seseorang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu radikal bebas, berkurangnya hormon, proses glikosilasi, metilasi, 7 apoptosis, penurunan sistem kekebalan tubuh, serta genetik. Faktor eksternal yang utama yaitu gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stress, kemiskinan Pangkahila, 2007. Faktor-faktor tersebut di atas itulah yang membuat seseorang menjadi tua, sakit dan akhirnya meninggal. Oleh sebab itu bila faktor penyebab tersebut dapat dihindari, dicegah, diperlambat, maka kualitas hidup seseorang saat mengalami penuaan dapat dipertahankan. Selanjutnya, usia harapan hidup bisa menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik Pangkahila, 2007.

II.1.3. Teori Proses Penuaan

Teori proses penuaan yang dialami manusia pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, teori wear and tear dan teori program Pangkahila, 2007. Prinsip dari teori wear and tear adalah tubuh menjadi lemah lalu meninggal akibat penggunaan dan kerusakan yang terjadi terus-menerus. Penggunaan organ tubuh yang secara biasa tidak dengan penyalahgunaan pada akhirnya akan terakumulasi dan menyebabkan kerusakan. Teori ini meyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang tidak terlambat dapat membantu mengembalikan proses penuaan dengan cara merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel Pangkahila, 2007. Teori wear and tear sendiri meliputi beberapa teori, yaitu teori kerusakan DNA, teori glikosilasi, teori radikal bebas Pangkahila, 2007; Setiati et al., 2009: 1. Teori kerusakan DNA mengemukakan bahwa proses penyembuhan tingkat molekuler yang tidak sempurna mengakibatkan penimbunan kerusakan molekul terus-menerus. Kerusakan dapat berupa strand break, covalent modification danatau chromosomal rearrangement yang dapat diakibatkan oleh radiasi UV, polutan, asap rokok, mutagen kimia maupun free radical dan proses glikosilasi. Gangguan repair penyembuhan ini dapat menyebabkan accelerated aging percepatan proses penuaan. 2. Teori glikosilasi mengemukakan bahwa proses glikosilasi non- enzimatik yang menghasilkan pertautan glukosa-protein, yang disebut advance glycation end product AGEs, menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul lain termodifikasi sehingga menyebabkan penuaan. AGEs akan menumpuk pada jaringan seperti kolagen kekakuan arteri, lensa mata mengakibatkan katarak. Hal-hal tersebut umumnya dialami lebih cepat oleh penderita Diabetes, oleh sebab itu Diabetes sering dianggap sebagai model biologik penuaan dini. 3. Teori radikal bebas menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reaktif radikal bebas dapat bereaksi dengan komponen penting seluler protein, DNA, lipid sehingga menjadi tidak berfungsi dan mengganggu fungsi sel lain. Radikal bebas merupakan molekul sebagai bahan yang dihasilkan selama terjadi metabolisme seluler normal, seperti radikal superoxide, hydroxyl, purine dan pyrimidine. Pengaruh radikal bebas secara molekuler berupa serangkaian peristiwa yang menyebabkan oksidasi organik oleh oksigen molekuler. Mengakibatkan kerusakan fungsi seluler melalui mutasi DNA, cleavage of DNA dan agregasi biomolekul melalui cross- linking reaction. Teori program meliputi teori terbatasnya replikasi sel, proses imun dan teori neuroendokrin Pangkahila, 2007; Setiati et al., 2009: 1. Teori terbatasnya replikasi sel Pada setiap DNA, di ujungnya terdapat telomer yang terdiri dari hexanucleotide. Dalam replikasi sel, telomer akan memendek setiap terjadi pembelahan sel. Setelah sejumlah pembelahan sel, telomer yang terpakai maksimal dan akhirnya pembelahan sel berhenti. Mekanisme tersebut menyatakan bahwa telomer menentukan rentang usia sel dan pada akhirnya rentang usia organisme manusia sendiri. 2. Proses imun Berhubungan dengan involusi kelenjar thymus. Kelenjar sumber sel T penting bagi sistem imun. Seiring usia, fungsi sel T menurun walaupun jumlahnya tidak berkurang secara dramatis. Sel T memproduksi limfokin interleukin. Pada kelainan yang terjadi pada usia lanjut, interleukin yang berperan. 3. Teori neuroendokrin Berdasarkan peranan hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon dikeluarkan organ yang dikendalikan hipotalamus. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu kemudian mengeluarkan hormon. Pada saat manusia menjadi tua, produksi hormon menjadi lebih sedikit dan kadarnya menurun sehingga fungsi tubuh terganggu. Salah satu contoh jelasnya adalah menopause, dimana menurunnya estrogen menyebabkan menopause menunjukkan kegagalan fungsi ovarium akibat proses penuaan, selanjutnya kualitas hidup dapat menurun akibat berbagai keluhan yang muncul

II.1.4. Perubahan Sistem Tubuh Pada Proses Menua