3
B. Landasan Teori
Russefendi Murniati, 2003: 46 menyatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, defenisi-defenisi,
aksioma-aksioma dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut
ilmu deduktif. Menurut Reys Murniati, 2007: 46 dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahan
bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal itu Murniati, 2007: 46. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan
bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dalam memahami arti dari struktur-struktur,
hubungan-hubungan, simbol-simbol yang ada dalam materi pelajaran matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku pada diri siswa.
Menurut Hilgrad dan Bower Fudyartanto, 2002 yang dikutip Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, belajar to learn memiliki arti: 1 to gain
knowledge, comprehension, or mastery of though experience or study; 2 to fix in mind or memorymemorize; 3 to aquire trough experience to become in
forme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman,
mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas
atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan
integrative dengan mengunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan Abu Ahmadi: 126 - 127.
Dari pengertian - pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku melalui latihan dan pengalaman dengan lingkungannya serta tujuan belajar dapat diterima baik oleh masyarakat.
4 Kedisiplinan diartikan sebagai perilaku seseorang mengikuti pola-pola
tertentu yang telah ditetapkan atau disetujui terlebih dahulu baik persetujuan tertulis, lisan maupun berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan. Adapun
belajar diartikan sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.
Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa untuk melakukan
aktivitas belajar yang sesuai dengan keputusan-keputusan, peraturan- peraturan dan norma-norma yang telah ditetapkan bersama, baik persetujuan
tertulis maupun tidak tertulis antara siswa dengan guru di sekolah maupun dengan orangtua di rumah untuk mendapatkan penguasaan pengetahuan,
kecakapan, kebijaksanaan. Menurut Slameto 2003, ada beberapa macam disiplin belajar yang hendaknya dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan
belajarnya di sekolah yaitu: disiplin siswa dalam masuk sekolah, disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di
sekolah, dan disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah. Strategi Auditory Intellectually Repetition. Model pembelajaran ini
mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara
siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Menurut Suherman 2004: 20, AIR adalah strategi pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan
tiga hal, yaitu : 1 Auditory, yang berarti indra telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, mengemukakan
pemdapat, menanggapi, presentasi, dan argumentasi; 2 Intellectualy, yang berarti kemampuan berfikir perlu dilatih melalui latihan bernalar,
mengkonstruksi, menerapkan gagasan, mengajukan pertanyaan, dan memecahkan masalah; 3 Repetition pengulangan, yang berarti pemberian
kuis, tugas PR agar pemahaman siswa lebih luas dan mendalam. Langkah- langkah Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition, yaitu: siswa
5 dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen, kemudian guru
membagikan LKS dan guru mengarahkan serta memberi petunjuk cara penyelesaian konsep yang ada di LKS dengan cara eksplorasi media
pembelajaran Auditory, secara berpasangan siswa tampil di depan berbagi ide
mendemonstrasikan media
untuk memecahkan
permasalahan Intellectually, siswa mengerjakan lembar permasalahan secara individu
dengan cara mengajukan pertanyaan Intellectually, diskusi kelompok sharing
berbicara, mengumpulkan
informasi, membuat
model, mengemukakan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan
Intellectually, wakil dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi,
melengkapi, dan menyetujui kesepakatan Intellectualy, dan seorang siswa wakil dari kelompok kawan menyimpulkan Intellectualy.
Dedi Rohendi, Heri Sutarno, Lies Puji Lestari 2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intelectually Repetition AIR
dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Aplikasi Siswa “ dapat disimpulkan bahwa kemampuan aplikasi siswa menggunakan model pembelajaran AIR
lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Ika Riptiana 2010 menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap
prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dengan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition lebih tinggi prestasi belajarnya daripada model
pembelajaran Resiprocal Teaching. Nur Supriyatun 2011 menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan minat dan prestasi belajar matematika melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Auditory Intellectually Repetition. Perilaku disiplin guru kelas mempengaruhi sikap siswa terhadap sekolah dan
guru. Dalam tiga pengaturan, baik hukuman dan agresi berhubungan secara signifikan dengan tingkat gangguan negatif siswa yang mempengaruhi guru
Ramon Lewisa, Shlomo Romib, Yaacov J. Katzb, Xing Qui, 2008. Ratna Dewi Rahmawati 2008 dengan judul “Upaya Peningkatan Kedisiplinan
Siswa Pada Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Cooperative
6 Learning”, menyimpulkan bahwa ada peningkatan kedisiplinan melalui
pendekatan Cooperative Learning. Hipotesis tindakan yaitu: ”Meningkatnya Kedisiplinan Belajar
Matematika pada Luas Permukaan Bangun Ruang dengan Menggunakan Strategi Auditory Intellectually Repetition ”
C. Metode Penelitian