PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 )

(1)

1

sampai dengan tahun 2009)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh :

DEWA SANCAHYA NISTANTYA F1307530

PROGRAM STUDI SI-NON REGULER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

“Lupakan Semua Kebaikan yang Pernah Kita Lakukan, Ingat Slalu Kebaikan Orang Lain untuk Kita”


(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP

PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2009)

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Ekonomi jurusan Akuntansi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa telah selesainya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama banyak pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses dan penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini Sehingga penulis terbuka dan menerima saran ataupun kritik demi perbaikan Namun demikian penulis berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Terima Kasih.

Surakarta, 2010 Dewa Sancahya Nistantya

DAFTAR ISI

Halaman


(6)

ABSTRAKS ……….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……… iv

HALAMAN PENGESAHAN ..……….. v

HALAMANMOTTO ..……….. vi

KATA PENGANTAR ……….. vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... .. 1

B. Perumusan Masalah.……….... 13

C. Tujuan Penelitian ……….………. 14

D. Manfaat Penelitian ...………….………. 14

E. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 16

A. Landasan Teori ... 16

1. Profitabilitas ... 16

2.Corporate Social Responsibity... 19

3. HubunganCorporate Social Responsibilitydengan Profitabilitas... 30

B. Penelitian Terdahulu ... 38

C. Kerangka Pemikiran ... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Penentuan Populasi dan Sampel ... 42

C. Jenis dan Sumber Data ... 44

D. Metode Pengumpulan Data ... 45

E. Pengukuran Variabel dan Devinisi Operasional... 46

F. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis... 49


(7)

2. Model Regresi ... 52

3. Pengujian Hipotesis ... 53

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 56

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 57

1. Statistika Deskriptif Variabel Penelitian... 57

2. Uji Asumsi Klasik... 58

3. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 58

4. Hasil Hipotesis... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .. ...… 71

A. Kesimpulan .... ... 71

B. Kerbatasan Penelitian ... 72

C. Saran ... ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu... 10

Tabel 2.1 Rumus Rasio-rasio Profitabilitas ... 18

Tabel 2.2 Argumen yang Mendukung dan Menentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 22

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang tidak Masuk Kriteria Sampel... 44

Tabel 3.2 Pengukuran CSR yang Digunakan dalam Penelitian ini ... 48

Tabel 3.3 Pengambilan Keputusan Autokorelasi Uji Darbin Watson ... 52

Tabel 4.1 Data Deskriptif ... 57

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Non Parametrik Kolmogorov-Smirnov setelah Transformasi... 58

Tabel 4.3 Nilai Tolerance dan VIF ... 59

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 60

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 60

Tabel 4.6 Persamaan Regresi Berganda ... 61

Tabel 4.7 Hasil Korfisien Determinasi... 63

Tabel 4.8 Pengujian Hipotesis Secara Parsial ... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji F ... 68

DAFTAR GAMBAR


(9)

Gambar 2.1 DimensiCorporate Social Responsibility ... 27 Gambar 2.2 Kategori Perusahaan Berdasarkan Profit Perusahaan dan

Anggaran CSR... 32 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 41


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel

Lampiran 2 Alokasi Dana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Sampel Lampiran 3 Deskriptives

Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik Lampiran 5 Regresi


(11)

PENGARUHCORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITYTERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2009)

DEWA SANCAHYA NISTANTYA F 1307530

Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan merupakan salah satu bentuk kepedulian sebuah perusahaan terhadap lingkungan. Saat ini CSR bertujuan untuk memaksimalkan laba tetapi juga dituntut untuk lebih mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan stakeholder-nya. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris pengaruh CSR terhadap profitabilitas.

Sampel penelitian ini menggunakan 27 perusahaan perbankan yang listing di BEI periode tahun 2007-2009. Data yang digunakan adalah laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan tiap tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode 2007-2009 untuk biaya kemitraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dengan nilai signifikan sebesar 0.009,biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dengan nilai signifikan sebesar 0.000, dan biaya bina lingkungan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA dengan nilai signifikan sebesar 0.334. Untuk hasil penelitian secara simultan CSR berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa corporate social responsibility berpengaruh terhadap profitabilitas. Untuk penelitian yang akan datang dapat menambah variabel independen atau menambah proksi profitabilitas.

Key word:Corporate Social Responsibility, profitabilitas,return on asset.


(12)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY EFFECT ON CORPORATE PROFITABILITY

(Case Study In Corporate Banking Listings in IDX year 2007 until the year 2009)

DEWA SANCAHYA NISTANTYA F 1307530

Corporate Social Responsibility (CSR) company is one form of concern for the environment of a company. Currently CSR aims to maximize profits but also are required to accommodate the needs of the community and its stakeholders. This study aimed to provide empirical evidence of the influence of CSR on profitability.

This study samples using 27 banking companies listed at BEI period 2007-2009. The data used is the company's financial report released every year. The sampling technique was purposive sampling method. This study uses the multiple regression analysis method. The results showed that during the period 2007-2009 for the cost of the partnership have a positive and significant impact on the value of ROA significantly by 0.009, the cost of employee benefits has positive and significant impact on the value of ROA significantly by 0.000, and the cost of developing the community and not significant positive effect on ROA significant value for 0.334. To study simultaneous influence of CSR on profitability (ROA).

The result showed that corporate social responsibility affect profitability. For future research can add the independent variable, or add proxy profitability.

Key word: Corporate Social Responsibility, profitability, return on assets.

BAB I PENDAHULUAN


(13)

Ide tentangcorporate social responsibility(CSR) atau juga dikenal dengan triple bottom line (Economic, Sosial, and Environmental) bukan ide baru dan telah ada sejak abad ke-19, yang dimulai dengan revolusi industri. Tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) semakin mendapatkan perhatian oleh kalangan dunia usaha. Di Indonesia sejak era reformasi bergulir, masyarakat semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat tersebut memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan corporate social responsibility (CSR) (Daniri, 2007). Menurut Utama (2007) perkembangan CSR juga terkait dengan semakin parahnya kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim. Sejalan dengan perkembangan tersebut, Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan perseroan yang bidang usahanya di bidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Terdapat pandangan yang menyatakan bahwa perusahaan tidak hanya dinilai dari kinerja finansialnya saja tetapi juga dinilai dari kinerja sosial perusahaan (corporate social performance), yaitu bagaimana perusahaan tidak hanya memuaskan para pemilik modal tetapi juga harus memuaskan seluruh stakeholdernya, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mulai munculnya pandangan bahwa perusahaan harus melaksanakan aktivitas sosial, disamping aktivitas operasionalnya (Budiarsi, 2005).


(14)

Isu tentang CSR muncul karena adanya berbagai tekanan dari pihak luar, seperti adanya usaha penelitian yang intensif dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat tentang peran perusahaan terhadap masyarakat sekitar. Isu-isu tentang kerusakan lingkungan, hak-hak kaum buruh yang terabaikan oleh perusahaan, skandal keuangan atau masalah-masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari aktivitas operasional perusahaan menggugah aktivis dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk melakukan penelitian dan menuntut perusahaan memberikan kontribusi kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.

Bank Dunia menyatakan bahwa tanggung jawab sosial terdiri dari beberapa komponen utama: perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak azasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, standar usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan, kepemimpinan dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan.

Corporate social responsibility (CSR) dapat didefinisikan sebagai berikut “...the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community... , and society at large.” (World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), 2008). Ini berarti bahwa CSR bukan hanya sekedar pemberian “cek” atau “sumbangan” kepada masyarakat sekitar, melainkan mempunyai makna lebih dari itu, yaitu untuk mengembangkan masyarakat sekitar (community development) terutama dalam hal pengembangan perekonomian masyarakat sekitar.


(15)

Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program corporate social responsibility (CSR) sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Survey global yang dilakukan oleh the economist intelligence unit menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai organisasi menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan (Warta Ekonomi, 2006 dalam Sayekti dan Ludovicus, 2006). Penelitian Basamalah dan Jermias (2005) menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan sosial adalah untuk alasan strategis. Meskipun belum bersifatmandatory, tetapi dapat dikatakan bahwa hampir semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sudah mengungkapkan informasi mengenai CSR dalam laporan tahunannya (Yuniasih dan Gede, 2007).

Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia, 1983 dalam Yuniasih dan Gede, 2007). Perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang melalui penerapan CSR (Kiroyan, 2006 dalam Yuniasih dan Gede, 2007).

Jika sebuah perusahaan ingin mengembangkan CSR maka harus memiliki corporate social responsivenes, yaitu bagaimana perusahaan dapat sensitif terhadap masalah sosial yang terjadi dan kemudian dapat tanggap terhadap masalah-masalah sosial yang muncul. Corporate social responsiveness berkaitan dengan masalah bagaimana setiap perusahaan merespon masalah sosialnya dan kemampuan perusahaan menentukan masalah sosial mana yang harus direspon. Tentu saja tidak semua masalah sosial yang timbul dapat direspon karena masalah


(16)

sosial bersifat sangat kompleks dan luas (Budiarsi, 2005). Maka dari itu perusahaan perlu memfokuskan pada arah mana aktivitas CSR yang akan dilakukan oleh perusahaan agar tepat sasaran dan akhirnya dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara efisien dalam penggunaan sumber dayanya.

Keberhasilan CSR sendiri dapat diukur melalui indikator yang disebut dengan corporate social performance. Corporate social performance merupakan hal yang cukup penting bagi citra (reputation) perusahaan, terutama untuk jangka panjang perusahaan yang dapat memberi kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian corporte social performance dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. Citra atau reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu aset yang sangat berharga. Dari sini dapat dijadikan titik tolak mengapa CSR merupakan salah satu komponen kunci yang penting bagi pengembangan reputasi perusahaan. CSR juga dapat dijadikan semacam “asuransi jaminan” yang diperlukan untuk melindungi perusahaan jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan (Budiarsi, 2005) dan dapat menjaga keberlangsungan aktivitas perusahaan agar terus berlangsung secara sustainable. Selain dengan corporate social performance, CSR juga dapat diukur dengan menggunakan KLDscore(Tsoutsoura, 2004).

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa penelitian menginvestigasi penerapan CSR di berbagai perusahaan di Indonesia antara lain penelitian yang dilakukan oleh Yosefa (2006) yang meneliti tentang pengaruh pengungkapan CSR dengan ERC (Earning Response Coefficient), Yosefa menggunakan sampel 108 annual report tahun 2005 dari perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia


(17)

(BEI). Yosefa berkesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengungkapan CSR dalamAnnual Report dengan ERC. Lebih lanjut lagi, Yosefa menyatakan bahwa investor mempertimbangkan pengungkapan CSR dalam Annual Reportdalam proses pengambilan keputusan investasi mereka.

Dalam penelitian Yuniasih dan Gede (2007) meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan dalam hal ini ROA (Return On Asset) terhadap nilai perusahaan dengan CSR dan Good Corporate Governance sebagai variable pemoderasi. Penelitian ini hanya menggunakan 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2005– 2006. Yuniasih dan Gede menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan, untuk CSR sebagai variabel pemoderasi terbukti berpengaruh positif secara statistis pada hubungan return on asset dan nilai perusahaan atau dengan kata lain CSR merupakan variabel pemoderasi dalam kaitannya dengan hubungan return on asset dan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap hubunganreturn on assetdan nilai perusahaan atau dengan kata lain kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi.

Di dalam ekonomi modern peran swasta antara lain melalui pasar bebas, privatisasi dan globalisasi maka peran swasta semakin luas berinteraksi dan bertanggung jawab serta memiliki tanggung jawab sosial dengan masyarakat dan pihak lain. Kondisi ini membuat peranan pemerintah semakin berkurang tidak terkecuali dalam hal pelayanan publik. Pelayanan publik yang dulu dikuasai pemerintah kini diambil alih oleh swasta dengan manajemen dan kualitas yang


(18)

lebih baik. Namun tentu saja harus dibayar dengan lebih mahal oleh publik untuk mendapatkan kualitas yang baik.

Tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya dalam bidang pembangunan sosial dan ekonomi tetapi juga dalam hal lingkungan hidup. Sebagaimana diketahui tiga pilar utama dalam corporate citizenhip adalah keuangan, sosial dan lingkungan. Tentu saja perusahaan swasta harus bekerja sama dengan pihak lain dalam hal ini pemerintah dan masyarakat.

Secara umum gerakan CSR ada tiga motif, seperti yang diungkapkan Baron (2003) dalam Budiarsi (2008), berikut ini.

“The motive for strategic CSR is to increase the profits of the firm in the ansence of an external threat. A second motive for CSR is to reduce threats to the firm from its non market environment, as from activists and governments. The third motive is moral, the firm voluntarily respond to the needs of others without a compensating profit.” (Baron, 2003:658).

Jika perusahaan melaksanakan CSR, maka perusahaan tersebut mempunyai motif untuk meningkatkan keuntungan. Motif yang kedua, perusahaan melaksanakan CSR, untuk mengurangi ancaman atau tekanan dari pemerintah atau aktivis LSM. Motif yang ketiga adalah karena kesadaran moral, tanpa pamrih untuk mendapatkan keuntungan finansial, perusahaan secara sadar merespon kebutuhan akan pentingnya perhatian pada lingkungan. Ketiga motif di atas, dapat diketahui bahwa gerakan yang dilakukan perusahaan sebenarnya apakah bersifat strategis atau etis.

Menurut Sueb (2001), perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya harus mengeluarkan biaya tambahan yang tidak sedikit jumlahnya, namun pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu


(19)

keharusan baik dari segi tuntutan bisnis maupun etis, yang relevansinya semakin dirasakan dalam operasi bisnis modern.

Kelompok biaya sosial dan media pengungkapan yang paling banyak dipilih oleh perusahaan adalah : 1) penyajian biaya pengelolaan lingkungan di dalam prospektus, 2) Biaya kesejahteraan pegawai yang disajikan di dalam catatan atas laporan keuangan, 3) Biaya untuk masyarakat di sekitar perusahaan yang disajikan di dalam laporan tahunan, 4) Biaya pemantauan produk yang disajikan di dalam catatan atas laporan keuangan (Sueb, 2001).

Penelitian ini mempunyai persamaan atas penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih dan Gede (2007). Persamaan penelitian ini dengan penelitian Yuniasih dan Gede tersebut adalah sama-sama menganalisis tentang pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan. Yuniasih menganalisis tentang pengaruh kinerja keuangan dalam hal ini ROA terhadap nilai perusahaan dengan CSR dan good corporate governance sebagai variable pemoderasi, sedangkan dalam penelitian ini menganalisis pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio ROA juga. Persamaan lainnya yakni pada indikator CSR yang digunakan. Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian Yuniasih dan Gede tersebut, yaitu :

1. Penelitian ini mengambil studi kasus dari perbankan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Pada penelitian terdahulu, populasi penelitian adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002 yang telah menerapkan CSR. Penelitian ini menggunakan populasi perbankan di


(20)

Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Perusahaan perbankan yang listing di BEI pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dipilih karena setiap bank tersebut telah melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dan menyertakannya dalam laporan keuangan maupun laporan tahunan secara jelas dan terpisah dengan akun lain, sehingga akan memudahkan proses penelitian. Dengan sampel yang relatif baru diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang aktual di Indonesia.

2. Variabel independen penelitian ini tidak hanya mewakili kepedulian sosial perusahaan pada kesejahteraan karyawan dan komunitasnya, tetapi juga kepedulian perusahaan pada lingkungannya, yang dalam penelitian ini antara lain berupa program kemitraan dan bina lingkungan perusahaan perbankan. Pada penelitian sebelumnya menggunakan kinerja keuangan dalam hal ini ROA sebagai variabel independennya. Variabel dependen pada penelitian ini hanya menggunakan rasio profitabilitas return on assets. Pada penelitian Yuniasih dan Gede menggunakan ROA sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan yang merupakan variabel independennya dan menggunakan nilai perusahaan sebagai variabel dependennya.

3. Penelitian ini menganalisis pengaruh implementasi corporate social responsibility perusahaan yang antara lain terdiri dari biaya-biaya sosial yang meliputi biaya bina lingkungan, biaya kemitraan dan biaya kesejahteraan karyawan terhadap variabel penentu kinerja keuangan perusahaan, yakni


(21)

return on asset, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan corporate social responsibilitysebagai variabel pemoderasi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakancorporate social responsibility sebagai variabel independen karena secara teoritis ketika perusahaan semakin meningkatkan kegiatancorporate social responsibility maka dapat meningkatkan image dari perusahaan dan akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Corporate social responsibility juga digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu diantaranya Nelling dan Webb (2006), Tsoutsoura (2004), Sayekti dan Wondabio (2006), Lindrawati, Felicia dan Budianto (2008).

Masalah tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan sosial semakin banyak disoroti, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh kepedulian sosial perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terhadap profit yang dihasilkannya. Biaya-biaya sosial sebagai wujud pelaksanaan CSR perusahaan dikaitkan dengan profitabilitas perusahaan, terutama padareturnyang akan diterima perusahaan.

Beberapa peneliti yang pernah meneliti faktor-faktor atau variabel-variabel dari CSR yang mempengruhi profitabilitas perusahaan antara lain terdapat dalam tabel 1.1 berikut.


(22)

Tabel 1.1 Peneliti Terdahulu

Judul Peneliti (thn)

Variabel Penelitian

Model

Analisis Hasil Penelitian Variabel

Independent

Variabel Dependen 1. PengaruhCorporate

Sosial Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar sebagai 100best corporate citizens oleh KDLResearch and Analitics Lindarawati, Nita Felicia, J.Th Budianto T. (2008) CSR, diukur dengan menggunakan indeks return shereholder dan stakeholder

ROE, ROI Regresi

Berganda

CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. CSR berpengaruh signifikan terhadap ROI

2. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Ni Wayan Yuniasih, Made Gede Wirakusuma, (2007) Kinerja Keuangan diukur dengan ROA dengan Corporate Social

Nilai Perusahaan Regresi Berganda

ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, CSR sebagai pemoderasi berpengaruh positif terhadap ROA dan nilai perusahaan, sedangkan GCG tidak berpengaruh


(23)

Corporate Social Reponsibilitydan Good Corporate Governancesebagai variabel pemoderasi. Reponsibilitydan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi.

positif terhadap ROA dan nilai perusahaan.

3. CSR dan Financial performance : The “Virtous Circle” Revisited 4. Pengaruh CSR

Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient Edward Nelling, Elizabeth Webb, (2006) Yosefa Sayekti, Ludovicus Sensi Wondabio (2006) CSR Performance (Measure by KLD index) UE (Unexpected Earnings) dan pengungkapan informasi CSR dalamannual report perusahaan atau CSRdisclosure Indeks (CSRI).

Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara CSR score dan ROA

CSR berpengaruh negatif terhadap ERC


(24)

Penelitian ini menggunakan populasi penelitian perusahaan-perusahaan yang telah listingdi BEI (Bursa Efek Indonesia), dimana perusahaan yang sudah listing tersebut mendapatkan sorotan yang cukup luas dari publik. Informasi tentang aktivitas operasional dan informasi keuangan perusahaan tersebut juga dapat diakses secara terbuka oleh publik, sehingga perusahaan memang perlu melaksanakan dan mengungkapkan CSR.

Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang listing di BEI pada tahun 2009. Perusahaan perbankan dipilih karena setiap perusahaan perbankan tersebut telah melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dan menyertakannya dalam laporan keuangan maupun laporan tahunan secara jelas dan terpisahkan dengan akun lain.

Alasan selanjutnya adalah bahwa bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan perbankan lebih jelas dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang sama-sama listing di BEI. Di setiap perusahaango public, implementasi CSR-nya kurang identik satu sama lain, sehingga menyusahkan dalam pengambilan variabel penelitian. Dalam perusahaan perbankan, bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dari bank satu dengan yang lain adalah sama, yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, sehingga akan memudahkan proses penelitian. Untuk kesejahteraan karyawan, di setiap perusahaan secara garis besar adalah sama sehingga akan memudahkan proses penelitian.

Penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu yang mempunyai perbedaan hasil penelitian dalam variabel CSR yang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Inilah yang akan menjadireserach gapdalam penelitian


(25)

ini, sehingga menarik dan perlu dilakukan peneletian lebih lanjut yang berhubungan denganresearch gaptersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2009)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas ditemukan research gap yang menjelaskan bahwa variabel biaya bina lingkungan, biaya kemitraan, dan biaya kesejahteraan karyawan, sebagai indikator tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap profitabilitas perusahaan, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah biaya bina lingkungan sebagai indikator tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan?

2. Apakah biaya kemitraan sebagai indikator tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan?

3. Apakah biaya kesejahteraan karyawan sebagai indikator tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan?


(26)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh biaya bina lingkungan, biaya kemitraan dan biaya kesejahteraan sebagai indikator tanggung jawab sosial terhadap profitabilitas perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain :

1. Memberikan pemahaman mengenai pengaruh penerapan corporate social responsibilityterhadap profitabilitas perusahaan.

2. Memberikan masukan bagi pengembangan penerapan corporate social resposibility pada perusahaan, dan meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, serta sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial perusahaan.

3. Menambah studi literatur mengenai pengaruh penerapan corporate social responsibility terhadap profitabilitas perusahaan, dan memberikan landasan bagi peneliti selanjutnya di bidang yang sama di masa yang akan datang.

E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis serta Sistematika Penulisan.


(27)

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang pengertian profitabilitas, corporate social responsibility dan penelitian terdahulu.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi gambaran umum perusahaan sampel, Populasi, Sampel, Metode Pengumpulan Data, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian, Instrumen Penelitian, Metode Analisis Data.

Bab IV Analisis Data

Bab ini berisi Pelaksanaan Penelitian, Pengujian Instrumen Penelitian. Analisis Data.

Bab V Kesimpulan


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Menurut Heinze (1976); Gray et.al, (1995) dalam Mahdiyah (2008) profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial.

Profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham & Houston, 2006), dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian pengukuran profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen secara menyeluruh dan secara tidak langsung para investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis ini. Selain itu keuntungan (profitabilitas) sangat penting bagi perusahaan bukan saja untuk terus mempertahankan pertumbuhan bisnisnya namun juga memperkuat kondisi keuangan perusahaan.

Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan pengaruh dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi


(29)

(Brigham & Houston, 2006). Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas adalah gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, Return on Equity dan Return on Assets (Syamsudin, 1985:55, dalam Ahmar dan Kurniawan, 2007).

Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Gross profit margin merupakan prosentase dari laba kotor dibandingkan dengan sales. Operating profit margin adalah rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum adanya pajak dan bunga dari penjualan yang dilakukan. Rasio ini menggambarkan apa yang biasanya disebut "pure profit" yang diterima atas setiap Rupiah dari penjualan yang dilakukan. Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebut yang benar- benar diperoleh dari hasil operasional perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Net profit margin adalah rasio profitabilitas yang menghitung sejauh mana perusahaan dalam menghasilkan laba setelah dipotong pajak dan bunga dari penjualan yang dilakukan. Semakin tinggi net profit margin, maka makin baik profitabilitas suatu perusahaan. Return on equity(ROE) menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkannet income yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi return adalah semakin baik karena berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga akan makin besar.Return on assets(ROA) menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan


(30)

dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin efektif penggunaan aktiva tersebut.

Kelima rumus rasio untuk menhitung profitabilitas ini dicantumkan pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Rumus Rasio - rasio Profitabilitas Profitabilitas

Rasio Rumus

Gross Profit Margin GPM = Sales–Cost Of GoodSales Sales

Operating Profit Margin OPM= Operating Profit Sales Net Profit Margin NPM = Net Profit After Tax

Sales

Return on Equity ROE = NetProfitAfterTax

StockholderEquity

Return on Assets ROA = Netlncome

TotalAssets Sumber : Konsep penelitian yang diolah

Pada penelitian ini profitabilitas perusahaan diukur dengan rasioreturn on assetsyang diambil dari data keuangan perusahaan perbankan yang menjadi objek penelitian, yang listing pada Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Return on asset merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.


(31)

2. Corporate Social Responsibility

Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut corporate social responsibility (CSR),dan corporate citizenship (CC). Corporate social responsibility(CSR) adalah pengambilan keputusan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menghargai manusia, masyarakat dan lingkungan. Corporate citizenship (CC) adalah cara perusahaan bersikap atau memperlihatkan perilaku ketika berhadapan dengan para pihak lain sebagai salah satu cara untuk memperbaiki reputasi dan meningkatkan keunggulan kompetitif.

Tanggung jawab sosial perusahaan dalam Robbins dan Coulter (2005) dibedakan menjadi dua pandangan, yaitu pandangan klasik dan pandangan sosial ekonomi.

Pandangan Klasik

Pandangan klasik berpendapat bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial manajemen adalah memaksimalkan laba atau memaksimalkan hasil finansial bagi para pemegang saham. Menurut Friedman (1970) tanggung jawab utama manajer adalah menjalankan bisnis sesuai dengan kepentingan terbesar pemegang saham. Apabila manajer melakukan tanggung jawab sosial maka berarti mereka menambah biaya berbisnis. Biaya itu kemudian harus dibebankan ke konsumen melalui harga yang lebih tinggi atau pcmegang saham melalui laba yang lebih kecil.


(32)

Pandangan Sosial Ekonomi

Pandangan sosial ekonomi adalah pandangan yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekadar menghasilkan laba tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Tanggung jawab sosial sebagai kewajiban suatu perusahaan bisnis diluar kewajiban yang dituntut oleh hukum dan penimbangan ekonomi. Sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat dan kepentingan ekonomi perusahaan dapat dicapai, jika perusahaan mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Wartick dan Cochran pada Robbins dan Coulter (2005), tanggung jawab sosial mempunyai pertimbangan utama etis dengan fokus pada tujuan, penekanan pada kewajiban dan dungan kerangka kerja keputusan jangka panjang. Tanggung jawab sosial mangacu pada usaha perusahaan untuk mengejar sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat dan menuntut perusahaan untuk menentukan apa yang benar atau salah dengan mencari kebenaran dasar. Menurut Darwin (2004) dalam Yunita (2007), corporate social responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operosinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan penerimaan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sosial sebagai nilai yang sepadan dalam mengevaluasi kinerja (Boone dan Kurtz, 2002). Dalam hal ini ada kaitan antara tanggung jawab sosial


(33)

perusahaan dengan laba perusahaan, karena Bone dan Kurtz menganggap perlu mempertimbangkan laba dalam penerapan CSR.

Bila dicari akar teoritisnya, konsep corporate social responsibility mendapat pijakan yang relatif kuat karena dua perkembangan berikut. Pertama, dalam realitasnya agen pemerintah tidak selamanya bisa menjalankan kesejahteraaan, rnasyarakat secara memuaskan. Kedua, pasar terkadang gagal mengalokasikan sumber daya secara efisien. Secara teoritis, pendekatan ini dikenal denganteorema coase (Coase Theorem).Penemuan konsep terakhir inilah yang membuka ruang bagi pengembangan konsep CSR (Djalil, 2003).

Banyak argumen yang muncul tentang CSR bagi perusahaan. Masing-masing argumen yang mendukung maupun menetang mempunyai alasan yang sama kuatnya dalam perlu atau tidaknya CSR itu. Argumen-argumen tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.


(34)

Tabel 2.2

Argumen yang mendukung dan menentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan :

Mendukung Menentang

Harapan–harapan masyarakat

Opini publik sekarang mendukung pengusaha yang mengejar sasaran ekonomi dan sosial. Laba jangka panjang

Perusahaan-perusahaan yang secara sosial bertanggung jawab itu cenderung memiliki laba jangka panjang yang lebih terjamin. Kewajiban etis

Dunia bisnis seharusnya bertanggung jawab secara sosial karena tindakan-tindakan yang bertanggung jawab itu merupakan tindakan yang tepat untuk dilakukan.

Citra Masyarakat

Dunia bisnis dapat menguntungkan dengan mengejar sasaran-sasaran sosial.

Lingkungan yang lebih baik

Keterlibatan dunia bisnis dapat menolong memecahkan masalah yang sulit.

Menghambat peraturan pemerintah lebih lanjut.

Dengan menjadi tanggung jawab secara sosial, dunia bisnis dapat mengharapkan berkurangnya peraturan pemerintah. Keseimbangan tanggung jawab dengan kekuasaan.

Dunia bisnis memiliki banyak kekuasaan di dalam masyarakat. Dibutuhkan jumlah tanggung jawab yang sama besar untuk mengimbanginya.

Kepentingan-kepentingan pemegang saham Tanggung jawab sosial akan memperbaiki harga saham perusahaan dalam jangka panjang.

Kepemilikan sumberdaya

Dunia bisnis memiliki sumberdaya dalam rangka mendukung proyek amal yang memerlukan bantuan.

Keunggulan pemecahan atas penyembuhan

Dunia bisnis harus memecahkan masalah sosial sebelum masalah itu menjadi serius dan mahal untuk membenahinya

Menghalangi maksimalisasi laba Dunia bisnis menjadi bertanggung jawab secara sosial hanya jika ia mengejar kepentingan ekonominya. Lunturnya tujuan

Mengejar saran-saran sosial bertanggung jawab tidak menutup biayanya dan seseorang harus membayar biaya ini.

Biaya

Banyak tindakan yang secara sosial bertanggung jawab tidak menutup biayanya dan seseorang harus membayar biaya ini.

Terlampau banyak kekuasaan

Dunia bisnis mempunyai terlalu banyak kekuasaandan jika mereka mengejar sasaran-sasaran sosial, dunia bisnis itu bahkan akan memiliki kekuasaan yang lebih besar lagi.

Kurangnya keterampilan.

Para pemimpin bisnis yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk memecahkan masalah sosial. Kurangnya pertanggung jawaban Tidak ada garis-garis tanggung jawab sosial langsung untuk berbagai tindakan sosial.

Sumber : Robbins dan Coulter, Manajemen, Edisi 7: 2005

Corporate social responsibility menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD=suatu asosiasi global yang terdirl dari 200


(35)

perusahaan yang secara khusus bergerak di bidang“pembangunan berkelanjutan”) adalah suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerja beserta seluruh keluarga.

Berdasarkan suatu dasar pemenuhan dengan peraturan dan perundang-undangan menurut WBCSD, CSR secara khas meliputi komitmen "di luar hukum" dan aktivitas yang menyinggung untuk: tata kelola perusahaan dan etis, kesehatan dan keselamatan, environmental stewardship, hak asasi manusia (termasuk hak inti buruh), pembangunan yang berkelanjutan, kondisi kerja (termasuk kesehatan dan keselamatan, jam kerja, dan gaji), hubungan industrial, keterlibatan masyarakat, pernbangunan dan investasi, kedermawanan perusahaan dan pekerja, kepuasan pelanggan dan kesetiaan pada prinsip untuk kompetisi yang adil, anti suap dan anti korupsi, akuntabilitas, transparasi dalam kinerja pelaporan, dan hubungan pemasok untuk domestik maupun rantai pasokan internasional.

Menurut Baker (2003), corporate social responsibility adalah tentang bagaimana perusahaannme-manage proses-proses bisnisnya untuk menghasilkan dampak positif secara keseluruhan pada masyarakat. Dari kedua pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tak hanya pada lingkungan eksternal perusahaan yang meliputi masyarakat sekitar dan lingkungan, namun juga lingkungan internal perusahaan.

Dalam international finance corporation, corporate social responsibility diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk berperan agar bisa menopang


(36)

permbangunan ekonomi melalui bekerja dengan karyawan, keluarganya, komunitas lokal dan, masyarakat luas, untuk meningkatkan kehidupannya melalui cara-cara tersebut baik untuk bisnis dan pengembangan. Lebih lanjut menurut european commission, corporate social responsibilityadalah suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan perhatiannya pada masalah sosial dan ingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka denganstakeholders-nya atas dasar sukarela. Hanya ada satu tanggung jawab sosial bisnis untuk menggunakan sumber dayanya dan mulai bekerja pada aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan laba asalkan tetap pada tujuan di dalam ketentuan-ketentuan permainan, yang mana untuk mulai bekerja membuka dan persaingan bebas tanpa penipuan (Friedman, 1970).

Tanggung jawab sosial perusahaan tidak bisa hanya pada perusahaan industri yang menghasilkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat. Tetapi juga sektor keuangan atau finansial seperti lembaga keuangan bank dan bukan bank. Persoalannya banyak industri yang merusak lingkungan, melanggar HAM, melakukan pemutusan hubungan kerja sepihak, sering bertahan dan berkuasa dengan tetap menerima kredit dari perusahaan-perusahan keuangan yang kuat dan berkuasa di dunia. Motivasi mencari laba bisa menghambat keinginan untuk membangun masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sejauh ini kebijakan pemerintah untuk mendorong dan mewajibkan perusahan swasta untuk menjalankan tanggung jawab sosial ini tidak begitu jelas (Djogo, 2005). Menurut Schermerhorn (1996) dalam Muhammad (2004) corporate social responsibility


(37)

diartikan sebagai kewajiban organisasi untuk berbuat dengan cara tertentu yang ditujukan untuk melayani kepentingan sendiri maupun kepentinganstakeholders.

Sen dan Bhattacharya (2001) dalam Dewi (2007) menjelaskan bahwa terdapat enam hal pokok yang termasuk dalam CSR yaitu ;

1. Community support, yaitu dukungan pada program pendidikan, kesehatan, kesenian, dan sebagainya.

2. Diversity, merupakan kebijakan perusahaan untuk tidak membedakan konsumen dan calon pekerja dalam hal gender, fisik, atau ras tertentu.

3. Employee support, berupa perlindungan kepada tenaga kerja, insentif dan penghargaan serta jaminan keselamatan kerja.

4. Environment, menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, mengelola limbah dengan baik, menciptakan produk-produk yang ramah lingkungan. 5. Non-US operations, perusahaan bertanggung jawab untuk memberikan hak

yang sama bagi masyarakat dunia untuk mendapat kesempatan bekerja, antara lain dengan membuka pabrik di luar negeri(abroad operations).

6. Product. Perusahaan berkewajiban untuk membuat produk yang aman bagi kesehatan, tidak menipu, melakukan riset dan pengembangan produk, dan menggunakan kemasan yang bisa didaur ulang(recycled).

Sementara itu, Dumright dalam Sen (2001) menunjukkan kegiatan pokok CSR yang meliputi:

1. Corporate philanthropy, merupakan kegiatan perusahaan yang berupa sumbangan-sumbangan dan kegiatan sosial tetapi tidak dimasukkan ke dalam rumusan strategi perusahaan.


(38)

2. Came related marketing, misalnya, perusahaan menyisihkan sebagian dari hasil penjualan produkanya untuk disumbangkan kepada yayasan atau lembaga tertentu.

3. Minority support programs, perusahaan memberikan perhatian kepada kelompok-kelompok masyarakat yang kurang mendapat perhatian, misalnya masyarakat miskin, kelompok ras tertentu, atau penyandang cacat.

4. Socially responsible employment, perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk melakukan tugas-tugas kemasyarakatan selama bekerja di perusahaan tersebut. Karyawan tidak dianggap sebagai assets perusahaan, tetapi sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya.

Corporate social responsibility memfokuskan pada beberapa wilayah yaitu : (1) Dimensi Lingkungan, (2) Dimensi Sumber Daya Manusia, (3) Dimensi Kemanusiaan, (4) Dimensi hak Asasi Manusia. Gambar 2.1 di bawah ini menjelaskan dimensi-dimensi yang luas dari praktik-praktik corpotrate social responsibilityyang digunakan sebagai kerangka penelitian dalam literatur barat.


(39)

Gambar 2.1

DimensiCorporate Social Responsibility

Sumber : Asyraf Wajdi Dusuki, dan Humayon Dar (2005), dalam Askadewi (2007)

Data di atas dapat menyediakan gambaran umum corporate social responsibility. Implikasi pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilihat sebagai berikut.

1. Pelaksanaan hubungan industrial yang menghargai hak-hak dan kewajiban pekerja. Semakin baik perlakuan perusahaan terhadap pekerja, maka semakin merepresentasikan tanggung jawab sosial perusahaan yang tinggi. Dimensi Sumber Daya Manusia

• Perlindungan pada kesehatan dan keamanan

• Perlakuan yang baik pada pegawai dalam hal gaji, jam kerja, dll.

• Kesempatan promosi yang sama.

• Investasi dalam pendidikan dan Pelatihan

CSR

Dimensi Kemanusiaan

• Membantu mengatasi permasalah sosial

• Mendukung proyek

kemanusiaan dalam masyarakat • Berpartisipasi dalam

pengaruran masalah umur

Dimensi Hak Asasi Manusia • Mempromosikan Hak asasi

manusia

• Menjamin operasional dengan tetap memperhatikan Hak Asasi Manusia

• Pertahanan perusahaan terhadap penindasan rezim atau

pelanggaran HAM

Dimensi Lingkungan • Kebijakan yang baik atas

pembuangan dan daur ulang sampah

• Konservasi energi Menjamin bahwa produk tidak berada pada lingkungan yang rusak

• Memiliki inisiatif mempromosikan

pertanggungjawaban pada lingkungan


(40)

3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang benar - benar sahih. Wujud nyata indikator ini adalah pelaksanaan pengolahan limbah industri yang tidak mengganggu lingkungan. Kurangnya kesadaran perusahaan terhadap pencemaran lingkungan ditengarai sebagai sebab utama kurangnya pengelolaan limbah industri.

4. Penerapan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Semakin baik penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, maka semakin menurunkan angka kecelakaan kerja, yang berarti semakin tinggi komitmen perusahaan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kedermawanan.

5. Pelaksanaan kemitraan usaha antara usaha besar dan usaha kecil atau koperasi yang dilandasi semangat saling menguntungkan. Semakin besar peluang yang diberikan perusahaan kepada mitra menunjukkan semakin tinggi tanggung jawab sosial karena adanya perhatian untuk memajukan dan mengembangkan usaha mitra.

6. Aksi-aksi sosial melalui donasi sosial kepada korban bencana, yatim piatu, orang-orang cacat dan lanjut usia, beasiswa bagi masyarakat tidak mampu ataupun bentuk kemanusiaan lain yang terbingkai dalam kedermawanan merepresentasikan semakin tinggi tanggung jawab sosial perusahaan.


(41)

iv

1. Basic responsibility merupakan tanggung jawab yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut, misalnya kewajiban membayar pajak, mematuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham.

2. Organizational responsibility, menunjukkan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder seperti: pekerja, konsumen, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.

3. Societal responsibility, menjelaskan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan.

Untuk mengembangkan CSR ada tahap - tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaannya, yang menurut Susanto (2003) yaitu :

1. Mengembangkan konsepcomunity development cycle.

2. Sosialisasi, dengan target rasaownershipantara masyarakat dan korporasi.

3. Melakukan customization sesuai sensitifitas dan kebutuhan masing -masing daerah.

4. Sosialisasi ulang untuk meningkatkan rasa kebanggaan.


(42)

v

Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Pada Bab III Pasal 8 disebutkan bahwa besarnya dana untuk program kemitraan yang berasal dari laba bersih perusahaan sebesar 1-3% dan dana untuk bina lingkungan sebesar 1%. Program kemitraan yang dilakukan oleh satuan kerja Pengembangan Usaha Kecil dan Koprasi (PUKK), dan program bina lingkungan yang dilaksanakan oleh satuan kerja community development. Dalam pelaksanaannya, alokasi laba yang digunakan untuk program kemitraan dan bina lingkungan tergantung dari kebijakan perusahaan masing-masing. 3. Hubungan CSR dengan Profitabilitas

Hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan profitabilitas telah menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak, sehingga timbul pokok pikiran yang menghasilkan prediksi yang berbeda-beda. Herremans et.al, (1993) dalam Januarti (2005) menyebutkan beberapa pokok pikiran mengenai hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan profitabilitas, antara lain: (a) Pokok pikiran yang menggambarkan kebijakan konvensional, berpendapat bahwa terdapat biaya tambahan yang signifikan dan akan menghilangkan peluang perolehan laba untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, sehingga akan menurunkan profitabilitas, (b) Biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial akan menghasilkan dampak netral terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan tambahan biaya yang dikeluarkan akan tertutupi oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan


(43)

vi

Sudharto (2008) membagi perusahaan menjadi empat kategori. Meskipun cenderung menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR. Keempat kategori tersebut adalah perusahaan minimalis, perusahaan ekonomis, perusahaan humanis, dan perusahaan reformis.

Perusahaan minimalis merupakan perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk kategori ini. Perusahaan ekonomis adalah perusahaan yang memiliki keuntungan yang tinggi, namun anggaran CSR-nya rendah. Perusahaan humanis, yaitu perusahaan yang meski dengan profit rendah, proporsi anggaran CSR-nya relatif tinggi. Terakhir perusahaan reformis, yakni perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi. Perusahaan seperti ini memandang CSR bukan sebagai beban melainkan sebagai peluang untuk lebih maju (Sudharto, 2008). Hubungan anggaran CSR perusahaan dengan profit perusahaan dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.


(44)

vii Sumber : Edi Sudharto Ph.D. (2008).

Perusahaan dengan profit yang didapat sehingga dapat dilihat posisi perusahaan dalam kriteria yang mana. Namun Sudharto (2008) tidak menjelaskan dengan rinci tentang ukuran besar kecilnya proporsi anggaran yang dialokasikan untuk CSR dari profit yang didapat.

Penelitian tentang CSR sering menggunakan ukuran-ukuran yang berbeda. Lindrawati, Felicia, dan Budianto (2008) menggunakan indeks return shareholder

dan stakeholder dalam mengukur CSR. Penelitian mereka menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE, namun berpengaruh signifikan terhadap ROI.

Pada Tsoutsoura (2004) yang mengukur CSR dengan KLD score terhadap ROA, ROE, dan ROS menunjukkan adanya asosiasi positif antara CSR dan profitabilitas, yang artinya bahwa ada hubungan positif antara CSR dengan ketiga ukutan-ukuran kinerja keuangan tersebut (ROA< ROE< ROS). Penelitian ini

Perusahaan Ekonomis–Pelit

Perusahaan Reformis–Maju

Perusahaan Minimalis–kecil/ Lemah

Perusahaan Humanis –Baik Hati/

Dermawan


(45)

viii

menemukan bahwa hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan adalah negatif dan signifikan. Hasil studi yang dilakukan Fauzi (2004) menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan (profitabilitas). Penelitian Januarti dan Apriyanti (2005) juga menunjukkan hasil Biaya Kesejahteraan Karyawan dan Biaya untuk Komunitas secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA.

Menurut Mangolis dan Walsh (2002) dalam Tsoutsoura (2004), ada 122 penelitian yang dipublikasikan antara tahun 1971 dan 2001 yang menguji secara empiris hubungan antara CSR dan kinerja keuangan. Studi empiris hubungan antara CSR dan kinerja keuangan melitputi dua tipe utama. Yang pertama menggunakan metodelogi event study untuk menduga dampak keuangan jangka pendek (abnormal return) ketika perusahaan melibatkan dalam aksi pertanggungjawaban sosial atau tidak ada pertanggungjawaban sosial. Hasil dari studi tersebut bermacam-macam. Seperti yang dipaparkan oleh Tsoutsoura (2004) bahwa hasil penelitian Wright dan Ferris (1997) menemukan hubungan yang negative, Ponikoff (1997) melaporkan hubungan yang positif, sedangkan Welch dan Wazzan (1999) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara CSR dan kinerja keuangan. Studi lain yang dibahas Me William dan Siegel (1997), dengan cara yang sama mengenai tidak konsistennya hubungan antara CSR danfinancial returnjangka pendek.


(46)

ix

(Tsoutsoura, 2004). Rasio profitabilitas yang sering digunakan untuk melihat hubungan antara CSR dan kinerja keuangan adalah return on asset, return on investmen, return on equity, dan return on sales. Pada penelitian ini penulis menggunakan rasio return on assets (ROA) dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan.

McGuire et. al, (1988) yang meneliti tentang tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan menemukan bahwa hubungan antara CSR dan stock-market-based yang diukur dengan kinerja adalah signifikan. Ukuran kinerja berdasarkan akuntansi berhubungan secara signifikan dengan CSR, ROA dan total aset berhubungan positif terhadap CSR dan operating income berkorelasi negatif. TR berhubungan positif dan tidak signifikan terhadap CSR dan Alpha berhubungan positif dan signifikan terhadap CSR. CSR mempunyai hubungan negatif pada standar deviasi dan positif padaoperating leverage.

Ukuran lain yang dapat digunakan dalam penelitian tentang CSR ini adalah CSR performance, seperti yang telah dilakukan oleh McGuire et. al, (1988). Hasil penelitian mereka menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif terhadap ROA.

Susanto (2003) menjelaskan bahwa perusahaan harus mempunyai profit untuk melaksanakan program CSR nya, tanpa ada profit, niscaya seluruh program CSR akan terganggu, bahkan bisa tidak terlaksana. Dari apa yang diungkapkan Susanto


(47)

x

menunjukan hasil tes yang signifikan untuk pengukuran ROA dan tidak signifikan untuk ROE merupakan hasil penelitian Fauzi (2004) yang menggunakan total indek CSR,total asset, beta, ratio total long term,dan debt to total assetsebagai pengukur CSR.

a. Hubungan Biaya Bina Lingkungan dengan ROA

Adanya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk bina lingkungan melalui pelaksanaan kegiatan sosial, donasi bencana alam, pendidikan, kesehatan, dan biaya sosial lannnya mengindikasikan tanggung jawab dan kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya. Namun demikian, Januarti dan Apriyanti (2005) mengatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial semacam ini menyebabkan timbulnya biaya tambahan. Biaya tambahan khusus untuk melasanakan tanggung jawab sosial ini akan berdampak pada profitabilitas perusahaan yang dapat mengurangi perolehan laba, sehingga akan menurunkan profitabilitas. Namun biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan akan menghasilkan dampak netral terhadap profitabilitas apabila tambahan biaya yang dikeluarkan dapat tertutupi oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut.

Kebijakan pengalokasian dana untuk biaya bina lingkungan ini pada setiap perusahaan adalah berbeda-beda. Ada perusahaan yang membebankan dalam beban


(48)

xi berikut.

H1 : Biaya bina lingkungan berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan.

b. Hubungan Biaya Kemitraan dengan ROA

Bentuk program kemitraan yang dilakukan BUMN dengan Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi sebagai pelaksana tanggung jawab sosial perusahaan antara lain pemberian kredit usaha kecil kepada mitra binaan dengan bunga ringan sebagai dana bergulir, pembekalan ketrampilan bagi remaja yang belum bekerja, membantu mempromosikan produk mitra binaan, dari pendidikan manajeman bagi mitra binaan. Namun pelaksanaannya di tiap perusahaan tidak identik sama.

Pelaksanaan program kemitraan ini memang menggunakan dana dari alokasi laba yang diperoleh perusahaan yang kewajiban penyisihannya jelas dituangkan dalam Kepmen BUMN No.Kep-236/MBU/2004 yang mengatur bahwa BUMN wajib menyisihkan 1% dari laba perusahaan untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

Sejalan dengan yang diungkapkan Windarti (2004), bahwa dengan mengeluarkan biaya kemitraan, dapat mengurangi perolehan laba yang dibagikan ke para pemegang saham meskipun dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat.


(49)

xii perusahaan.

c. Hubungan Biaya Kesejahteraan Karyawan dengan ROA

Biaya kesejahteraan karyawan diberikan sebagai kompensasi atas hasil kerja pegawai selama bekerja. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kesejahteraan karyawannya dapat berupa insentif, tunjangan-tunjangan, kemikmatan karyawan, maupun pensiun. Apabila kepedulian sosial perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan ini mampu meningkatkan kinerja penjualan, maka hal ini akan berimplikasi terhadap meningkatnya profit perusahaan. Namun apabila kepedulian sosial perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan justru menurunkan penjualan karena kenaikan harga produk, maka hal ini akan menurunkan profitabilitas perusahaan.

Hubungan antara Biaya Kesejahteraan Karyawan dengan ROA secara empiris telah diteliti oleh Januarti dan Apriyanti (2005), hasil penelitiannya menyatakan bahwa Biaya Kesejahteraan Karyawan berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA perusahaan, selain itu Sueb (2001) juga meneliti hal yang sama namun hasilnya berpengaruh signifikan.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam hipotesis ketiga yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.


(50)

xiii

rentang waktu dari tahun 1988 hingga tahun 2008. Dengan menggunakan CSR sebagai variabel independen, dan rasio-rasio keuangan yang bermacam-macam, memberikan hasil penelitian yang berbeda-beda.

Lindrawati, Felicia, dan Budianto (2008) meneliti tentang pengaruh CSR, terhadap kinerja keuangan, mengemukakan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE, namun berpengaruh signifikan terhadap ROI Dalam penelitian ini, CSR diukur dengan menggunakan indeks return shareholder dan stakeholder, dan kinerja keuangan yang diukur dengan profitabilitas dengan menggunakan rasio ROI dan ROE.

Pada penelitian Nelling dan Webb (2006) yang mengukur CSR menggunakan CSR Performance (Measure by KLD Index) menemukan bahwa hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan adalah lebih lemah dari yang diperkirakan. Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara CSRscoredan ROA.

Penelitian Januarti dan Apriyanti (2005) tentang pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan menunjukkan hasil bahwa Biaya Kesejahteraan Karyawan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ATO. Biaya untuk komunitas berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap ATO. Variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan


(51)

xiv

bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. Dalam penelitian Januarti ini menggunakan biaya kesejahteraan karyawan dan biaya untuk komunitas sebagai variabel independennya dan ROA dan ATO sebagai variabel dependennya.

Hasil penelitian Tsoutsoura (2004) mengindikasikan bahwa hubungan CSR dengan kinerja keuangan (yang dilihat dari rasio profitabilitas ROA, ROE, dan ROS) adalah positif dan signifikan secara statistik. Artinya bahwa ada asosiasi positif antara CSR dan profitabilitas. Ada hubungan positif antara CSR dengan ketiga ukutan-ukuran kinerja keuangan tersebut (ROA< ROE< ROS). Hal ini mendukung pandangan bahwa kinerja tanggung jawab sosial perusahaan dapat diasosiasikan dengan manfaattriple bottom-line.

Fauzi (2004) menggunakan total indexCSR,total asset, beta, standar industri,

ratio total long term debt to total asset sebagai variabel independen penelitiannya untuk menganalisis peningkatan kinerja keuangan yang diukur dengan ROA dan ROE. Hasil studi yang dilakukannya menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja, kinerja lingkungan, dan issue international dengan kinerja keuangan. Efek interaktif CSR dan ukuran perusahaan terhadap ROA dan ROE menunjukan hasil tes yang signifikan untuk pengukuran ROA dan tidak signifikan untuk ROE. Dan hanya


(52)

xv

perusahaan juga diungkapkan dalam penelitian Sueb (2001). Biaya pengelolaan lingkungan (gaji dan upah), biaya kesejahteraan pegawai (bonus), biaya masyarakat sekitar perusahaan (air bersih), biaya pemantauan produksi (biaya iklan layanan masyarakat), sebagai variabel independen penelitian berpengaruh positif terhadap kinerja sosial perusahaan yang merupakan variabel dependennya. Sueb menggambarkan bahwa biaya pengelolaan lingkungan yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja sosial perusahaan terbuka di Indonesia adalah gaji dan upah.

McGuire et. al, (1988) yang meneliti tentang tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan menemukan bahwa hubungan antara CSR dan stock-market-based yang diukur dengan kinerja adalah signifikan. Ukuran kinerja berdasarkan akuntansi berhubungan secara signifikan dengan CSR, ROA dan total aset berhubungan positif terhadap CSR dan operatung income berkorelasi negatif. TR berhubungan positif dan tidak signifikan terhadap CSR dan Alpha berhubungan positif dan signifikan terhadap CSR. CSR mempunyai hubungan negatif pada Standar deviasi dan positif padaoperating leverage.


(53)

xvi

merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar 2.3. Kerangka pemikiran tersebut menunjukkan pengaruh CSR, yang diproksikan pada Biaya Bina Lingkungan, Biaya Kemitraan, dan Biaya Kesejahteraan Karyawan terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang menggunakan rasio ROA secara individual maupun secara bersama-sama.

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Biaya Bina Lingkungan

Biaya Untuk Kemitraan

Biaya Kesejahteraan Karyawan

CSR

H1.1

H1.2

H1.3

Tingkat Keuangan Perusahaan


(54)

xvii A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris yang menggunakan data sekunder diambil dari Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan yang listing dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

B. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan go public yanglisting di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian, yaitu tahun 2007 sampai tahun 2009. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia digunakan sebagai populasi karena selain perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan kepada pihak luar perusahaan, terutama para stakeholder, melainkan juga sudah mencantumkan biaya CSR dalam laporan keuangan maupun laporan tahunan perusahaan.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik non random sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Salah satu teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam teknik non random sampling adalah metode purposive sampling.Metodepurposive sampling adalah pengambilan sampel


(55)

xviii

perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 sampai 2009 sebanyak 30 perusahaan, baik milik swasta maupun milik pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara, namun dalam penelitian ini hanya menggunakan 27 perusahaan perbankan karena terdapat 3 perusahaan tidak memenuhi kriteria yang ada.

Perusahaan perbankan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang menyajikan laporan keuangan per Desember 2007 sampai dengan 2009 secara lengkap dengan catatan atas laporan keuangan.

2. Dalam catatan laporan keuangan tahunan tersebut terdapat elemen-elemen biaya sosial, seperti: biaya untuk bina lingkungan, yang meliputi biaya aksi sosial melalui donasi sosial kepada korban bencana, yatim piatu, orang cacat dan lanjut usia, beasiswa bagi masyarakat tidak mampu ataupun bentuk kemanusiaan lain, mendukung kegiatan peduli terhadap lingkungan, sumbangan dan donasi, aktivitas masyarakat, anggota kelompok sosial, biaya untuk masyarakat sekitar perusahaan yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan, ataupun biaya untuk komunitas. Kemudian biaya kemitraan yang merupakan pinjaman lunak yang diberikan kepada UKM (Usaha Kecil Menengah) maupun IKM (Industri Kecil Menengah), atau koperasi yang menjadi mitra binaan perusahaan. Terakhir biaya kesejahteraan karyawan yang mencantumkan gaji, tunjangan, jumlah beban


(56)

xix

3. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.

Berikut daftar perusahaan yang tidak masuk dalam kriteria untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan yang tidak Masuk Kriteria Sampel

No PERUSAHAAN

1 Bank Lippo 2 Bank Century

3 Bank Tabungan Negara

Sumber: data diolah

Dari perusahaan perbankan pada tabel di atas tidak bisa masuk dalam perusahaan sampel karena:

1. Untuk Bank Lippo hanya listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 saja untuk tahun 2008 dan 2009 tidak melakukan listing di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk Bank Century lisitng di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 dan 2008

sedangkan pada tahun 2009 tidak melakukan listing di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk Bank Tabungan Negara hanya listing di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2009, untuk tahun 2008 dan 2009 tidak melakukan listing di Bursa Efek Indonesia.


(57)

xx

2007 sampai 2009. Pada penelitian ini. mengambil data dari perusahaan perbankan

Go Public selama periode penelitian tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelusuran laporan keuangan atas nilai return on asset perusahaan, dan biaya-biaya sosial yang merupakan variabel CSR seperti yang telah ditentukan di atas pada laporan keuangan perusahaan tersebut selama periode penelitian.

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang digunakan diperoleh dari pusat referensi pasar modal BEI dan diakses dari www.idx.co.id. Data yang digunakan merupakan data-data kuantitatif. Data kuantitatif menurut Algifari (2003), adalah nilai data-data yang dinyatakan dalam skala numerik.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi dan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan tahunan perusahaan. Observasi atau studi pustaka (literatur) melalui buku teks, literatur, artikel dalam jurnal dan majalah, hasil penelitian terdahulu serta sumber data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan. Metode ini digunakan untuk


(58)

xxi

mengumpulkan dan mempelajarinya sehinga akan diketahui hubungan antara karakteristik perusahaan dengan apa yang diamati dalam penelitian ini.

Selanjutnya melakukan penelusuran laporan keuangan dan atau laporan tahunan perusahaan sampel dengan langkah - langkah sebagai berikut:

 Menghitung variabel profitabilitas (ROA) dari masing-masing perusahaan sampel pada periode penelitian yang diambil (2007 - 2009). ROA yang digunakan sebagai input data yang diolah oleh alat analisisSPSS 12dalam satuan persen.

 Menelusuri item-item atribut CSR pada laporan tahunan perusahaan sampel dengan diambil tiga item atribut CSR sebagai variabel penelitian sesuai dengan yang telah ditentukan diatas, yaitu :

1. Biaya Untuk Bina Lingkungan 2. Biaya Untuk Kemitraan

3. Biaya Untuk Kesejahteraan Karyawan

Pengukuran nilai tiga atribut CSR tersebut dilakukan dengan mengacu pada tabel 3.2. Atribut CSR digunakan sebagai input data yang diolah oleh alat analisis


(59)

xxii

2007 sampai tahun 2009, sehingga perlu dilakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang diajukan dengan cara mengukur variabel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan variabel CSR sebagai variabel independen yang di proksikan pada biaya bina lingkungan, biaya kemitraan, dan biaya kesejahteraan karyawan sebagai indikatornya dan tingkat profitabilitas perusahaan sebagai variabel dependen yang diproksikan dengan menggunakan rasio ROA. Adapun definisi operasional dari variabel-variabel tersebut adalah :

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat profitabilitas perusahaan. Tingkat profitabilitas perusahaan diartikan sebagai hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham & Houston, 2006), dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Profitabilitas yang dimaksud adalah profitabilitas perusahaan perbankan yang listing di BEI pada periode penelitian 2007 sampai tahun 2009. Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator rasio profitabilitas, antara laingross profit margin,operating profit margin,

net profit margin, return on equity, danreturn on assets. Namun pada penelitian ini, penulis menggunakan ROA sebagai rasio yang digunakan dalam mengukur


(60)

xxiii

Return On Assets

ROA menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan income dari pengelolaan asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan seberapa besar efektifitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin efektif penggunaan aktiva tersebut.

Pada dasarnya ROA terdiri atas dua komponen penyusun rasio, yaitu income

danexpense control(termasuk pajak).

Corporate Social Responsibility

Variabel independen dalam penelitian ini adalah implementasi corporate social responsibility. Atribut dari CSR yang sering digunakan pada setiap penelitian adalah berbeda-beda. Hal ini terjadi karena kinerja tanggung jawab sosial perusahaan sulit untuk diukur, jadi itu sebabnya studi-studi sebelumnya atas hubungan antara kinerja sosial perusahaan dengan kinerja keuangan menggunakan pendekatan yang berbeda pada kinerja sosial perusahaan (Fauzi, 2004).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah implementasi corporate social responsibility. Atribut dari CSR yang sering digunakan pada setiap penelitian adalah berbeda-beda. Hal ini terjadi karena kinerja tanggung jawab sosial perusahaan

ROA=

s TotalAsset


(61)

xxiv

Fauzi (2004) meringkas perspektif CSR yang berbeda-beda pada tabel 3.2 berikut : TABEL 3.2

Pengukuran CSR yang digunakan Pada Penelitian ini

No Proksi CSR Pengukur CSR Sumber

1 Biaya Bina Lingkungan

 Aksi-aksi sosial melalui donasi sosial kepada korban bencana, yatim piatu, orang-orang cacat dan lanjut usia, beasiswa bagi masyarakat yang tidak mampu ataupun bentuk kemanusiaan lain

Dimensi dari praktik

Corporate social Responsibility: Determinan implikasi pelaksana tanggung jawab sosial perusahaan (Asyaf Wajdi Dusuki, dan Humayan Dar 2005, dalam Askedewi, 2007)

 Support pada kegiatan perlindungan lingkungan

 Sumbangan dan donasi

 Aktivitas masyarakat dan populasi sekitar

 Anggota kelompok sosial

Masalah sosial dalam laporan keuangan (Mas’ud Machfoeddz (1995)

 Biaya untuk masyarakat sekitar perusahaan yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan

Sueb, 2001

 Biaya untuk komunitas Januarti dan Aprianti 2005

 Biaya bina Lingkungan Kepmen BUMN No. Kep-236/MBU/204 2 Biaya kemitraan  Alokasi kredit kemitraan

untuk UKM,IKM dan Koperasi

Dimensi dari praktik CSR determinantor implikasi pelaksana tanggun jawab sosial perusahaan (Asyraf Wajdi Dusuki, dan Humayon Dar 2005, dalam Askedewi, 2007


(62)

xxv

 Bonus karyawan 1995)

 Gaji dan jam kerja Dimensi dari praktik CSR : Determinator implikasi pelaksana tanggung jawab sosial perusahaan (Asyraf Wajdi Dusuki, dan Humayon Dar 2005, dan Askedewi, 2007

 Biaya yang disajikan pegawai yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan

Sueb, 2001

 Biaya kesejahteraan karyawan

Januarti dan Apriyanti, 2005

Sumber : konsep penelitian yang diolah

F. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Metode Analisis

Untuk mencapai tujuan penelitian maka digunakan analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (ordinary least square-OLS) dimana sebelumnya mengetahui model tersebut dilakukan dahulu uji asumsi klasik sebagai berikut (Gujarati, 1996).

Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik

Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa Asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokendastisitas yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:


(63)

xxvi

Hal ini penting karena dalam uji regresi semua mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Penentuan suatu variabel terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui test statistik yang antara lain analisis grafik histogram, normal probability plotsdanKolmogorov-Smirnov test(Ghozali, 2002).

b) Uji Multikolinearitas

Pengujian asumsi kedua adalah uji multikolinearitas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel independen dalam suatu model regresi. Metode untuk mendiagnose adanyamulticolinearitydengan diduganya korelasi (r) di atas 0,70 dan ketika korelasi derajat nol yang tinggi, tetapi tak satupun atau sangat sedikit koefisien regresi parsial yang secara individu signifikan secara statistik atas dasar pengujian t yang konvensional (Gujarati, 1995). Di samping itu juga dapat digunakan uji variance inflation factor (VIF) yang dihitung, dengan rumus.

Model regresi yang baik tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Model regresi dianggap bebas dari multikolinearitas jika tidak ada

VIF =

Tolerance 1


(64)

xxvii c) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan periode (t-1) atau sebelumnya (Ghozali, 2002). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson. Uji Durbin Watson mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi uji Durbin-Watson dapat dijelaskan melalui label 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengambilan Keputusan Autokorelasi Uji Durbin Watson

Ho Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Ditolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dlddu Tidak ada auotkorelasi Negatif Ditolak 4–dl < d 4 Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4–dud4-dl


(65)

xxviii

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variancedari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan uji glejser yang dapat lebih menjamin keakuratan hasil. Uji glejser

menyarankan untuk meregresi variabel independen pada absolut residual (Ghozali, 2005).

2. Model Regresi

Analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksikan nilai variabel independen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dengan dua tujuan sekaligus, pertama meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual dan nilai estimasi variabel independen berdasarkan data yang ada (Ghozali, 2002). Adapun persamaan regresi dalam penelitian ini sebagai berikut:

Dimana: YI = ROA

a = Intercep model b = Koefisien regresi x1 = Biaya Bina Lingkungan


(66)

xxix 3. Pengujian Hipotesis

Pengujiangoodnees of fit

Pengujian ini digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sample dalam menaksir nilai aktual (Kuncoro, 2001) secara statistik hal ini dapat diukur dari koefisien determinasi, uji statistik t, dan uji statistik F. Perhitungan statistik disebut uji signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalan daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

a. Koefisien determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Kelemahan dasar penggunaan koefisien determinasi ini adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap penambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik.


(67)

xxx

oleh sebab itu data yang akan diolah terlebih dahulu harus bebas dari asumsi klasik (normalitas, multikoleniaritas, autokolerasi, dan heterokedastisitas)

b. Uji signifikasi parameter individual (Uji Statistik t)

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh veriabel penjelasan (independen) secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Membandingkan antara p value dengan tingkat signifikansi 0,05, maka dapat ditentukan apakah Ho ditolak atau diterima (Ho diterima apabila pvalue> 0,05, Ho ditolak apabila pvalue< 0,05).

c. Uji Signifikasi simultan (uji statistik F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau : Ho :p, = p2=...= Pk = 0

Artinya semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau :


(68)

xxxi

dikatakan signifikan, artinya secara bersama-sama variable bebas (Xi sampai dengan Xs) berpengaruh signifkan terhadap variable dependen (Y) = hipotesis diterima.

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Quick look: Bila nilai F lebih besar dari 4 maka Ho dapat diambil pada derajat kepercayaan 5 persen, dengan kata lain kita menerima hipotesis altematif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

 Membandingkan F hasil perhitungan dengan F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima HA.


(69)

xxxii A. Deskripsi Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini secara umum adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2007-2009 baik itu bank milik swasta dan milik pemerintah atau BUMN. Dari populasi tersebut, diambil perusahaan perbankan yang selalu listing pada periode penelitian sebagai sampel yang dipilih dengan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: Perusahaan perbankan yang menyajikan laporan keuangan per Desember 2007 hingga 2009 secara lengkap dengan catatan atas laporan keuangannya. Dalam catatan atas laporan keuangan tahunan tersebut terdapat elemen-elemen biaya sosial, seperti: biaya untuk bina lingkungan, yang meliputi biaya-biaya untuk kesejahteraan sosial,


(70)

xxxiii

manfaat pensiun, imbalan kerja, maupun dana kesehatan. Ketiganya terpisah dengan akun lain. Dan laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.

Berdasarkan pada pemilihan sampel dengan metodepurposive samplingmaka jumlah perusahaan perbankan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 27 perusahaan dalam tiga tahun periode penelitian, sehingga sampel yang dipakai dalam penelitian ini sebanyak (27 x 3 tahun pengamatan) 81 sampel.

B. Analisis Data dan Pembahasan

Analisis data sampel yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada model persamaan regresi berganda. Dimana pada regresi berganda ini menggunakan tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah biaya bina lingkungan, biaya kemitraan, dan biaya kesejahteraan karyawan, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah return on assets. 1. Statistika Deskriptif Variabel Penelitian

Data deskriptif ini bertujuan untuk menampilkan informasi-informasi yang relevan yang terkandung dalam data tersebut. Deskripsi variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data berupa rata-rata (mean), standar deviasi, dan jumlah sampel. Dari tiga variabel independen yaitu: biaya bina lingkungan, biaya kemitraan, dan biaya kesejahteraan karyawan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas pada perusahaan perbankan.


(1)

(2)

(3)

lxiv No PERUSAHAAN

1 Bank Agroniaga 2 Bank ICB Bumi Putera 3 Bank Capital Indonesia 4 Bank Ekonomi Raharja 5 Bank Central Asia 6 Bank Bukopin

7 Bank Negara Indonesia 8 Bank Nusantara Parahyangan 9 Bank Rakyat Indonesia 10 Bank Danamon

11 Bank Eksekutif Internasional 12 Bank Kesekawan

13 Bank Mandiri 14 Bank Bumi Arta 15 Bank CIMB Niaga

16 Bank Internasional Indonesia 17 Bank Swadesi

18 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 19 Bank Victoria Internasional

20 Bank Pan Indonesia 21 Bank Artha Graha 22 Bank Mayapada


(4)

24 Bank Mega

25 Bank OCBC NISP 26 Bank Himpunan Saudara 27 Bank Permata


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1 58 93

Pengaruh Penyajian Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Earning Response Coefficient (ERC) (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012

1 64 102

Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Padaperusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2010)

1 67 129

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 68 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012-2014

2 82 70

Pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability : Studi empiris pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-

0 6 156

Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Dividen, dan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di Bei Tahun 2009-2012)

0 6 16

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015).

0 2 13

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015).

0 3 16

Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009).

1 6 26