BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut, pembangunan
kesehatan yang dilaksanakan masih menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi.
1
Memasuki abad ke-21, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang memberikan kontribusi terhadap terjadinya transisi
epidemiologi dimana penyakit tidak menular semakin meningkat dan penyakit menular tetap menjadi perhatian serius. Salah satu penyakit menular yaitu Infeksi
Saluran Pernapasan Akut ISPA.
2
ISPA adalah infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung saluran bagian atas hingga alveoli saluran bagian bawah
termasuk juga adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura selaput paru.
3
ISPA yang tidak diobati dapat menjadi serius dan menyebabkan komplikasi seperti otitis media dimana fungsi tuba eustachius sebagai protektif, drainase, dan
ventilasi terganggu sehingga terjadi peradangan di telinga tengah yang kemudian berlanjut menjadi OMSK jika tidak ditangani secara adekuat.
4,5
OMSK merupakan infeksi telinga tengah yang menyebabkan gangguan pendengaran lebih dari 50 kasus. Pada anak-anak penyakit ini berdampak terhadap
Universitas Sumatera Utara
tingkat kecerdasan, perkembangan kognitif, dan kemampuan berkomunikasi. Kemiskinan, kepadatan hunian, hygiene serta nutrisi yang buruk memudahkan
terjadinya infeksi saluran pernapasan atas berulang yang mempengaruhi peningkatan OMSK di negara berkembang.
6
World Health Organization WHO tahun 2004 melaporkan bahwa masalah global akibat OMSK dimana proporsi penderita OMSK mengalami kurang
pendengaran yang signifikan yaitu sebesar 60. WHO 1990 di beberapa regional
Afrika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika, dan Eropa menunjukkan bahwa proprosi kekurangan pendengaran terjadi pada ± 50 penderita
OMSK dan 164 juta kasus dengan kekurangan pendengaran merupakan akibat dari OMSK.
6
Di negara maju seperti Inggris 2000 prevalensi OMSK 0,9 pada anak- anak dan 0,5 pada orang dewasa, di Israel 2000 prevalensi OMSK hanya 0,039
yang terjadi pada anak-anak.
6
Di negara berkembang seperti Taipei 2007 prevalensi OMSK 4 pada orang dewasa dan di Nepal 2006 prevalensi OMSK 5 pada anak-
anak.
7,8
Berdasarkan Survei Multi Center Study di Asia Tenggara 2005 Indonesia termasuk empat negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6,
sedangkan tiga negara lainnya yakni Sri Lanka 8,8, Myanmar 8,4 dan India 6,3 dimana 36 juta orang menderita gangguan pendengaran dan 800.000 orang
menderita ketulian di Indonesia.
9
Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1994- 1996 yang dilaksanakan di 7 propinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi ketulian
Universitas Sumatera Utara
0,4, morbiditas telinga 18,5 dengan penyakit telinga tengah 3,9 dimana penyebab terbanyak morbiditas telinga tengah adalah OMSK tipe jinak 3,0.
9
Prevalensi OMSK di Indonesia 2002 secara umum adalah 3,8 dan pasien OMSK merupakan 25 pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di
Indonesia. Penderita OMSK di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sebanyak 90
orang pada Oktober-Desember 2004, di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 30 orang pada Maret-Juni 2008 dan penderita OMSK di RS Dr. Sardjito Yogyakarta
sebanyak 460 orang pada tahun 2002.
10
Menurut Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Daerah Sumut 2006 setiap tahunnya terdapat 4,7 per seratus ribu penduduk
yang menderita OMSK.
11
Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002 menunjukkan pasien OMSK merupakan 26 dari seluruh kunjungan pasien.
10
Penelitian yang dilakukan oleh Rambe pada April-Juli 2002 di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh penderita OMSK sebanyak 94 orang.
12
Penelitian yang dilakukan oleh Amaleen 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh penderita OMSK
sebanyak 59 orang.
13
Penelitian yang dilakukan oleh Tala pada Mei 2009-Agustus 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh penderita OMSK sebanyak 47
orang.
14
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di bagian Rekam Medik RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 ditemukan penderita OMSK rawat jalan
sebanyak 301 orang. Dari latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
karakteristik penderita OMSK rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah