Determinan a. Host Epidemiologi 1. Distribusi dan Frekuensi

WHO 1999 prevalensi OMSK di Afrika 0,4 - 4,2, Mediterania Timur 0,2- 1,5, Asia Tenggara 1,4-7,8, Pasifik Barat 2,3-10, Amerika 0,2-1,2, dan Eropa 0,2-0,6. 6 Survei di Nigeria 2003 pada anak-anak sekolah di daerah rural dan urban diperoleh hasil bahwa OMSK lebih banyak ditemukan pada anak di daerah rural dibandingkan dengan anak di daerah urban dengan ratio 4 : 1. 23 Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1-5,2. 9 Proporsi penderita OMSK 25 dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT RS Dr Sardjito Yogyakarta 2004. Data poliklinik THT RS St.Elisabeth Medan 1998 terdapat 135 penderita OMSK dan di RSUP H. Adam Malik Medan 2009 terdapat 30 penderita OMSK. 10

2.7.2. Determinan a. Host

a.1.Umur OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak-anak, jarang dimulai setelah dewasa. Anak- anak lebih mudah mendapatkan infeksi telinga tengah karena pada anak ukuran tuba eustachius lebih pendek, lebih lebar dan lebih datar. 24 Kejadian OMSK semakin berkurang dengan bertambahnya umur yang berhubungan dengan perubahan posisi tuba eustachius, dimana pada orang dewasa posisinya lebih vertikal. Perubahan posisi tuba eustachius ini terjadi akibat Universitas Sumatera Utara pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial yang berlangsung hingga usia 20 tahun. 25 Penelitian yang dilakukan Kemaloglu et al 2000 di Jepang menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial berpengaruh pada ukuran panjang tuba eustachius dan otot – ototnya yang merupakan faktor penting terjadinya otitis media. 25 a.2. Riwayat otitis media sebelumnya OMSK merupakan hasil atau akibat dari beberapa episode otitis media akut yang ditandai dengan keluarnya sekret terus menerus atau hilang timbul dari telinga tengah dan adanya perforasi pada membran timpani. Otitis media akut yang berulang merupakan predisposisi terjadinya OMSK. 18 Otitis media akut berubah menjadi OMSK dapat disebabkan karena terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi organisme, daya tahan tubuh yang rendah, serta hygiene yang buruk, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan suatu telinga berkembang menjadi kronis. 19 a.3. Infeksi saluran napas Sebagian besar pasien mengeluh keluarnya cairan dari telinga setelah mengalami infeksi saluran napas atas seperti radang tenggorokan atau pilek. Infeksi organisme mempengaruhi mukosa telinga tengah yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah. 19 Infeksi saluran napas atas akan menyebabkan edema dan menebalnya mukosa tuba eustachius dan telinga tengah sehingga lumen tuba eustachius menyempit. Universitas Sumatera Utara Keadaan ini meningkatkan tekanan negatif telinga tengah sehingga menyebabkan masuknya organisme dari nasofaring pada saat tuba eustachius terbuka dan otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi bila infeksi saluran pernapasan atas tidak diobati secara adekuat. 19,5 a.4. Alergi Salah satu mekanisme alergi dapat menimbulkan otitis media adalah melalui reaksi inflamasi alergi pada mukosa hidung yang meluas ke tuba eustachius. Reaksi inflamasi ini akan menyebabkan edema mukosa yang lebih lanjut akan mempengaruhi fungsi tuba, yaitu ventilasi, proteksi, dan drainase telinga tengah. 26 a.5.Gangguan fungsi tuba eustachius Pada otitis media kronis yang aktif, tuba eustachius sering mengalami sumbatan akibat edema. Pada telinga yang inaktif, berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan sebagian besar menduga bahwa tuba telah gagal untuk mengembalikan tekanan dalam telinga tengah menjadi normal. 26

b. Agent