TANGGUNG JAWAB PT. GIA TERHADAP HILANGNYA BARANG BAGASI PENUMPANG

1. Penumpang atau pemakai jasa angkutan dapat naik pesawat terbang atau udara sampai ke tujuan yang dikehendaki. 2. Penumpang atau ahli waris dapat menuntut ganti rugi apabila isi mendapat kerugian yang diakibatkan kecelakaan pesawat terbang dalam penerbangan, dan kelalaian pengangkutan. Sedangkan kewajiban pemakai jasa angkutan penumpang pada umumnya adalah sebagai berikut : 1. Penumpang wajib membayar biaya angkutan udara atau tiket. 2. Penumpang wajib memberitahu kepada pengangkut mengenai barang- barang yang dibawainya. 3. Penumpang berkewajiban mentaati peraturan-peraturan pengangkutan udara serta syarat-syarat perjanjian pengangkutan

B. TANGGUNG JAWAB PT. GIA TERHADAP HILANGNYA BARANG BAGASI PENUMPANG

Pengangkutan barang merupakan salah satu bentuk produk atau layanan perusahaan penerbangan. Hampir setiap penumpang yang menggunakan jasa transportasi udara membawa barang baik barang keperluan sehari-hari atau barang untuk dijual kembali. Barang-barang yang dibawa tersebut beraneka ragam jenis antara lain pakaian, perhiasan, alat elektronik dan lain-lain. Kesemuanya itu bernilai ekonomis. Dalam kegiatan penerbangan, barang biasanya disebut bagasi. Bagasi dibedakan menjadi dua yaitu bagasi tangan dan bagasi tercatat. Universitas Sumatera Utara Dalam praktik penyelenggaraan pengangkutan udara niaga, penumpang sering mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh maskapai penerbangan terhadap barangbarangnya yaitu seringnya terjadi kehilangan barang bagasi, kerusakan barang, tertukar dan lain-lain. Fakta-fakta kerugian-kerugian yang dialami oleh penumpang tersebut dalam perspektif hukum merupakan salah satu bentuk pelanggaran hukum, menurut hukum salah satu tanggung jawab pengangkut adalah bertanggung jawab terhadap barang penumpang sebagaimana dinyatakan dalam pasal 43 UU No 15 Tahun 1992 dan Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor40 Tahun 1995, yang menyatakan perusahaan angkutan udara niaga bertanggung jawab atas kerusakan, hilang atau musnahnya barang. Ordonansi Pengangkutan udara 1939 juga mengatur mengenai tanggung jawab pengangkut terhadap barang, yaitu Pasal 25 yang menyatakan: 1. Pengangkut bertanggung jawab untuk kerugian yang timbul sebagai akibat dari kehancuran, kehilangan atau kerusakan bagasi atau barang, bila kejadian yang menyebabkan kerugian itu terjadi selama pengangkutan udara. 2. Pengangkutan udara seperti yang dimaksud oleh ayat yang lain, meliputi juga waktu bagasi atau orang yang berada di bawah pengawasan pengangkut, baik di lapangan terbang atau di mana saja dalam hal pendaratan di luar Suatu lapangan terbang udara tidak meliputi pengangkutan di darat, laut atau 3. Waktu pengangkutan udara tidak meliputi pengangkutan di darat, laut atau sungai yang dilaksanakan di luar lapangan terbang. Akan tetapi bila peng angkutan semacam itu dilakukan untuk melaksanakan suatu perjanjian pengangkutan udara dalam hubungan dengan pemuatan, penyerahan atau pemindahan muatan, maka pengangkut bertanggungiawab untuk semua Universitas Sumatera Utara kerugian, seakan-akan kerugian ini timbul sebagai akibat dari suatu kejadian selama pengangkutan udara, kecuali bila pengangkut dapat membuktikan, bahwa kerugian itu adalah kejadian yang tidak terjadi selama pengangkutan udara. Berdasarkan ketentuan yang terdapat di dalam ketiga peraturan pengangkutan udara niaga tersebut maka dapat dinyatakan bahwa penumpang dapat meminta ganti rugi kepada perusahaan penerbangan apabila mengalami kerugian berupa hilang, rusak atau musnahnya barang-barang bawaan sewaktu menggunakan jasa transportasi udara niaga Pasal pokok dari Ordonansi Pengangkutan Udara mengenai tanggung jawab pengangkutan udara dalarn hal pengangkutan penumpang adalah pasal 24 ayat 1 yang berbunyi : “Pengangkut bertanggung jawab untuk kerugian sebagai akibat dari luka-luka atau jelas-jelas lain pada tubuh yang diderita oleh penumpang, bila kecelakaan yang menimbulkan kerugian itu ada hubungannya, dengan pengangkutan udara dan terjadi di atas pesawat terbang atau selama melakukan suatu tindakan dalam hubungan dengan naik ke atau turun dari pesawat terbang”. Dan pasal tersebut ternyata bahwa pengangkut udara dianggap selalu bertanggung jawab, asal dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal itu, syarat-syarat itu adalah sebagai berikut : 1. Adanya kecelakaan yang terjadi, 2. Kecelakaan ini harus ada hubungannya dengan pengangkutan udara, 3. Kecelakaan ini harus terjadi di atas pesawat terbang atau selama melakukan suatu tindakan yang berhubungan dengan naik ke atau turun dari pesawat terbang Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Undang-undang No. 15 tahun 1992 tentang penerbangan, pasal yang mengatur tentang tanggung jawab diatur dalam pasal 43 ayat 1 yang berbunyi : “Perusahaan angkutan udara yang melakukan kegiatan angkutan bertanggung jawab atas 1. Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut. 2. Musnah, hilang atau rusaknya barang yang diangkut. 3. Keterlambatan angkutan penumpang dan atau barang yang diangkut apabila terkait hal tersebut merupakan kesalahan pengangku

c. Ganti rugi Terhadap Kehilangan, Kerusakan dan Musnahnya Barang

Besaran ganti rugi untuk kehilangan, musnah atau rusaknya barang penumpang ditentukan dalam Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995, yang menyatakan: 1 Jumlah ganti rugi untuk kerugian bagasi tercatat, termasuk kerugian karena kelambatan dibatasi setinggitingginya Rp 100.000,00 seratus ribu rupiah untuk setiap kilogram. 6 Jumlah ganti rugi untuk kerugian bagasi kabin karena kesalahan pengangkut dibatasi setinggi-tingginya Rp 1.000.000,00 satu juta rupiah untuk setiap penumpang. Universitas Sumatera Utara 7 Jumlah ganti rugi untuk kerugian kargo termasuk kerugian karena kelambatan karena kesalahan pengangkut dibatasi setinggi-tingginya Rp 100.000,00 seratus ribu rupiah untuk setiap kilogram. 8 Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2 dan ayat 3 hanya terhadap kerugian yang secara nyata dialami Berdasarkan ketentuan di atas maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan pengangkutan udara memiliki tanggung jawab untuk mengganti kerugian yang dialami oleh penumpang jika barang yang dibawanya hilang atau musnah, atau mengalami keterlambatan barang khusus barang kargo atau kiriman. Besarnya nilai ganti rugi adalah setinggi-tingganya sebesar Rp100.000 per kilo gram, dalam prakteknya nilai ganti rugi tersebut hanya dibayar sebesar Rp 20.000 dua puluh ribu rupiah per kilo gram sebagaimana tertera di dalam tiket penumpang dan barang yang dikeluarkan oleh perusahaan penerbangan. Penentuan nilai maksimal ganti rugi sebesar Rp 20.000,00 dua puluh ribu rupiah ini bertentangan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995 yang menentukan nilai maksimal ganti rugi sebesar Rp 100.000,00seratus ribu rupiah . Angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, danatau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.Sementara pengertian dari tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan udara untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang danatau pengirim barang serta pihak ketiga.Tanggung jawab dapat diketahui dari kewajiban yang telah ditetapkan dalam perjanjian atau undang- undang. Kewajiban pengangkutan adalah menyelenggarakan pengangkutan. Universitas Sumatera Utara Kewajiban ini mengikat sejak penumpang atau pengirim melunasi biaya angkutan. 40 2. Pengangkut tidak bertanggung jawab dan dapat menolak untuk mengangkut calon penumpang yang sakit, kecuali dapat menyerahkan surat keterangan dokter kepada pengangkut yang menyatakan bahwa orang tersebut diizinkan dapat diangkut dengan pesawat udara dan wajib didampingi oleh seorang dokter atau perawat yang bertanggung jawab dan dapat membantunya selama penerbangan berlangsung. Tanggung jawab PT.Garuda Indonesia Persero sebagai pengangkut terhadap penumpang menurut pasal 141 undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah pengangkut bertanggung jawab atas kerugian penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap, luka-luka, yang diakibatkan kejadian angkutan udara di dalam pesawat danatau naik turun pesawat udara.tetapi dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan terdapat batasan-batasan tanggung jawab dari PT.Garuda Indonesia Persero sebagai pengangkut terhadap penumpang yaitu : 3. Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau rusaknya bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang dipekerjakannya 4. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh 40 Komar Kanta A, Tanggung Jawab Profesional, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994 Hal.3 Universitas Sumatera Utara kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan pengangkut. 5. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional. Peranan pengangkutan dalam dunia perdagangan bersifat mutlak sebab tanpa pengangkutan perusahaan tidak mungkin dapat berjalan. Barang-barang yang dihasilkan produsen atau pabrik-pabrik dapat sampai di tangan pedagang atau pengusaha hanya dengan jalan pengangkutan, dan seterusnya dari pedangang atau pengusaha kepada konsumen juga harus menggunakan jasa pengangkutan. Pengangkutan disini dapat dilakukan oleh orang, kendaraan yang ditarik oleh binatang, kendaraan bermotor, kereta api, kapal api, kapal laut, kapal sungai, pesawat udara dan lain-lain. Peranan jasa transportasi sangat strategis dan ganda karena berfungsi untuk mendorong pembangunan sektor lannya. Pelayanan bersifat global maka performance dan pengoperasian moda transportasi diatur menurut standar internasional yang sekaligus mencerminkan sifat global. Untuk itu setiap negara harus mencapai tingkat pelayanan sesuai standar tersebut kaena kalau tidak maka negara atau wilayahnya disebut “black area”. Fungsi pengangkutan adalah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Disini jelas, meningkatnya daya guna dan nilai merupakan tujuan dari pengangkutan, yang berarti bila daya guna dan nilai di tempat baru itu tidak naik, Universitas Sumatera Utara maka pengangkutan tidak perlu diadakan, sebab merupakan suatu perbuatan yang merugikan bagi si pedangang. Fungsi pengangkutan yang demikian itu tidak hanya berlaku di dunia perdagangan saja, tetapi juga berlaku di bidang pemerintahan, politik, sosial, pendidikan, hankam dan lain-lain.

C. Upaya Hukum Bagi Penumpang Yang Mengalami Kerugian Pada Transportasi Udara