Asas Pembuktian Terbalik Dengan Lahirnya Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang

2, pasal 3, pasal 4, pasal 13, pasal 14, pasal 15 dan pasal 16 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

E. Asas Pembuktian Terbalik Dengan Lahirnya Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang

Penggunaan asas pembuktian terbalik ternyata tidak hanya digunakan dalam menangani masalah tindak pidana korupsi saja, karena dalam menangani masalah tindak pidana pencucian uang sistem pembuktian terbalik juga di atur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang diatur dalam pasal 35 yang menyatakan bahwa: 68 “Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.” Berdasarkan ketentuan pasal 35 tersebut memberikan kesempatan kepada terdakwa untuk membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan berasal dari tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002. Penerapan pembuktian terbalik dalam Undang-Undang ini dapat dikatakan masih bersifat terbatas, yaitu berlaku pada sidang pengadilan bukan pada tahap penyidikan. Terbatasnya penerapan pembuktian terbalik dalam Undang-Undang ini menurut Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Dian Adriawan, berpendapat pembuktian terbalik yang diatur dalam pasal 35 dapat diberlakukan 68 Pasal 35 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Universitas Sumatera Utara setelah jaksa bisa membuktikan kejahatan asal usul harta kekayaan. Jika jaksa tak bisa membuktikan, majelis dapat membebaskan terdakwa. 69 Berdasarkan penjelasan tersebut memberikan penjelasan bahwa terdakwa tidak dapat melakukan pembuktian secara penuh karena pembuktian tersebut sangat tergantung dengan upaya pembuktian yang dilakukan oleh penuntut umum. Hal tersebut juga dipertegas oleh Dian yang menyatakan bahwa: “Apabila jaksa tidak bisa membuktikan predicate crime maka dakwaan tidak terbukti dan beban pembuktian terbalik tidak bisa ke terdakwa dan hakim harus membebaskan. Kalau jaksa bisa membuktikan, baru pembuktian terbalik diberlakukan ke terdakwa,” 70 Keluarnya Undang-Undang tersebut ternyata tidak dapat memberikan dampak yang begitu pesat dalam menangani masalah pencucian uang yang ada di Indonesia, sehingga peraturan mengenai tindak pidana pencucian uang tersebut di ganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003. Namun perubahan tersebut ternyata tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan penegakan hukum, praktik, dan standar internasional, sehingga Undang-Undang tersebut diganti dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Mengenai pembuktian terbalik diatur dalam pasal 77 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 yang berbunyi: 71 69 http:hukumonline.comberitabacalt4d079e0a56641pembuktian-terbalik-berlaku- jika-ipredicate-crimei-bisa-dibuktikan, diakses pada tanggal 10 Maret 2012, pukul 20.15 WIB. 70 Ibid. 71 Pasal 77 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Universitas Sumatera Utara “Untuk kepentingan pemeriksaan di persidangan, terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.” Pengaturan mengenai pembuktian terbalik ini juga diatur dalam pasal 78, yang berbunyi: 72 1. Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 77, hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan bahwa Harta Kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksudkan delam pasal 2 ayat 1. 2. Terdakwa membuktikan bahwa Harta Kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 dengan cara mengajukan alat bukti yang cukup. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut maka dapat diketahui bahwa terdakwa diberikan hak dalam melakukan pembuktian, yang berarti bahwa tersangka diberi kesempatan untuk membuktikan harta kekayaannya bukan dari tindak pidana. Namun pembuktian terbalik tersebut masih bersifat terbatas karena hanya berlaku pada sidang di pengadilan, tidak pada tahap penyidikan. Dan yang dibuktikan oleh terdakwa adalah harta kekayaannya bukan berasal dari tindak kejahatan. Selain itu tidak pada semua tindak pidana, hanya dapat diterapkan pembuktian terhadap tindak pidana serious crimeI atau tindak pidana berat seperti korupsi, penyelundupan, narkotika, psikotropika atau tindak pidana perbankan 72 Pasal 78 Undang-Undang Nomor 8 Than 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENERAPAN ASAS PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PERKARA