diberbagai aspek kehidupan. Pendidikan akan mengangkat derajat mereka dan membantu untuk lebih mengenal dan menyerap nilai-niali universal dan menghindari
berfikir sempit dan fragmatis.
Sudah cukup banyak upaya yang telah dilakukan untuk membuka kesempatan akses seluas-luasnya bagi seluruh putra-putri Asli Papua. Namun
harus diakui bahwa di beberapa wilayah masih perlu berbagai upaya keberpihakan dan percepatan agar kesenjangan pendidikan diseluruh tanah air dapat semakin
dipersempit. Khusus untuk akses pada pendidikan tinggi telah dilakukan upaya oleh perguruan tinggi negeri. Upaya tersebut selama ini, belum dirasakan sebagai suatu
program yang terintegrasi secara nasional.
Untuk itu, upaya percepatan dan pemerataan dibidang pendidikan di Provinsi Papua dan Papua Barat, khususnya pendidikan tinggi dirancang dalam suatu
program khusus berupa program keberpihakan atau Afirmasi Pendidikan Tinggi ADik bagi Putra-Putri Asli Papua. Program ADik Papua secara nasional
dirancang dalam beberapa tahapan, dimulai dari tahapan pendataan dan pendaftaran, seleksiujian, pembekalan, mobilisasi, registrasi, pembiayaan,
pembinaan dan pembimbingan belajar agar mahasiswa dapat menyelesaikan pendidikan tingginya dengan tuntas dan hasil yang baik.
1.2. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan Program ADik Papua adalah sebabagi berikut;
1. Memberikan kesempatan kepada putra-putri Asli Papua lulusan SMA sederajat yang berprestasi akademik baik, untuk memperoleh pendidikan
tinggi di PTN terbaik;
2. Mendapatkan calon mahasiswa baru putra-putri Asli Papua melalui seleksi nasional dan seleksi khusus bagi siswa berprestasi akademik di
SMA sederajat;
3. Menyiapkan sumber daya manusia putra-putri asli Papua yang berkualitas untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional,
1.3. SASARAN
Sasaran program adalah Putra-Putri Asli Papua lulusan pendidikan SMA sederajat serta memiliki potensi akademik baik.
1.4. ANALISIS MASALAH
Sistem penerimaam mahasiswa di PTN saat ini adalah melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri SNMPTN, Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri SBMPTN dan Jalur Mandiri. SNMPTN diharapkan membantu memperluas akses karena dapat diikuti oleh seluruh SMA sederajat di
Indonesia. Namun demikian, SNMPTN yang didasarkan pada prestasi akademik melalui rapor siswa, disadari memiliki keragaman mutu sangat tinggi. Selain itu,
salah satu indikator dalam penerimaan mahasiswa jalur
SNMPTN memertimbangkan unsur alumni dari sekolah di PTN yang akan dipilih. Hal ini
menjadi permasalahan bagi beberapa daerah di Provinsi Papua dan Papua Barat, dan tentunya semakin menyulitkan mereka, karena belum adanya unsur alumni
yang masuk di PTN yang dituju. Demikian pula pada jalur SBMPTN yang melalui ujian tertulis sebagai test prediksi yang bersifat persaingan bebas dengan keketatan
seleksi yang cukup tinggi, sehingga sulit untuk dilakukan penerapan prinsip afirmasi. Pada jalur mandiri yang tidak terintegrasi secara nasional, upaya afirmasi dinilai
belum efektif.
Permasalahan lain selain seleksi adalah tidak adanya masa adaptasi pada tahun pertama di PTN. Kegagalan dalam mengikuti proses pembelajaran dan
penyelesaiain studi seringkali sebagai akibat dari tidak adanaya masa adaptasi awal yang memerkenalkan perubahan sistem belajar dari Sekolah Menengah ke
perguruan Tinggi.
Atas pertimbangan masalah tersebut diatas, maka beberapa daerah di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, memerlukan program afirmasi yang
terintergrasi secara nasional dan melibatkan perguruan tinggi nasional. Program afirmasi dikelola secara khusus melalui koordinasi Majelis Rektor Perguruan Tinggi
Negeri Indonesia MRPTNI, sehingga semua kendala dan masalah yang dihadapi oleh Perguruan Tinggi yang melakukan afirmasi selama ini, dapat diselesaikan
secara integral melalui kerjasama antar perguruan tinggi pelaksana.
Setelah menghimpun data dan keterangan dari beberapa PTN pelaksana Program ADik Papua selama ini, beberapa permasalahan yang dihadapi adalah
sebagai berikut.
a. Perubahan cara belajar dari SMA ke Perguruan Tinggi, menimbulkan gegar shock sehingga mahasiswa tidak siap menghadapi kelas besar,
penyampaian materi pembelajaran yang relatif cepat dan jadwal pembelajaran yang cukup padat, baik kuliah, praktikum, responsi, kolokium
maupun tutorial yang diadakan hingga malam hari.
b. Materi pembelajaran belum sepenuhnya dikuasai terutama bidang MIPA dan ilmu dasar lainnya. Beberapa dari mahasiswa ADik Papua berasal dari SMK
yang mengalami kesulitan belajar karena harus mengambil matakuliah MIPA dasar seperti Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, Kalkulus, dsb
c. Terkait dengan disiplin dan kepatuhan terhadap tata terib akademik serta panduan pendidikan sarjana, perlu periode untuk sosialisasi dan internalisasi
ketentuan akademik. Format untuk sosialisasi dan internalisasi serta upaya untuk membangkitkan motivasi belajar dapat dilakukan seperti; training
motivasi, “social hours activity” dll.
d. Teridentifikasi mahasiswa dengan nilai rendah, sehingga dilakukan tutorial pada malam hari untuk memperbaiki nilai. Namun ternyata tingkat kehadiran
tutorial juga sangat rendah, bahkan ada yang tidak pernah hadir. e. Masih banyak mahasiswa yang tidak memahami pemilihan program studi
atas dasar IPA dan IPS. Sehingga beberapa meminta pindah program studi karena tidak bisa mengikuti proses pembelajaran setelah diterima di PTN.
f. Agar program afirmasi bisa berlangsung sukses maka untuk ke depan proses seleksi sebaiknya dilakukan melalui seleksi khusus ADik Papua, dan
SNMPTN tanpa test tertulis untuk memastikan kapasitas calon mahasiswa yang potensial secara akademik bisa menyelesaikan pendidikan.
g. Mengingat secara umum mutu pendidikan Sekolah Menengah di Papua lebih rendah maka mereka yang lolos seleksi sebaiknya dipersiapkan lebih dahulu
melalui program matrikulasi sebelum mengikuti program pendidikan regular. Pada program matrikulasi selain digunakan untuk peningkatan kemampuan
akademik, juga memberikan motivasi adaptasi lingkungan kehidupan kampus dan perguruan tinggi, termasuk budaya akademik cara belajar dan
manajemen waktu.
1.5. KERANGKA AFIRMASI