Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client Tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI

(1)

LAMPIRAN A

DATA PENELITIAN


(2)

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Muhammad Akhyar dan Eha Kurniasih, 2000. “Analisis Tingkat Kesehatan

Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan

Altman (Kasus pada Sepuluh Perusahaan di Indonesia)”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 4 Nomor 2.

Altman, E. T. dan T. McGough, 1974. “Evaluation of a Company as a Going Concern”, Journal of Accountancy, Desember, hal 50-57.

Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000. Teori Akuntansi, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta. Boynton, W. C., R. N. Johnson, dan W. G Kell, 2002. Modern Auditing, Erlangga,

Jakarta

Chen, Kevin C. W. dan Bryan K. Church, 1992. “Default on Debt Obligations and the

Issuance of Opini Going-Concern Opinions”, Auditing: A Journal of Practice and Theory, Volume 11 Nomor 2: 30-49.

Deis, Donald L. dan Gari A. Giroux, 1992. “Determinants of Audit Quality in the

Public Sector”, The Accounting Review , Volume 67 Nomor 3, Juli, hal 462 -479.

Endri, 2009. “Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola

Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman Z-Score”, Perbanas Quarterly, Volume 2 Nomor 1.

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian: Untuk Akuntansi, USU Press, Medan.

Espahbodi, Reza, 1991. “Second Opinion, Opinion Shopping and Independence”,

The CPA Journal Online.

Fanny, M. dan Saputra, S., 2005. “Opini Audit Going Concern: Kajian berdasarkan

Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi

Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, hal 966-978.


(4)

Geiger, M. dan K. Raghunandan. 2002. “Going Concern Opinions in The “New”

Legal Environtment”, Accounting Horizons, Volume 16 Nomor 1 hal 17-26. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghosh, Aloke dan Doo Cheol Moon, 2003. “Does Auditor Tenure Impair Audit Quality?”

Ho, Joanna L., 1994. “The Effect of Experience on Consensus of Going-Concern

Judgements”, Behavioral Research in Accounting, Volume 6: 160-172.

Hofer, C. W., 1980. “Turnaround Strategies”, Journal of Business Strategy.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Januarti, Indira, 2009. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

(Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,

Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang.

Junaidi, dan Jogiyanto Hartono, 2010. “Faktor NonKeuangan pada Opini Going Concern”, Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto: 13-15 Oktober.

Koh, Hian Chye dan Sen Suan Tan, 1999. “A Neural Network Approach to Prediction of Going Concern Status”, Accounting and Business Research,

Volume 29 Nomor 3: 211-216.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.

Lennox, C., 2002. Opinion Shopping, Audit Firm Dismissals, and Audit Committees.

Louwers, Timothy J., 1998. “The Relation between Going-Concern Opinions and the

Auditor’s Loss Function”, Journal of Modern Accounting and Auditing, Volume 6 Nomor 4: 26-37.


(5)

Mayangsari, Sekar, 2003. “Pengaruh Kualitas Audit dan Independensi terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya:

16-17 Oktober.

McKeown, et al., 1991. “Towards an Explanation of Audiotor Failure to Modify the

Audit Opinions of Bankrupt Companies”, Auditing: A Journal of Practice and Theory, Supplement, 1-13.

Mutchler, et. al., 1997. “The Influence of Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Report Decisions on Bankrupt Companies”, Journal of Accounting Research. Autumn.

N, Suprobo Ningtias. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

http://eprints.undip.ac.id/26741/1/Suprobo_Ningtias_N_%28skripsi%29_%2 8r%29.pdf (23 Mar. 2014)

Petronela, Thio Anastasi, 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit, BALANCE, 1 Maret, Volume 1Nomor 1 hal 46-55. Praptitorini, Mima Dyah dan Indira Januarti, 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit,

Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi X.

Putra, I Gede Cahyadi, 2010. “Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen”, Universitas Udayana, Bali.

Ramadhany, Alexander, 2004. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang

Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi, Volume 4

hal 146-160.

Santosa, Arga Fajar dan Linda K. Wedari, 2007. “Analisis Faktor yang

Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”,

JAAI, Volume 11 Nomor 2 hal 141-158.

Schwartz, K. B. dan K. Menon, 1985. “Auditor Switches by Failing Firm”. The Accounting Review, Volume 60 Nomor 2 hal 258-261.


(6)

Setiawan, Santy, 2006. “Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan”, Jurnal Ikatan Akuntansi, Volume 5 Nomor 1 hal 59-67.

Setyarno, et al., 2007. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,

Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini

Audit Going Concern”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Volume 7 Nomor 2 hal 129-140.

Sinason, et al., 2001. An Investigation of Auditors and Client Tenure. http://www.bsu.edu/mcobwin/majb/?p=235 (20 Mar. 2014).

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.

Umar, Husein, 2001. Riset Akuntansi: Metode Riset Sebagai Cara Penelitian Ilmiah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Venuti, Elizabeth K., 2007. “The Going Concern Assumption Revisited: Assesing a Company’s Future Viability”, The CPA Journal Online.

Weston, J. F. dan Copeland T. E., 1992. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Erlangga. Whitaker, R. B., 1999. “The Early Stages of Financial Distress”, Journal of Economics

and Finance.

Wooten, T. G., 2003. “It is Impossible to Know the Number of Poor Quality Audits that Simply Go Undectected and Unpublicized”, The CPA Journal, Januari, hal 48-51. www.google.co.id

www.idx.co.id www.wiikipedia.org


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Menurut Sugiyono (2004: 30), penelitian desain kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisi hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini akan menguji pengaruh atau hubungan sebab akibat variabel independen, yaitu pertumbuhan perusahaan,

audit client tenure, pergantian auditor, dan kesulitan keuangan terhadap

variabel dependen, yaitu opini audit going concern.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian, peneliti akan menggunakan data-data yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam bentuk skala numeric dan merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang berupa catatan maupun


(8)

laporan historis yang telah tersimpan dalam arsip, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Kuncoro, 2003: 124). Data bersumber dari situs Bursa Efek Indonesia , www.idx.co.id.

Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah bulan Januari 2014 dimulai dengan pengajuan judul dan pengesahan judul hingga bulan Juni 2014 untuk penyelesaian dan pengesahan skripsi.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Alasan peneliti menetapkan batasan operasional adalah untuk menghindari munculnya salah pengertian atau salah tafsir terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian. Tujuan dari batasan operasional adalah agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2012.


(9)

3. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari : pertumbuhan perusahaan, audit client tenure, pergantian auditor dan kesulitan keuangan.

3.4 Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel independen (Sugiyono, 2004: 33). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going

concern. Opini audit going concern, yaitu salah satu konsep yang

paling penting yang menjadi dasar pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000). Opini audit going concern ada merupakan opini audit modifikasi yang diberikan auditor bila terdapat keraguan atas kemampuan going concern perusahaan atau terdapat ketidakpastian yang signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2011). Variabel ini merupakan variabel dummy yang diukur dengan angka 1 bila perusahaan meneriman Going Concern Audit Opinion (GCAO) dan angka 0 bila menerima opini Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO) (Junaidi dan Hartono, 2010).


(10)

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2004: 33). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pertumbuhan Perusahaan

Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan.

Pertumbuhan penjualan = � ℎ −� ℎ −1

� ℎ −1

Data ini diperoleh dengan menghitung sales growth ratio berdasarkan laporan laba/rugi masing-masing auditee. Hasil perhitungan rasio pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio.

b. Audit client tenure

Gheiger dan Ragunandhan (2002) menjelaskan tenure adalah hubungan auditor dan klien diukur dengan jumlah tahun. Semakin lama hubungan antara auditor dengan klien, maka semakin kecil


(11)

kemungkinan perusahaan menerima opini going concern (Junaidi dan Hartono, 2010: 8). Variabel audit tenure dalam penelitian ini menggunakan rasio interval, yaitu memberikan skor +1 untuk auditee yang tidak diaudit oleh KAP yang sama pada tahun berikutnya dan 0 untuk auditee yang diaudit oleh KAP yang sama.

c. Pergantian Auditor

Pergantian auditor dapat terjadi apabila kesepakatan mengenai kontrak kerja yang telah habis disepakati untuk tidak diperpanjang atau dapat juga apabila auditor mengundurkan diri ditengah-tengah waktu penugasan. Dalam penelitian ini, pergantian auditor

menggunakan variabel dummy, dimana nilai “0” diberikan untuk

perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor, sedangkan

nilai “1” diberikan untuk perusahaan yang melakukan pergantian

auditor.

d. Kesulitan Keuangan

Variabel ini menggunakan proksi yaitu dengan prediksi kebangkrutan revised Altman.


(12)

Model revisi Altman :

Dimana :

Z = Z (Zeta) Score

Z1 = Working Capital/Total Asset Z2 = Retained Earnings/Toatal Asset

Z3 = Earnings before interest and taxes/Total Asset Z4 = Market value of equity/Book value of debt Z5 = Sales/Total Asset

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Erlina (2011: 48) menyatakan bahwa pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka atau simbol pada karakteristik atau property sesuai dengan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. Pengukuran variabel menggunakan skala yang dapat dibedakan atau skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala nominal dan skal rasio. Erlina (2011: 49) juga memberikan definisi bahwa skala nominal merupakan skala pengukuran yang menggunakan kategori, kelompok, atau klasifikasi konstruk yang diukur dalam bentuk variabel, sedangkan skala adalah skala pengukuran yang menunjukkan


(13)

kategori, peringkat, jarak, dan perbandingan konstruk yang diukur dan memiliki dasar (based value) yang tidak dapat diubah.

Tabel 3.1

Pengukuran Variabel Penelitian

Jenis Variabel

Nama Variabe

l

Definisi Skala

Pengukuran

Dependen Opini audit going concern

Opini audit yang yang diberikan auditor bila terdapat keraguan atas kemampuan going concern perusahaan atau terdapat ketidakpastian yang signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya Skala Nominal;

tidak menerima opini audit going concern = 0

menerima opini audit going concern = 1

Independen Pertum buhan Perusah aan Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya Skala rasio;

Pertumbuhan penjualan =

� ℎ −� ℎ −1

� ℎ −1

Audit client tenure

Hubungan auditor dan klien diukur dengan jumlah tahun

Skala interval;

Diaudit KAP yang sama = 0 Tidak diaudit KAP yang sama = +1


(14)

Pergant ian auditor Pergantian yang apabila kesepakatan mengenai kontrak kerja yang telah habis disepakati untuk tidak diperpanjang atau apabila auditor berhenti di tengah-tengah penugasan

Skala nominal; Tidak berganti = 0 Berganti = 1

Kesulit an Keuang an Kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan.

Skala rasio :

Z = 0.717 Z1 + 0.874 Z2 + 3.10Z3 + 0.420Z4 + 0.998 Z5

Melalui tabel 3.1 dapat dilihat bagaimana pengukuran yang dilakukan dalam penilitian ini, baik variabel dependen maupun variabel independen. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari pengukuran melalui skala rasio maupun skala nominal. Tabel diatas juga menyajikan definisi dari masing-masing variabel yang terdapat dalam variabel ini.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi Penelitian

Sugiyono (2004: 72) menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam


(15)

penelitian ini adalah perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2012 (4 tahun).

3.6.2 Sampel Penelitian

Erlina (2011: 81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Teknik pengambila sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2012 dan tidak sedang berada dalam proses delisting pada periode tersebut.

2. Perusahaan telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan lengkap yang telah diaudit oleh auditor independen untuk tahun buku 2009-2012.

3. Perusahaan memiliki periode laporan keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember.

4. Tidak mengalami laba bersih setelah pajak yang negative sekurangnya dua periode laporan keuangan selama periode penelitian (2009-2012)


(16)

Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria di atas dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

NO. KRITERIA

JUMLAH PELANGGARAN

KRITERIA

AKUMULASI

1.

Total perusahaan real estate yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2012 dan tidak delisting

40

2.

Menerbitkan dan mempublikasi laporan keuangan lengkap yang telah diaudit untuk periode 2009-2012

(6) 34

3. Periode laporan keuangan

berakhir tanggal 31 Desember 0 34

4.

Tidak mengalami laba setelah pajak yang negatif sekurangnya dua periode laporan keuangan

(18) 16

Jumlah perusahaan sampel 23 16

Jumlah tahun pengamatan 4

Total sampel selama periode

penelitian 64

Tabel 3.3

Daftar Perusahaan Sampel

NO. NAMA PERUSAHAAN KODE

1. Alam Sutera Realty Tbk. ASRI

2. Bakrieland Development Tbk. ELTY

3. Ciputra Property Tbk. CTRA

4. Ciputra Surya Tbk. CTRS


(17)

6. Duta Graha Indah Tbk. DGIK 7. Gowa Makassar Tourism Development Tbk. GMTD

8. Intiland Development Tbk. DILD

9. Jakarta International Hotel & Development Tbk. JIHD 10. Jakarta Setiabudi International Tbk. JSPT

11. Kawasan Industri Jababeka Tbk. KIJA

12. Lippo Cikarang Tbk. LPCK

13. Lippo Karawaci Tbk. LPKR

14. Mas Murni Indonesia Tbk. MAMI

15. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. PJAA

16. Summerecon Agung Tbk. SMRA

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain (Umar, 2001: 69). Data penelitian ini mencakup laporan keuangan yang telah dipublikasikan yang diambil dari database Bursa Efek Indonesia dengan cara mengunduh data melalui website resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id selama tahun 2009-2012.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan cara dokumentasi, dimana penulis mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data langsung dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder yang diambil dari Bursa Efek Indonesia dengan


(18)

cara mengunduh data yang tersedia, terdiri dari laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan real estate yagn terdaftar di BEI dan sesuai dengan kriteria pemilihan sampel.

3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dalam menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.

3.9.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis multivariat melalui regresi logistic (logistic regression). Hal ini dilakukan karena variabel dependen merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy. Regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan menggunakan variabel independen. Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Regresi logistik juga mengabaikan heteroscedacity, artinya variabel dependen


(19)

tidak memerlukan homescedacity untuk masing-masing variabel independennya. Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

OGC = α + β1 GROWTH + β2 AUCT + β3 AUCH + β4 BANKRUPT + ԑ

α = konstanta

OGC = Variabel dummy, opini audit (kategori 1 untuk auditee dengan opini audit going concern (GCAO) dan 0 untuk auditee dengan opini audit

non going concern (NGCAO))

GROWTH = Rasio Pertumbuhan Perusahaan AUCT = Audit Client Tenure

AUCH = Pergantian Auditor

BANKRUPT =Prediksi kebangkrutan menggunakan revised

Altman

ԑ = Kesalahan Residual

3.9.2.1 Menguji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)

Kebanyakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of


(20)

data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah sebagai berikut :

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Jika nilai statistik Hosmer dan Lemeshow’s

sama dengan atau kurang dari 0,05 nmaka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga

goodnessfit model tidak baik, karena model yang telah

dirumuskan tidak dapat memprediksi nilai

observasinya. Jika nilai Hosmer dan Lemershow’s

lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol diterima yang berarti model mampu memprediksi nilai observasinya.

3.9.2.2 Menguji Model Keseluruhan Model (Overall Fit Model)

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data.


(21)

Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka H0 harus diterima. Statistik yang digunakan berdasarkan Likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternative, L ditransformasikan menjadi -2 LogL.O utput SPSS memberikan dua nilai -2Log L, yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta tambahan bebas.

Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada regresi logistic mirip dengan pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan modal Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.


(22)

3.9.2.3 Estimasi Parameter dan Interpretasinya

Estimasi parameter dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig). Apabila terlihat angka signifikan lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat 5% maka berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, jika angka signifikansi lebih besar dari 0,05 maka berarti H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahawa variabel bebas tidak berpengaruh tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.

3.9.2.4 Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (pertumbuhan perusahaan, audit


(23)

keuangan) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap opini audit going concern.

Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho akan ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikansi F<5 %. Data analisis dengan model regresi berganda sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4 + e

Keterangan :

Y : Opini Going-Concern

α : Konstanta

X1 : Pertumbuhan perusahaan

X2 : Audit client tenure

X3 : Pergantian auditor

X4 : Kesulitan keuangan

β1, β2, β3, β4 ,: Koefisien Regresi e : Error (tingkat kesalahan)


(24)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft

excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian

menggunakan regresi logistik. Pengujian asumsi klasik dan regresi logistik digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 21. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 16 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian dan diamati selama periode 2009-2012.

4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), median,


(25)

variance, serta standar deviasi data yang digunakan dalam

penelitian. Dimana komponen-komponen statistik deskriptif dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata (mean) adalah jumlah seluruh angka pada data yang dibagi dengan jumlah data yang ada,

2. Median adalah nilai tengah data setelah data tersebut

diurutkan dari angka terkecil ke angka tertinggi,

3. Range adalah selisih dari nilai tertinggi dengan nilai terendah

dalam suatu kumpulan data,

4. Standard deviation adalah nilai simpangan baku. Semakin

kecil nilainya, maka data yang digunakan mengelompok di sekitar nilai rata-rata,

5. Variance adalah jumlah selisih antara data dengan rata-rata

data dan kemudian dibagi dengan jumlah data dikurangi 1(n-1) atau nilai kuadrat dari std.deviation.


(26)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Range Minimum Max Mean Std. Deviation Variance

Rasio Pertumbuhan 64 1,6524 -,4222 1,2302 ,320945 ,3987865 ,159

Audit Client Tenure 64 3 1 4 2,19 1,097 1,202

Pergantian Auditor 64 1 0 1 ,09 ,294 ,086

Kesulitan keuangan 64 3,4768 ,6413 4,1181 1,668261 ,6627437 ,439

Opini Audit Going

Concern

64 1 0 1 ,97 ,175 ,031

Valid N (listwise) 64

Sumber: Diolah dengan SPSS, 2014.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan penggambaran tentang data yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Variabel Rasio Pertumbuhan memiliki nilai minimum yaitu -0,4222 dan nilai maksimum yaitu 1,2302, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,320945. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa perusahaan yang dijadikan sampel penelitian memiliki pertumbuhan keuangan menurun dari tahun sebelumnya yang menyebabkan nilai negatif. Standard

deviation variabel ini adalah 0,3987865 dan variance 0,519. Rentang nilai (range) senilai 1,6524 menunjukkan bahwa data yang digunakan


(27)

dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.

2. Variabel Audit Client Tenure memiliki nilai minimum yaitu 1 dan nilai maksimum yaitu 4, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 2,19. Hal ini menunjukkan bahwa nilai audit tenure bersifat interval atau data berbentuk tingkatan yang dimulai dari angka 1 sampai angka 4. Hal ini juga mengindikasikan bahwa sedikitnya ada beberapa perusahaan yang dijadikan sampel penelitian diaudit oleh Kantor Akuntan Publik berturut-turut selama tahun 2009-2012. Standard deviation variabel ini adalah 1,097 dan variance 1,202. Rentang nilai (range) senilai 3 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.

3. Variabel Pergantian Auditor memiliki nilai minimum yaitu 0 dan nilai maksimum yaitu 1, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pergantian auditor bersifat dummy.

Standard deviation variabel ini adalah 0,294 dan variance 0,086. Rentang nilai (range) senilai 1 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.

4. Variabel kesulitan keuangan memiliki nilai minimum yaitu 0,6413 dan nilai maksimum yaitu 4,1181, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu


(28)

1,668261. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun sampel penelitian yang memiliki nilai kesulitan keuangan negatif. Standard

deviation variabel ini adalah 0,6627437 dan variance 0,439. Rentang nilai (range) senilai 3,4768 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.

5. Variabel Opini audit going concern memiliki nilai minimum yaitu 0 dan nilai maksimum yaitu 1, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,97. Hal ini menunjukkan bahwa variabel opini audit going concern bersifat dummy. Dimana dapat disimpulkan nilai mean sebesar 0,97 atau 97% yang mengindikasikan bahwa hampir seluruh sampel penelitian menggunakan angka 1 dalam konversi data penelitiannya yang berarti banyak opini audit menggunakan opini audit going concern. Standard

deviation variabel ini adalah 0,175 dan variance 0,131. Rentang nilai (range) senilai 1 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.

4.2.2 Uji Multikolonieritas

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Multikolonieritas adalah situasi adanya korelasi antar variabel-variabel independen yang satu


(29)

dengan yang lainnya, dalam hal ini variabel-variabel ini disebut tidak

orthogonal. Variabel yang bersifat orthogonal adalah variabel yang

memiliki nilai korelasi diantaranya sama dengan nol. Dalam penelitian ini jejak multikolonieritas dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Hasil uji gejala multikolonieritas disajikan pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolinearitas Correlation Matrix

Constant X1 X2 X3 X4

Step 1

Constant ,546 -,039 -,622 -,494 -,656

X1 -,039 ,768 -,171 -,160 -,199

X2 -,622 -,171 ,786 ,583 ,002

X3 -,494 -,160 ,583 ,345 -,037

X4 -,656 -,199 ,002 -,037 ,855

Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2014.

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolonieritas antar variabel independen. Gejala multikolonieritas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0.90. Matriks korelasi di atas memperlihatkan bahwa korelasi antar variabel independen yang paling besar 0.855 atau lebih kecil dari 0.90. Berdasarkan hasil ini, dapat


(30)

disimpulkan bahwa variable rasio pertumbuhan, audit client tenure, pergantian auditor dan kesulitan keuangan perusahaan lolos uji gejala multikolonieritas.

4.2.3 Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test)

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (block

number = 0) dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (block number =

1). Nilai -2 log likelihood awal pada block number = 0, dapat ditunjukkan melalui tabel berikut ini.

Tabel 4.3

Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL awal) Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant

Step 0

1 25,762 1,875

2 18,905 2,757

3 17,859 3,264

4 17,800 3,421


(31)

6 17,800 3,434

Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2014

Nilai -2 log likelihood akhir pada block number = 1, dapat ditunjukkan melalui tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4

Nilai -2 log likelihood (-2 LL akhir) Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log

likelihood

Coefficients

Constant X1 X2 X3 X4

Step 1

1 25,010 1,905 -,079 ,025 -,551 -,005

2 17,243 2,841 -,230 ,076 -1,196 -,014

3 15,520 3,432 -,502 ,176 -1,708 -,030

4 15,258 3,646 -,778 ,303 -1,884 -,046

5 15,243 3,657 -,877 ,368 -1,894 -,055

6 15,242 3,654 -,884 ,375 -1,893 -,056

7 15,242 3,654 -,884 ,375 -1,893 -,056

Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2014

Dari tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa -2 log


(32)

memasukkan konstanta yang dapat dilihat pada step 1, memperoleh nilai sebesar 25,762. Kemudian pada tabel selanjutnya dapat dilihat nilai -2 LL akhir dengan block number = 1 nilai -2 log likelihood pada tabel 4.3 mengalami perubahan setelah masuknya beberapa variabel independen pada model penelitian, akibatnya nilai -2 LL akhir pada step 7 menunjukkan nilai 15,242.

Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL

function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir)

menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,2005). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu rasio pertumbuhan, audit client tenure, pergantian auditor dan kesulitan keuangan perusahaan ke dalam model penelitian akan memperbaiki model fit penelitian ini.

4.2.4 Menguji Kelayakan Model Regresi

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan goodness of fitness test yang diukur dengan nilai chi

square pada bagian bawah uji hosmer and lemeshow. Jika nilai

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ≤ 0,05, maka berarti


(33)

sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya (Ghozali, 2005).

Tabel 4.5

Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 8,053 8 ,428

Sumber: Diolah dengan SPSS, 2014

Tabel 4.5 menunjukkan nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit sebesar 8,053 dengan signifikansi 0,428. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

Tabel 4.6

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Opini Audit Going Concern =

opini audit non going concern

Opini Audit Going Concern =

opini audit going concern

Total

Observed Expected Observed Expected Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


(34)

Step 1

1 1 1,000 5 5,000 6

2 0 ,224 6 5,776 6

3 0 ,142 6 5,858 6

4 0 ,120 6 5,880 6

5 1 ,112 5 5,888 6

6 0 ,101 6 5,899 6

7 0 ,086 6 5,914 6

8 0 ,077 6 5,923 6

9 0 ,059 6 5,941 6

10 0 ,078 10 9,922 10

Sumber: Diolah dengan SPSS, 2014

Dari tabel kontijensi untuk uji hosmer and lemeshow, dapat dilihat bahwa dari sepuluh langkah pengamatan untuk opini audit yang baik (1) maupun tidak baik (0), nilai yang diamati maupun nilai yang diprediksi, tidak mempunyai perbedaan yang terlalu ekstrim. Ini menunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini mampu memprediksi nilai observasinya.

4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis

Regresi logistik ingin menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2005). Pada penelitian ini, regresi logistik dilakukan terhadap 64


(35)

perusahaan sampel yang terdiri dari 62 perusahaan yang memiliki opini audit going concern (ditandai dengan angka 1) dan hanya 2 perusahaan yang tidak memiliki opini audit going concern (ditandai dengan angka 0).

Hasil pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap kualitas audit. Pengujian dengan regresi logistik ditunjukkan dalam tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4.7

Ikhtisar Pengolahan Data Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 64 98,5

Missing Cases 1 1,5

Total 65 100,0


(36)

Total 65 100,0

Data diolah dengan SPSS, 2014

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diambil analisis sebagai berikut: a. Jumlah sampel pengamatan sebanyak 64 sampel, dan seluruh

sampel telah diperhitungkan ke dalam pengujian hipotesis;

b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan dengan nilai

dummy variabel. Variabel dependen bernilai 1 untuk opini audit going concern dan bernilai 0 untuk opini audit non going concern.

c. Metode yang digunakan untuk memasukkan data adalah metode enter dimana apabila menggunakan metode ini seluruh variabel bebas (independen) disertakan dalam pengolahan (analisis) data untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap variabel dependen.

Selanjutnya variabilitas antara variabel dependen dengan variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 15,242a ,039 ,161


(37)

Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2014

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, maka dapat dilihat bahwa hasil analisis regresi logistik secara keseluruhan menunjukkan nilai Cox &

Snell R Square sebesar 0.039. Cox & Snell R Square merupakan

ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression

yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari satu, sehingga sulit untuk diinterpretasikan.

Nagelerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien

Cox and Snell. Untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0

(nol) sampai 1 (satu) hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell’s R square dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelerke R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression.

Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagalerke R Square adalah sebesar 0.161 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 16.10 %, sisanya sebesar 84,90 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.


(38)

Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan keterjadian variabel terkait (dependen) pada perusahaan dilihat melalui classification tabel.

Tabel 4.9 Matriks Klasifikasi

Observed

Predicted Opini Audit going

concern

Percentage Correct .0000 1.0000

Step 1

Opini audit going concern

.0000 0 2 0,00

1.0000 0 62 100,00

Overall Percentage 96,9

Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2014

Tabel 4.9 secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa kemungkinan penerimaan opini going concern sebesar 96,9 % dari seluruh sampel yang ada yang menunjukkan pengertian bahwa sebesar 62 sampel penelitian yang mendapatkan opini audit going concern dan sisanya sebesar 3,10% atau sebesar


(39)

hanya 2 sampel penelitian saja yang mendapatkan opini audit non going concern.

b. Menguji Koefisien Regresi

Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik, pengujian koefisien regresi logistik mencerminkan penjabaran lebih rinci mengenai pengaruh masing masing variabel independen terhadap variabel dependennya.

Tabel 4.10

Hasil Uji Koefisien Regresi Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a

X1 ,884 2,142 ,170 1 ,007 ,413 ,006 27,526

X2 ,375 1,049 ,128 1 ,720 1,456 ,186 11,374

X3 -1,893 1,847 1,050 1 ,306 ,151 ,004 5,626

X4 -,056 1,293 ,002 1 ,965 ,945 ,075 11,925

Cnstant 3,654 3,137 1,356 1 ,244 38,613

a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4.

Sumber: Diolah dengan SPSS, 2014

Persamaan regresi dapat dilihat dari kolom B pada tabel 4.10. Tanda matematika dalam persamaan yang akan dibentuk mengikuti angka dalam


(40)

kolom B. Persamaan regresi logistik yang terbentuk dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = 3,654 + 0.884 X1 + 0,375 X2 – 1,893 X3 -0,056 X4 + e Keterangan:

Y : Opini audit going concern X1 : Rasio Pertumbuhan X2 : Audit Client tenure X3 : Pergantian Auditor X4 : Kesulitan Keuangan

Penjelasan persamaan regresi logistik diatas adalah sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 3,654 yang menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel Rasio Pertumbuhan, Audit Client tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan maka nilai dari Opini audit going concern adalah sebesar 3,654.

2. Variabel X1 (Rasio Pertumbuhan) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,884 dengan tingkat signifikansi 0.007 lebih kecil dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien positif dan signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Tanda positif pada koefisien rasio pertumbuhan menunjukkan bahwa rasio


(41)

pertumbuhan yang lebih besar akan memberikan kemungkinan terjadinya penerimaan opini audit going concern.

3. Variabel X2 (Audit client tenure) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,375 dengan tingkat signifikansi 0.720 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien positif dan tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Tanda positif pada koefisien audit tenure menunjukkan bahwa audit client

tenure yang lebih besar (berturut-turut) akan memberikan kemungkinan

terjadinya penerimaan opini audit going concern.

4. Variabel X3 (Pergantian Auditor) menunjukkan nilai koefisien sebesar -1,893 dengan tingkat signifikansi 0.306 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Tanda negatif pada koefisien pergantian auditor menunjukkan bahwa pergantian auditor yang terlalu besar mengakibatkan penurunan opini audit going concern.

5. Variabel X4 (Kesulitan Keuangan) menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,056 dengan tingkat signifikansi 0.965 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Tanda negatif pada koefisien kesulitan keuangan menunjukkan bahwa


(42)

kesulitan keuangan yang terlalu besar mengakibatkan penurunan opini audit going concern.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel rasio pertumbuhan mempengaruhi penerimaan opini audit going concern secara signifikan. Sedangkan audit client tenure, pergantian auditor dan kesulitan keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern. Dan rasio pertumbuhan dan audit client tenure memiliki hubungan

positif terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan variabel lainnya yaitu pergantian auditor dan kesulitan keuangan memiliki hubungan negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.

1. Hubungan Rasio Pertumbuhan (X1) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Y)

Variabel independen Rasio pertumbuhan berpengaruh secara signifikan dengan arah yang positif terhadap penerimaan opini audit going

concern. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,007 yang lebih kecil dari

signifikansi alpa yang telah di tetapkan (0,05). Hal ini menunjukan bahwa variabel rasio pertumbuhan dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apakah perusahaan tersebut akan mendapatkan opini audit going concern


(43)

atau tidak. Tanda positif ini mengindikasikan bahwa hubungan antara rasio pertumbuhan dan penerimaan audit going concern sejalan atau searah, dengan asumsi semakin tinggi rasio pertumbuhan perusahaan dari tahun ketahun mengindikasikan bahwa kemungkinan besar perusahaan akan menerima opini audit going concern.

Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2007) yang menyatakan bahwa variabel rasio pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit

going concern.

2. Hubungan Audit Client Tenure terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Audit Client Tenure memiliki hubungan positif dan tidak signifikan

terhadap Opini audit going concern. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa peningkatan audit client tenure secara berurutan akan berpotensi untuk meningkatkan penerimaan opini audit going concern yang dikeluarkan oleh auditor. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningtias (2011).

Dan bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010) yang menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.


(44)

3. Hubungan Pergantian Auditor Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Pergantian Auditor memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pergantian auditor akan menyebabkan penurunan opini audit

going concern. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Januarti (2009).

Namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptirorini, et al. (2006) yang menyatakan bahwa pergantian auditor berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern.

4. Hubungan Kesulitan Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Kesulitan keuangan memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kesulitan keuangan perusahaan akan menyebabkan penurunan opini audit going concern. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010).

Namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) yang menyatakan bahwa kesulitan keuangan


(45)

perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit

going concern.

4.4 Uji Signifikansi Model Secara Simultan Tabel 4.11

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 2,557 4 ,006

Block 2,557 4 ,006

Model 2,557 4 ,006

Sumber : Diolah dengan SPSS, 2014

Untuk melihat hasil pengujian secara simultan pada regresi logistik yaitu melihat pengaruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama terhadap variabel dependen menggunakan tabel Omnibus Test of Model

Coefficients. Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar

0.006. Karena nilai ini lebih kecil dari 5% maka Ho ditolak pada tingkat signifikansi 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan yaitu rasio pertumbuhan, audit client tenure, pergantian auditor, dan kesulitan keuangan secara bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan Opini audit going concern suatu perusahaan.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan mengacu pada perumusan serta tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan dengan objek penelitian perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2009-2012 dengan menggunakan 16 perusahaan sebagai sampel penelitian.

2. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel rasio pertumbuhan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern dan memiliki pengaruh koefisien positif sebesar 0.8443 pada

tingkat signifikansi 5%.

3. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel audit client tenure tidak


(47)

berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern dan memiliki pengaruh koefisien positif sebesar 0.375 pada

tingkat signifikansi 5%.

4. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel pergantian auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern dan memiliki pengaruh koefisien negatif sebesar 1,893 pada

tingkat signifikansi 5%.

5. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel kesulitan keuangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern dan memiliki pengaruh koefisien negatif sebesar 0,056 pada

tingkat signifikansi 5%.

6. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel independen rasio pertumbuhan, audit client tenure, pergantian auditor, kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu penerimaan opini audit going concern dengan tingkat signifikansi 0.006 ˂ 5%.

5.2 Keterbatasan Penelitian


(48)

1. Sampel penelitian terbatas pada perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak dapat menggambarkan secara umum semua jenis perusahaan di Indonesia.

2. Periode penelitian hanya empat tahun, sehingga belum cukup lama untuk menentukan tren kualitas audit dalam jangka panjang.

3. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel yaitu : rasio pertumbuhan, audit client tenure, pergantian auditor, kesulitan keuangan perusahaan

5.3 SARAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan keterbatasan penelitian, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain :

1. Penelitian ini hanya memasukkan empat variabel bebas saja. Sebaiknya, peneliti yang akan menggunakan pendekatan yang sama menambahkan variabel bebasnya dengan variabel yang juga diperkirakan dapat mempengaruhi penerimaan opini audit going concern seperti debt default,

good corporate governance dan lain sebagainya.

2. Sebaiknya tahun penelitian ditambah untuk memperluas observasi sehingga hasil yang diperoleh lebih tepat.


(49)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno et al. , 2006).

Sebagai kegiatan operasi utama perusahaan, penjualan dituntut untuk selalu mengalami peningkatan. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).

Jika tingkat penjualan stabil, tanpa ada peningkatan, ada indikasi bahwa perusahaan mengalami stagnan yang akan mempengaruhi perkembangan perusahaan ke depan. Tapi jika tingkat penjualan negatif, maka ada indikasi mengenai going concern


(50)

perusahaan. Hal ini dikarenakan penjualan merupakan aktivitas operasi utama perusahaan yang menopang perusahaan sebagai sumber pemasukan utama. Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit

going concern.

Selain itu, hal ini membuktikan bahwa sesuai dengan kondisi yang dinyatakan dalam SA Seksi 341 (IAI, 2001) mengenai trend negatif, yaitu jika perusahaan mengalami tingkat pertumbuhan perusahaan yang negatif, maka ada indikasi mengenai keberlangsungan usaha. Kesimpulannya, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang negatif akan memperoleh opini audit

going concern.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fanny dan Saputra (2005) dengan menggunakan pertumbuhan aktiva sebagai proksi, memperoleh hasil yang tidak signifikan. Pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi pemberian opini audit going concern. Santosa dan Wedari (2007) dengan menggunakan laba sebagai proksi pertumbuhan perusahaan memperoleh hasil yang sama bahwa pertumbuhan ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap kecenderungan pemberian opini audit going concern.


(51)

H1 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

2.1.2 Audit Client Tenure

Gheiger dan Raghunandan (2002) menyatakan tenure adalah lamanya hubungan auditor klien diukur dengan jumlah tahun. Ketika auditor memiliki jangka waktu hubungan yang lama dengan klien, hal ini akan mendoromg pemahamam yang lebih atas kondisi keuangan klien dan oleh karena itu mereka akan dapat mendeteksi masalah

going concern.

Dalam sudut pandang kedua, menjaga hubungan dengan kantor akuntan publik yang sama untuk jangka waktu yang lama dianggap lebih ekonomis untuk klien. Adanya hubungan antar auditor dengan kliennya dalam waktu yang lama dikhwatirkan akan membuat auditor kehilangan independensinya. Karena antara auditor dengan klien sudah terikat hubungan yang nyaman dan saling menguntungkan sehingga kualitas audit menjadi rendah. Auditor menjadi kurang skeptis dan kurang waspada dalam mendapatkan bukti. Rentang hubungan yang lama ini berpotensi untuk menjadikan auditor cepat puas pada apa yang dilakukan, melaksanakan prosedur audit yang kurang tegas, dan terlalu tergantug pada pernyataan manajemen.


(52)

Dalam laporannya yang dikeluarkan oleh Bagian Praktek

Securities of Exchange Commision (SEC) Komite Eksekutif

(American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) 1992 dalam Sinason et al., 2001) dinyatakan beberapa argumen yang dibuat tentang audit tenure. Argumen ini menyatakan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan perusahaan klien akan menyebabkan masalah berikut :

a. Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan manajemen klien yang menyebabkan auditor kehilangan skeptisme professional.

b. Auditor mungkin menganggap pengujian yang dilakukan sebagai pengulangan dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa mengetahui lebih dulu hasil pengujian tersebut. Hal ini menyebabkan auditor kurang mampu mengevaluasi perubahan penting dalam kondisi klien.

c. Auditor mungkin berkeinginan untuk menyelesaikan masalah perusahaan klien dalam rangka mempertahankan hubungan baik dengan klien, memenuhi keinginan klien mungkin menjadi prioritas auditor dibandingkan dengan mengikuti standar professional. Untuk menjaga independensinya, beberapa negara menetapkan peraturan mengenai rotasi KAP. Di Indonesia sendiri peraturan rotasi KAP mengharuskan dilakukannya pergantian


(53)

Kantor Akuntan Publik per 5 tahun dan auditor per 3 tahun yang mengaudit sebuah perusahaan secara berturut-turut.

H2 : Audit client-tenure berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

2.1.3 Pergantian Auditor

Perusahaan umumnya menggunakan pergantian auditor untuk menghindari penerimaan opini going concern. Auditee yang diaudit oleh KAP baru mungkin merasa lebih puas dengan beberapa pertimbangan. Pertama perusahaan cenderung untuk mengganti auditor karena ketidakpuasan akan pelayanan yang diberikan dari auditor sebelumnya atau mereka mempunyai beberapa jenis perselisihan dengan auditor sebelumnya. Schwartz dan Menon (1985) menyatakan bahwa pergantian auditor banyak dilakukan pada perusahaan yang bermasalah dibandingkan pada perusahaan yang sehat.

Oleh karena itu, perusahaan mengganti auditor dalam tiga tahun dengan harapan akan mengalami suatu peningkatan dalam kepuasan klien. Kedua perikatan audit yang baru, ada ketidakyakinan management klien terhadap kualitas pelayanan yang disediakan KAP. Hal ini menimbulkan dorongan yang kuat dari KAP untuk memprioritaskan pelayanan klien dalam tahun-tahun pertama setelah


(54)

memperoleh klien yang baru. Klien-klien baru mungkin mendapatkan perhatian khusus, dan mereka mungkin menikmati perspektif dan pandangan yang berbeda yang diberikan oleh auditor baru.

Pergatian auditor yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat mempengaruhi kepuasan klien. Seorang auditor baru akan cenderung memperlihatkan kinerjanya pada tahun-tahun pertama saat auditor melakukan audit. Pada awal tahun kontrak pelaksanaan audit, auditor baru akan berusaha mencari tahu kinerja auditor lama, dan untuk itu auditor baru akan membandingkan dengan kinerja yang mungkin dapat dicapainya. Harapan seorang auditor baru adalah pelaksanaan audit sebaik-baiknya, tanpa mengurangi sikap profesionalnya sebagai seorang auditor. Tujuan pergantian auditor dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan. Pergantian auditor menyebabkan dampak negatif.

H3 : Pergantian auditor berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

2.1.4 Kesulitan Keuangan

Kesulitan keuangan (Financial distress) merupakan suatu kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Untuk dapat


(55)

menilai kesehatan suatu perusahaan dapat digunakan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan.

Hoffer (1980: 20) dan Witaker (199: 24) dalam (Endri, 2009) memberikan perumpamaan bahwa kondisi financial distress sebagai suatu kondisi dari perusahaan yang mengalami laba bersih (net profit) negatif selama kurun waktu beberapa tahun. Kebangkrutan sebagai akibat kegagalan kemudian didefinisikan dalam berbagai arti, yaitu : kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan (Adnan dan Kurniasih, 2000: 137). Kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk dapat menghasilkan laba (Endri, 2009).

Perusahaan yang kondisinya buruk, banyak ditemukan indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004). Perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, tidak menerima opini going concern dari auditor. Namun semakin buruknya perusahaan akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern (McKeown, 1991 dalam Januarti, 2009). Pemakai laporan keuangan seringkali merasa pengeluaran opini going

concern sebagai sebuah prediksi kebangkrutan (Altman, 1982 dalam

Setiawan, 2006).

Altman (1968) telah melakukan studi serupa untuk menemukan suatu model prediksi kebangkrutan dalam beberapa


(56)

periode sebelum kebangkrutan benar-benar terjadi. Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyarankan agar penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya, karena penelitiannya menememukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan hingga 82%. Penelitian yang dilakukan oleh Setyarno, et al. (2006) juga berhasil membuktikan bahwa model prediksi Altman berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Model Z-score Altman sampai sekarang adalah yang paling banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi serta akademisi dibidang akuntansi dibandingkan dengan model prediksi kebangkrutan lainnya (Altman, 1993 dalam Fanny dan Saputra 2005). Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi.

Model Z-score dinilai dapat menganalisis dengan baik dan handal tanpa memperhatikan ukuran perusahaan yang dianalisis. Apabila perusahaan sangat makmur didapat Z-score mulai turun tajam maka perusahaan harus waspada terhadap kebangkrutan. Atau apabila perusahaan baru survive, maka Z-score dapat membantu perusahaan mengevaluasi dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan.


(57)

Penelitian yang dilakukan oleh Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk dapat memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model diskriminan adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z.

Rumus Model Altman Z-score untuk perusahaan manufaktur dan go public:

� = , � + ,

+ , �

ℎ + ,6

� � + , ℎ

Tabel 2.1

Kriteria titik cut off Model Z-score

Kriteria Nilai Z

Tidak bangkrut jika Z lebih besar dari (>) 2,99 Daerah rawan bangkrut (grey area) 1,81-2,99 Bangkrut jika Z kurang dari (<) 1,81

Berdasarkan analisis ini apabila nilai z dari perusahaan yang diteliti lebih kecil dari 1,8 beresiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai z berada diantara 1,81-2,99 dikatakan masih memiliki resiko


(58)

kebangkrutan, bila diatas nilai 2,99 maka dikatakan aman dari resiko kebangkrutan.

H4 : Kesulitan keuangan berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.

2.1.5 Going Concern

Going concern menurut Belkaoui (1997: 135) adalah suatu

dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Dalil ini memberikan gambaran bahwa suatu entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju arah likuidasi. Diperlukannya suatu operasi yang berlanjut dan berkesinambungan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit di suatu periode mempunyai sifat semetara sebab masih merupakan satu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan. Kosasih (1985: 33) menyatakan bahwa istilah going concern diartikan sebagai anggapan bahwa operasi satuan ekonomi akan berlangsung terus di masa yang akan datang. Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting dalam pelaporan keuangan.


(59)

PSA 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang diperlukan dari luar atau kegiatan serupa lainnya.

Going concern menentukan kelangsungan hidup suatu entitas.

Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestrkturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikian kan menimbulkan keraguan besar terhadap going


(60)

2.1.6 Opini Audit Going Concern

Auditor memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Akan tetapi, pemberian status going concern bukanlah hal yang mudah (Koh dan Tan, 1999 dalam Januarti 2009). Penyebabnya adalah adanya hipotesis self-fulfilling prophecy yang menyatakan apabila seorang auditor memberikan opini going concern maka perusahaan tersebut akan menjadi cepat bangkrut karena banyak kreditor yang akan menarik dananya atau investor yang membatalkan investasinya. Oleh sebab itu, sulit memprediksi kelangsungan hidup suatu entitas sehingga banyak auditor mengalami dilemma antara moral dan etika dalam pemberian opini going concern.

Auditor dalam memberikan pendapat atau opini audit harus melalui beberapa tahap. Hal ini dimaksudkan agar auditor dapat memberikan kesimpulan mengenai opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.

SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelaangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut : 1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai

kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pas, maka auditor harus :


(61)

a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukkan untuk mengurangi dampak dan kondisi peristiwa tersebut.

b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat efektif terlaksana.

2. Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).

3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan bahwa efektifitas rencana tersebut, diantaranya : a. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif,

auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.

b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian.

c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, audioor memberikan pendapat tidak wajar.


(62)

Jika auditor menyimpulkan keraguan-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, maka pendapat tidak wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan perlu dibuat, terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA No. 30 memperbolehkan tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pendapat karena adanya keraguan atas kelangsungan hidup.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern pada perusahaan diringkas dalam tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti

(tahun) Variabel Alat

Analisis Hasil Penelitian Dependen Independen

Margeretta Fanny dan Sylvia Saputra (2005) Penerimaan opini audit going concern Kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, reputasi auditor Regresi Logistik Kondisi keuangan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan,

pertumbuhan perusahaan dan


(63)

reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern.

Eko Budi Setyarno, dkk (2006) Penerimaan opini audit going concern Kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan penjualan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya Regresi Logistik Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Santosa (2007) Penerimaan opini audit going concern Kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan Regresi Logistik Kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan

pertumbuhan perusahaan dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern.


(64)

Januarti (2009) Penerimaan opini audit going concern Kesulitan keuangan, debt default, ukuran perusahaan, audit lag, opini tahun sebelumnya, pergantian auditor, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan institusional Regresi Logistik

Debt default, ukuran

perusahaan, opini tahun sebelumnya, dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini going

concern. Sedangkan

kesulitan keuangan,

audit lag, opinion shopping,

kepemilikan manajerial dan institusional tidak berpengaruh

terhadap opini going

concern Suprobo Ningtias N (2011) Penerimaan opini going concern Kondisi keuangan, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, audit client tenure, opinion shopping, reputasi auditor Regresi Logistik Kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan ukuran perusahaan, audit client tenure, opinion shopping, reputasi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.


(65)

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian teoritis, maka variabel independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan perusahaan, audit client tenure, pergantian auditor dan kesulitan keuangan. Sedangkan variabel dependennya adalah opini audit going concern. Hubungan pertumbuhan perusahaan, audit client

tenure, pergantian auditor dan kesulitan keuangan dapat digambarkan dalam

kerangka sebagai berikut :

Gambar 2.1

Variabel Independen Variabel Dependen

H1 H1

H2

H3

H4 H4

H5

Diagram Kerangka Konseptual

Opini Going Concern

Kesulitan Keuangan Pergantian Auditor

Audit Client Tenure


(66)

Dari kerangkan konseptual di atas, diketahui bahwa dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah pertumbuhan perusahaan,

audit client tenure, pergantian auditor, dan kesulitan keuangan. Sedangkan,

variabel dependennya adalah opini going concern.

Dalam penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan poisisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992). Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunya rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).

Audit client tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP melakukan

perikatan audit dengan auditee yang sama. Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini audit going concern akan sulit.

Perusahaan biasanya melakukan pergantian auditor dengan dua cara untuk menghindari opini going concern.


(67)

1) Perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Dengan ancaman tersebut, independensi auditor akan menurun sehingga tidak mampu mengungkapkan masalah perusahaan.

2) Bahkan ketika audiotor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern.

Financial distress sebagai suatu kondisi dari perusahaan yang

mengalami kesulitan keuangan dimana laba bersih (net profit) negatif selama beberapa tahun.

Opini going concern merupakan salah satu asumsi yang dipakai dalam

menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi. Asumsi ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern.

Variabel independen yang telah diungkapkan di atas merupakan beberapa faktor yang menjadi pertimbangan auditor dalam memutuskan pemberian opini going concern kepada perusahaan yang sedang diaudit.


(68)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap suatu masalah yang dihadapi yang masih akan diuji lebih lanjut kebenarannya. Menurut Erlina (2011: 41), hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Adapun yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap Opini Going-Concern

H2 : Audit Client Tenure berpengaruh terhadap Opini Going-Concern H3 : Pergantian Auditor berpengaruh terhadap Opini Going-Concern H4 : Kesulitan Keuangan berpengaruh terhadap Opini Going-Concern H5 : Pertumbuhan perusahaan, audit client tenure, pergantian auditor, dan

kesulitan keuangan berpengaruh secara simultan terhadap pemberian Opini Going –Concern


(69)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Kelangsungan hidup entitas selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola entitas agar bertahan hidup. Dengan adanya

going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan

kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak dilikuidasi dalam jangka pendek.

Going concern digunakan sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan

sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain. (PSA No. 30)


(1)

5. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dalam masa perkuliahan dan telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. Firman Syarif selaku Dosen Pembanding yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis. 8. Seluruh pegawai dan staf administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Akuntansi.

9. Sahabat-sahabat terbaik Maria Alvyonita Sembiring, Putri Octavia Simanjuntak, Elsha Febriyanti Sitorus, Febrina Sari Br. Karo, dan Janty Trinita Tarigan, terima kasih atas dorongan dan semangat yang memotivasi penulis

10.Semua teman-teman S1 Akuntansi. Senang dapat bertemu dan berbagi ilmu bersama selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, Agustus 2014 Penulis

Astrid Permata Sari Nainggolan NIM. 090503065


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 7

1.3 Tujuan Penelitian ………..……….. 8

1.4 Kegunaan Penelitian ……….……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ……….. 11

2.1.1 Pertumbuhan Perusahaan ……….. 11

2.1.2 Audit Client Tenure ………... 13

2.1.3 Pergantian Auditor ……… 15

2.1.4 Kesulitan Keuangan ………. 16

2.1.5 Going Concern ……….. 20

2.1.6 Opini Audit Going Concern ……….. 22

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……… 24

2.3 Kerangka Konseptual ………. 27

2.4 Hipotesis Penelitian ……….... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………. 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 31

3.3 Batasan Operasional ……….. 32

3.4 Definisi Operasional ……….. 33

3.4.1 Variabel Dependen ………. 33

3.4.2 Variabel Independen ………... 34

3.5 Skala Pengukuran Variabel ………. 36

v


(3)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 38

3.6.1 Populasi Penelitian ……….. 38

3.6.2 Sampel Penelitian ………. 39

3.7 Jenis Data ……… 41

3.8 Metode Pengumpulan Data ……….. 41

3.9 Teknik Analisis Data ……….. 42

3.9.1 Statistik Deskriptif ………... 42

3.9.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ………. 42

3.9.2.1 Menguji Kelayakan Model Regresi … 43

3.9.2.2 Menguji Model Keseluruhan Model .. 44

3.9.2.3 Estimasi Parameter dan Interpretasinya 46 3.9.2.4 Uji F ……….. 46

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ……… 48

4.2 Analisis Hasil Penelitian ……… 48

4.2.1 Statistik Deskriptif ……….. 48

4.2.2 Uji Multikolonieritas ……….. 52

4.2.3 Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test) …. 54 4.2.4 Menguji Kelayakan Model Regresi ……… 56

4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis ……….. 58

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 65

4.4 Uji Signifikansi Model secara Simultan ………. 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 69

5.2 Keterbatasan Penelitian ………. 70

5.3 Saran ……….. 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Tititk Cut Off Model Z-Score ……… 19

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ………. 24

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Penelitian ………. 37

Tabel 3.2 Proses Seleksi Sampul Berdasarkan Kriteria ………. 40

Tabel 3.3 Daftar Perusahaan Sampel ………. 40

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ………. 50

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolonearitas ……….. 53

Tabel 4.3 Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Awal) ………... 54

Tabel 4.4 Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Akhir) ………... 55

Tabel 4.5 Hosmer and Lemeshow Test ………... 56

Tabel 4.6 Contingency table for Hosmer and Lemeshow Test ……….. 57

Tabel 4.7 Ikhtisar Pengolahan Data ……… 59

Tabel 4.8 Model Summary ……….. 60

Tabel 4.9 Matriks Klasifikasi ………... 61

Tabel 4.10 Hasi Uji Koefisien Regresi ……….62

Tabel 4.11 Omnibus Test of Model Coefficients ………. 68

vii


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Diagram Kerangka Konseptual ……… 27


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Data Penelitian ……….. 77 Lampiran B : Hasil Pengolahan Data ………. 84


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

1 76 98

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian kantor akuntan publik: studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2008-2012

1 8 137

PENGARUH REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, AUDIT Pengaruh Reputasi Auditor, Disclosure, Audit Client Tenure, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar Di Bursa Efek Indones

7 31 19

PENGARUH REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, AUDIT CLIENT Pengaruh Reputasi Auditor, Disclosure, Audit Client Tenure, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013).

2 5 15

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client Tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 12

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client Tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 2

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client Tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 10

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client Tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 20

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client Tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 4

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client Tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 2