Analisis Kausalitas Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KAUSALITAS SUKU BUNGA DEPOSITO, INFLASI, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA

OLEH : SYIFA YANI

090503200

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kausalitas Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan peneliti etika ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2013 Yang membuat pernyataan,

Syifa Yani NIM : 090503200


(3)

ABSTRAK

ANALISIS KAUSALITAS SUKU BUNGA DEPOSITO, INFLASI, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas suku bunga deposito, inflasi dan indeks harga saham gabungan di Indonesia. Hubungan suku bunga deposito, inflasi dan indeks harga saham gabungan (IHSG) sangatlah erat dalam dunia keuangan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan timbal balik antara suku bunga deposito, inflasi dan indeks harga saham gabungan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber, yaitu laporan keuangan yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan adalah 10 perusahaan. Proses analisis data yang dilakukan diawali dengan uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan kausalitas antara Suku Bunga Deposito, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian bahwa suku bunga deposito stasioner pada tingkat second difference, inflasi yang stasioner pada tingkat rendah dan begitu juga dengan IHSG yang telah stasioner pada tingkat first difference dan terdapat hubungan kausalitas satu arah antara inflasi dan suku bunga deposito, dan tidak terdapat hubungan satu arah maupun dua arah antara suku bunga deposito dengan IHSG dan antara IHSG dengan inflasi.


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CAUSALITY DEPOSIT INTEREST RATE, INFLATION, AND JOINT STOCK PRICE INDEX (CSPI) IN INDONESIA

This study aims to analyze the causal relationship of deposit rates, inflation and the stock price index in Indonesia. The relationship of interest rates, deposits, inflation and stock price index (CSPI) is very closely in financial world.

The hypothesis of this research is the reciprocal relationship between deposit rates, inflation and the stock price index in Indonesia. This study uses secondary data collected by researchers from a variety of sources, the financial statements obtained from the Indonesia Stock Exchange website. The samples used were 10 companies. The process of data analysis begins with the classic assumption test and subsequent hypothesis testing.

The results shows that the existence of causality between deposits Interest Rate, Inflation and Stock Price Index (CSPI). Research the deposit rate stationary at second difference, inflation levels and stationary at the level as well as JCI has been stationary at first difference and there is no one-way relationship between inflation and interest rates deposito, and there is no one-way relationship and both directions between the interest rates on deposits with JCI and the JCI with inflation.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kausalitas Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia“. Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan kelulusan studi pada Program Sarjana (S1) Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penelitian skripsi hingga selesainya, peneliti telah banyak mendapatkan bantuan-bantuan dalam bentuk bimbingan, keterangan serta dorongan moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Teristimewa untuk kedua orang tua peneliti Ayah dan Ibu tercinta (Bapak Mahadi & Ibu Rita Yani Lubis) yang selalu memberikan doa, dorongan dan semangat kepada peneliti selama ini. Pada kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Azhar Maksum. M.Ec. Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akutansi dan Bapak Hotma Ja’far. MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif. M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail. M.Si, Ak selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Penasehat Akademik yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

5. Bapak Drs. M. Zainul B. Torong. M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembaca yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada Abang Ryhad yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Teman-teman tercinta Dea, Annisa, Gadis, Dewi, Ica, Tara, Bang Anggi, Dian, Nata, Sri, Kinanti, Rendi dan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, peneliti memohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari segala kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan seluruh pembaca pada masa yang akan datang.

Medan, April 2013 Peneliti,

Syifa Yani


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pendahuluan ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suku Bunga ... 7

2.1.1 Pengertian Suku Bunga ... 7

2.1.2 Teori Tingkat Suku Bunga ... 7

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga ... 8

2.2 Deposito ... 10

2.2.1 Pengertian Deposito ... 10

2.2.2 Jenis-jenis Deposito ... 10

2.2.3 Fungsi Deposito ... 12

2.3 Inflasi ... 12

2.3.1 Pengertian Inflasi ... 12

2.3.2 Jenis-jenis Inflasi ... 13

2.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 15

2.4.1 Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan ... 16

2.4.2 Fungsi Indeks Harga Saham Gabungan ... 17

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham .... 17

2.5 Penelitian Terdahulu ... 19

2.6 Kerangka Konseptual ... 21

2.7 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Batasan Operasional ... 24

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24

3.4 Jenis Data dan Sumber Data ... 25

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.6 Tekhnik Analisis ... 25


(8)

3.6.2 Uji Statistik Deskriptif ... 28

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 28

3.6.4 Pengujian Hipotesis ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Suku Bunga Deposito di Indonesia ... 32

4.2 Perkembangan Inflasi di Indonesia ... 34

4.3 Perkembangan Indeks Harga Saham di Indonesia ... 36

4.4 Analisis Hasil Penelitian ... 38

4.4.1 Uji Deskriptif ... 38

4.4.2 Uji Normalitas... 39

4.4.3 Uji Heterokedastisitas ... 42

4.4.4 Uji Autokorelasi ... 44

4.4.5 Uji Stationeritas ... 45

4.4.6 Hasil Uji Kausalitas ... 46

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Keterbatasan ... 49

5.3 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 20

3.1 Rasio Bunga Deposito, Inflasi dan IHSG... 25

4.1 Perkembangan Suku Bunga Deposito ... 32

4.2 Perkembangan Inflasi ... 34

4.3 Perkembangan IHSG... 37

4.4 Statistik Deskriptif ... 38

4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 41

4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Logaritma Natural (Ln) ... 42

4.7 Hasil Uji Glejser ... 44

4.8 Hasil Autokorelasi ... 45

4.9 Hasil Augmented Dickey-Fuller (ADF) Unit Root Test ... 46


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 22

4.1 Perkembangan Suku Bunga Deposito 2008-2011 ... 33

4.2 Perkembangan Inflasi 2008-2011 ... 35

4.3 Perkembangan IHSG 2008-2011 ... 38

4.4 Grafik Histogram ... 40

4.5 Graik Normal Plot ... 40


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Data Variabel Penelitian ... 52 Lampiran 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 54


(12)

ABSTRAK

ANALISIS KAUSALITAS SUKU BUNGA DEPOSITO, INFLASI, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas suku bunga deposito, inflasi dan indeks harga saham gabungan di Indonesia. Hubungan suku bunga deposito, inflasi dan indeks harga saham gabungan (IHSG) sangatlah erat dalam dunia keuangan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan timbal balik antara suku bunga deposito, inflasi dan indeks harga saham gabungan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber, yaitu laporan keuangan yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan adalah 10 perusahaan. Proses analisis data yang dilakukan diawali dengan uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan kausalitas antara Suku Bunga Deposito, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian bahwa suku bunga deposito stasioner pada tingkat second difference, inflasi yang stasioner pada tingkat rendah dan begitu juga dengan IHSG yang telah stasioner pada tingkat first difference dan terdapat hubungan kausalitas satu arah antara inflasi dan suku bunga deposito, dan tidak terdapat hubungan satu arah maupun dua arah antara suku bunga deposito dengan IHSG dan antara IHSG dengan inflasi.


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CAUSALITY DEPOSIT INTEREST RATE, INFLATION, AND JOINT STOCK PRICE INDEX (CSPI) IN INDONESIA

This study aims to analyze the causal relationship of deposit rates, inflation and the stock price index in Indonesia. The relationship of interest rates, deposits, inflation and stock price index (CSPI) is very closely in financial world.

The hypothesis of this research is the reciprocal relationship between deposit rates, inflation and the stock price index in Indonesia. This study uses secondary data collected by researchers from a variety of sources, the financial statements obtained from the Indonesia Stock Exchange website. The samples used were 10 companies. The process of data analysis begins with the classic assumption test and subsequent hypothesis testing.

The results shows that the existence of causality between deposits Interest Rate, Inflation and Stock Price Index (CSPI). Research the deposit rate stationary at second difference, inflation levels and stationary at the level as well as JCI has been stationary at first difference and there is no one-way relationship between inflation and interest rates deposito, and there is no one-way relationship and both directions between the interest rates on deposits with JCI and the JCI with inflation.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen jangka panjang yang bias diperjualbelikan, baik surat utang, saham, reksa dana, instrument derivative maupun instrument lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun bagi institusi lainnya, dan sebagai sarana berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Pasar modal dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan istilah bursa efek. Bursa efek mencerminkan suatu tempat yang memperdagangkan efek yang meliputi saham, obligasi atau bukti lainnya. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995, bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek dengan pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Darmadji dan Fakhruddin (2001) juga menerangkan bursa efek adalah lembaga atau perusahaan yang menyelenggarakan atau menyediakan fasilitas sistem untuk mempertemukan penawaran jual dan beli dengan tujuan memperdagangkan efek perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di bursa efek Di Indonesia saat ini terdapat satu bursa efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI).


(15)

Aktivitas pasar modal memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi di beberapa perusahaan melalui pembelian saham-saham baru yang ditawarkan atau yang diperdagangkan di pasar modal. Sementara itu, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang. Adanya pasar modal memungkinkan investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik, karena tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu. Penyebaran kepemilikan yang luas akan mendorong perkembangan perusahaan yang transparan.

Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian suatu negara menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternative pendanaan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.

Oleh karena semakin kompleksnya informasi pada pasar modal ke publik, maka BEI (Bursa Efek Indonesia) telah menyebarkan indikator pergerakan harga saham. Salah satu indikator dari pergerakan harga saham tesebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. IHSG dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum perdagangan saham, apakah dalam keadaan bearish atau dalam keadaan bullish. (Lubis, 2008:157)


(16)

Pertumbuhan ekonomi yang melambat ditandai dengan meningkatnya angka Inflasi dan kenaikan tingkat suku bunga yang merupakan faktor-faktor penyebab buruknya kinerja pasar modal, karena indikator-indikator makroekonomi tersebut ikut serta memberikan andil yang kuat bagi pertumbuhan pasar modal (Adisetiawan, 2012).

Salah satu kebijakan moneter pemerintah dalam mengurangi jumlah uang yang beredar adalah dengan cara menaikkan tingkat suku bunga dengan tujuan untuk meredam meningkatnya laju Inflasi. Kenaikan Suku Bunga Depositoakan membuat kecenderungan pemilik modal mengalihkan modalnya ke pasar modal, yang tentunya akan berakibat positif terhadap pasar modal yang ditandai dengan kenaikan indeks harga saham. Investor akan lebih tertarik untuk menanamkan modal di pasar modal karena return yang akan diterima lebih besar dibandingkan dengan return yang diperoleh dari bunga bank, walaupun dengan tingkat risiko yang lebih besar.

Secara teori, tingkat bunga dan harga saham memiliki hubungan yang negatif (Tandelilin, 2010). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi jugaakan meningkatkan biaya modal yang akanditanggung perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.

Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham.Tingkat suku bunga yang meningkat akan meningkatkan suku bunga yang


(17)

diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Di samping itu, tingkat suku bunga yang meningkat bias juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito. Weston dan Brigham (1994) mengemukakan bahwa tingkat bunga mempunyai pengaruh yang besar terhadap harga saham. Suku bunga yang makin tinggi memperlesu perekonomian, menaikan biaya bunga dengan demikian menurunkan laba perusahaan, dan menyebabkan para investor menjual saham dan mentransfer dana ke pasar obligasi.

Demikian pula halnya dengan Inflasi, tingkat Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga hargaharga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, Inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997-2003 mengakibatkan jumlah uang yang beredar terlalu banyak di masyarakat karena dengan jumlah uang yang beredar adalah salah satu penyebab terjadinya kenaikan harga barang-barang secara umum yang menyebabkan Inflasi meningkat. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal ini melalui Bank Indonesia adalah dengan menaikkan suku bunga, hal ini dilakukan Bank Indonesia dengan tujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas yang ada di masyarakat, sehingga uang yang dipegang masyarakat tidak digunakan untuk melakukan konsumsi


(18)

berlebihan. Penurunan Suku Bunga Depositoyang diikuti dengan penurunan Inflasi mendorong keinginan masyarakat untuk lebih cenderung menginvestasikan uang mereka di pasar modal yang akan berdampak pada kenaikan IHSG seperti halnya pada bulan Juli 2011 indeks IHSG mencapai level 4.131poin, karena masyarakat ingin mendapatkan return yang lebih tinggi melalui investasi di pasar modal daripada menabung uang mereka pada pasar uang yang memberikan return yang rendah.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Kausalitas Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan searah antara Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.?

2. Apakah ada hubungan searah antara Suku Bunga Deposito dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?

3. Apakah ada hubungan yang searah antara Inflasi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?


(19)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris hubungan kausalitas antara Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi calon peneliti dan mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Bermanfaat sebagai informasi bagi calon peneliti yang akan berinvestasi ataupun yang sudah berinvestasi.

3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya di bidang Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Suku Bunga

2.1.1 Pengertian Suku Bunga

Bunga Bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh Bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada Bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

2.1.2 Teori Tingkat Suku Bunga

Tingkat bunga menurut kaum klasik merupakan interaksi antara tabungan dan investasi. Tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tinggi tingkat bunga maka semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Karena seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana. Semakin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil.


(21)

Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. (Nopirin, 1992:70-71)

Sedangkan menurut Keynes, tingkat bunga adalah suatu fenomena moneter yang mana tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk berinvestasi dan akan mempengaruhi GNP. (Nopirin, 1992:90-91)

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Faktor – faktor yang mempengaruhi suku bunga yaitu: 1. Kebutuhan Dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama adalah pihak perbankan harus memerhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga bunga simpanan 16%, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas bunga pesaing. Namun, sebaliknya untuk bunga pinjaman harus dibawah bunga pesaing.


(22)

3. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target Laba yang Diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

5. Jangka Waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan risiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah.

6. Kualitas Jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan.

7. Reputasi Perusahaan

Bonafiditas perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan risiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil. 8. Produk yang Kompetitif

Maksudnya ialah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran.Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.


(23)

9. Hubungan Baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan dan loyalitas nasabah. Nasabah utama biasanya memiliki hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa. 10. Jaminan Pihak Ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan pun berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dipercaya, maka kemungkinan tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.

2.2 Deposito

2.2.1 Pengertian Deposito

Menurut Undang – undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. (Kasmir, 2008:85).

2.2.2 Jenis-Jenis Deposito

Jenis – jenis deposito yang ada di Indonesia adalah: 1. Deposito Berjangka

Deposito berjangka adalah deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18


(24)

sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya didalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga. Bunga deposito dapat ditarik setiap bulan atau setelah jatuh tempo sesuai jangka waktunya, baik ditarik secara tunai maupun non tunai dan dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya.

2. Sertifikat Deposito

Sertifikat deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito berjangka. Sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan. Agar simpanan ini dapat diperjualbelikan dengan mudah maka penarikan pada saat jatuh tempo dapat dilakukan atas unjuk, sehingga siapapun yang memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya pada saat jatuh tempo.

Penerbitan nilai sertifikat deposito sudah tercetak dalam berbagai nominal dan biasanya dalam jumlah bulat. Dengan demikian, nasabah dapat membeli dalam lembaran banyak untuk jumlah nominal yang sama.

3. Deposit On Call

Deposit on call adalah deposito yang berjangka waktu minimal tujuh hari dan paling lama kurang dari satu bulan. Diterbitkan atas nama dan biaanya dalam jumlah yang besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang bersangkutan).

Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on call sebelum deposit on call dicairkan terlebih dahulu tiga hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan bank penerbit. Besarnya bunga biasanya dihitung perbulan dan


(25)

biasanya untuk menentukan bunga dilakukan negosiasi antara nasabah dengan pihak bank.

2.2.3 Fungsi Deposito

Fungsi deposito ada dua , yaitu: 1. Fungsi Intern

Fungsi ini sangat strategis dalam membantu kegiatan operasional bank khusunya ruang lingkup bank itu sendiri. Jenis simpanan ini merupakan salah satu sumber utama modal bank yang praktis penggunaannya karena adanya limit waktu. Deposito ini bagi suatu bank berfungsi untuk memenuhi kebutuhan modal suatu bank dan juga membantu posisi likuiditas bank.

2. Fungsi Ekstern

Fungsi ekstern ini dikaitkan dengan fungsi yang ada diluar perusahaan bank yaitu sebagai lembaga yang bergerak dibidang jasa yang memperlancar arus pembayaran uang. Deposito ini merupakan sarana penghimpun dana dalam jumlah besar yang dapat menunjang pembangunan.

2.3 Inflasi

2.3.1 Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga secara umum barang-barang secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang-barang saja tidak dapat disebut Inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari Inflasi disebut deflasi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat Inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu


(26)

menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Indikator Inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain: 1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).

Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB)

Menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

2.3.2 Jenis-Jenis Inflasi

A. Jenis Inflasi menurut sifatnya:

1. Inflasi merayap (creeping inflation)

Creeping inflation ditandai dengan laju Inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.


(27)

2. Inflasi menengah (galloping inflation)

Galloping inflation ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadangkala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.

3. Inflasi tinggi (hyper inflation)

Hyper inflation merupakan Inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali.

B. Inflasi menurut sebabnya: 1. Demand Pull Inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand) sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disampingkan menaikkan harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output). Apabila kesempatan kerja penuh (full employment) telah tercapai maka penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja. Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada diatas atau melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terjadi “inflationary gap’’. Inflationary gap inilah yang dapat menimbulkan Inflasi.

2. Cost Push Inflation

Cost Push Inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.


(28)

Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnnya produksi dan jika berjalan terus maka akan terjadi cost push inflation.

2.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat.Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham.Sekarang ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 8 macam indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Ke delapan macam indeks tersebut adalah:

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam masing-masing sektor.

3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.

5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.


(29)

6 Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.

7. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan.

8. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.

Seluruh indeks yang ada di BEI menggunakan metode perhitungan yang sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat (akan dibahas pada bagian berikutnya). Perbedaan utama pada masing-masing indeks jumlah emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks. Misalnya untuk Indeks LQ45 menggunakan 45 saham untuk perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic Index (JII) menggunakan 30 saham untuk perhitungan indeks. Indeks-indeks tersebut ditampilkan terus menerus melalui display wall di lantai bursa dan disebarkan ke masyarakat luas oleh data vendor melalui data feed.

2.4.1 Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan

IHSG adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. IHSG dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum perdagangan saham, apakah dalam keadaan bearish atau dalam keadaan bullish.

Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham yang berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu.


(30)

2.4.2 Fungsi Indeks Harga Saham

Di pasar modal, sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu: 1. Sebagai indikator tren pasar

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan 3. Sebagai tolok ukur kinerja suatu portofolio

4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Alwi (2003:87), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain:

a. Faktor Internal (Lingkungan mikro)

1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

2. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

3. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi.

4. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.


(31)

5. Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya.

6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning Per Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER), net profit margin, Return On Assets (ROA), dan lain-lain.

b. Faktor Eksternal (Lingkungan makro)

1. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, Inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

4. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.


(32)

2.5 Penelitian Terdahulu

1. Suramaya Suci Kewal (2008), Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB TerhadapIndeks Harga Saham Gabungan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secaraempiris pengaruh variabelvariabel makroekonomi, yaitu : tingkat Inflasi, suku bungasertifikat Bank Indonesia, kurs, dan tingkat pertumbuhan GDP terhadap IHSG diBursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasilpenelitian menemukan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara signifikanterhadap IHSG, sedangkan tingkat Inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDBtidak berpengaruh terhadap IHSG.

2. Fenny Pratiwi (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis kausalitas antara kredit investasi yang disalurkan Bank umum dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kausalitas antara kredit investasi (Cr) dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara dengan menggunakan data runtun waktu dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2007. Penelitian ini menggunakan metode Granger Causality Test untuk melihat arah hubungan antara kredit investasi (Cr) dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Hasil uji akar-akar unit memperlihatkan bahwa data kredit investasi (Cr) dan pertumbuhan ekonomi stasioner pada derajat pertama (first difference). Sedangkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan searah (feedback) antara kredit investasi (Cr) dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.


(33)

3. R. Adisetiawan (2012) melakukan penelitian dengan judul “kausalitas BI rate, Inflasi dan Indeks Harga Saham’’. Pada penelitian tersebut diperoleh bahwa hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pada tingkat keyakinan 99%, selama periode 1995.1-2012.3 terdapat hubungan kausalitas antara Inflasi, BI rate, dan IHSG di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian regresi diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 52,3%, hal ini menunjukkan bahwa pola pergerakan indeks harga saham di pasar modal terkait dengan perubahan yang terjadi diberbagai variabel makroekonomi, salah satunya adalah BI rate yang berkoefisien negatif terhadap indeks pasar modal Indonesia. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa terjadi hubungan yang sangat erat antara variabel Inflasi dan BI rate terhadap IHSG, terbukti dengan besarnya nilai korelasi (R) sebesar 72,6%.

Secara ringkas penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat di dalam table dibawah ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Tahun Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 2008 Suramaya Suci Kewal

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB

TerhadapIndeks Harga Saham Gabungan

Hanya kurs yang berpengaruh secara signifikanterhadap IHSG, sedangkan tingkat Inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan

PDBtidak berpengaruh terhadap IHSG

2 2009 Fenny Pratiwi Analisis kausalitas antara kredit investasi yang disalurkan Bank Bahwa terdapat hubungan searah (feedback) antara kredit investasi (Cr)


(34)

No Tahun Peneliti Judul Hasil Penelitian umum dengan

pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara

dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

3 2012 R. Adisetiawan Kausalitas BI rate, Inflasi dan Indeks Harga Saham

Terjadi hubungan yang sangat erat antara variabel Inflasi dan BI rate terhadap IHSG, terbukti dengan besarnya nilai korelasi (R) sebesar 72,6%

2.6 Kerangka Konseptual

Suku Bunga Deposito memiliki kausalitas searah dengan Inflasi, apabila deposito mengalami kenaikan maka Inflasi belum tentu akan ikut mengalami kenaikan, begitu juga dengan sebaliknya,dan Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap naik turunnya Suku Bunga Deposito.

Suku Bunga Deposito memiliki hubungan searah dengan Indeks Harga Saham Gabungan, peningkatan Suku Bunga Deposito akan menyebabkan peningkatan IHSG juga dan sebaliknya.

Inflasi memiliki hubungan searah dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Inflasi memiliki hubungan yang sama dengan IHSG seperti hubungan suku bunga dengan IHSG.


(35)

Kerangka konseptual dari penelitian ini dapaat digambarkan sebagai berikut:

H1

H2 H3

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Analisis Kausalitas Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia

H1. Suku Bunga Deposito memiliki hubungan searah dengan Inflasi.

H2. Suku Bunga Deposito memiliki hubungan searah dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

H3. Inflasi memiliki hubungan searah dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah, dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji secara empiris.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:

7. Ada hubungan searah antara Suku Bunga Deposito, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.

Suku Bunga Deposito Inflasi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)


(36)

8. Ada hubungan searah antara Suku Bunga Deposito dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

9. Ada hubungan searah antara Inflasi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Sementara penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.

3.2 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah di Indonesia dengan menganalisis adanya hubungan kausalitas antara Suku Bunga Deposito, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Suku Bunga Deposito adalah suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank yang mempunyai jangka waktu bunga rata-rata setiap tahun pengamatan diukur dengan skala rasio.

2. Inflasi adalah kenaikan yang terjadi akibat harga yang naik secara terus menerus rata-rata setiap tahun pengamatan diukur dengan skala rasio.

3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah gambaran secara keseluruhan mengenai pergerakan harga-harga saham yang terdapat pada pasar modal Indonesia rata-rata setiap tahun pengamatan diukur dengan skala rasio.


(38)

Tabel 2.1

Rasio Bunga Deposito, Inflasi dan IHSG

Tahun Deposito (%) BI Rate (%) Inflasi (%) IHSG (Poin)

2008 49,015 52 61,85 12526

2009 50,625 42,875 29,37 12072

2010 39,977 39 30,75 18571

2011 15,1 79,5 32,38 22477

3.4 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka selama kurun waktu 4 tahun (Januari 2008 – Desember 2011).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tidak langsung (indirect method), yakni dengan menggunakan data sekunder.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung dari berbagai bahan kepustakaan seperti jurnal, artikel, laporan, serta dengan mengkopi data dan mendownload langsung dari website sumber data yang bersangkutan (Sutrisno,2004).

3.6 Teknik Analisis

Metode analisis dalam penelitian ini adalah Granger Causality Test.Analisis Granger Causality Test adalah untuk melihat hubungan searah


(39)

(kausalitas) antara Suku Bunga Deposito, Inflasidan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

3.6.1 Uji Kausalitas

Tujuan uji kausalitas adalah untuk menjelaskan bahwa ada bagian dari peubah tertentu yang dapat dijelaskan oleh nilai lampaunya sendiri, dan mengembangkan suatu model dari variabilitas yang tersisa melalui penggunaan peubah-peubah lain yang memiliki hubungan kausalitas dengan peubah bersangkutan. Dengan demikian, kausalitas dapat memberikan dukungan empiris untuk penyusunan model serta verifikasi hipotesis hubungan teoritis (Adiyoga, 2001).

Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas antara Suku Bunga Deposito, Inflasi dan IHSG di Indonesia. Untuk itu, model analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:

SBDt = ∑�=1��INFt-i + ∑�=1��SBDt-j + μ1t... (1) INFt = ∑�=1��INFt-i + ∑�=1��SBDt-j + μ1t ... (2) SBDt =∑�=1��IHSGt-i + ∑�=1�� SBDt-j + μ1td ... (3) IHSGt = ∑�=1��IHSGt-i + ∑�=1��SBDt-j + μ1t ... (4) INFt =∑�=1�� IHSGt-i + ∑�=1��INFt-j + μ1t ... (5) IHSGt =∑�=1�� IHSGt-i + ∑�=1��INFt-j + μ1t ... (6) dimana:

SBD : Suku Bunga Deposito (rupiah) INF : Inflasi (persen)


(40)

μ : error term ai, bj, ci, dj : koefisien regresi

Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linier di atas, maka akan dihasilkan empat kemungkinan nilai-nilai koefisien sebagai berikut:

1. Jika = ∑�=1�� ≠ 0 d an + ∑�=1��= 0, maka terdapat kausalitas searah antara lnflasi ke Suku Bunga Deposito.

Inflasi memiliki hubungan yang searah dengan Suku Bunga Deposito yang artinya Inflasi dan Suku Bunga Deposito tidak saling mempengaruhi. 2. Jika = ∑�=1�� ≠ 0 d an + ∑�=1��= 0, maka terdapat kausalitas searah

antara Suku Bunga Deposito ke Inflasi.

Suku Bunga Deposito memiliki hubungan yang searah dengan Inflasi yang artinya Suku Bunga Deposito dan Inflasi tidak saling mempengaruhi. 3. Jika = ∑�=1�� ≠ 0 d an + ∑�=1��= 0, maka terdapat kausalitas searah

antara IHSG ke Suku Bunga Deposito.

IHSG memiliki hubungan yang searah dengan Suku Bunga Deposito yang artinya IHSG dan Suku Bunga Deposito tidak saling mempengaruhi.

4. Jika = ∑�=1�� ≠ 0 d an + ∑�=1��= 0, maka terdapat kausalitas searah antara Suku Bunga Deposito ke IHSG.

Suku Bunga Deposito memiliki hubungan yang searah dengan IHSG yang artinya Suku Bunga Deposito dan IHSG tidak saling mempengaruhi. 5. Jika = ∑�=1�� ≠ 0 d an + ∑�=1��= 0, maka terdapat kausalitas searah


(41)

IHSG memiliki hubungan yang searah dengan Suku Bunga Deposito yang artinya IHSG dan Inflasi tidak saling mempengaruhi.

6. Jika = ∑�=1�� ≠ 0 d an + ∑�=1��= 0, maka terdapat kausalitas searah antara Inflasi ke IHSG.

Inflasi memiliki hubungan yang searah dengan IHSG yang artinya Inflasi dan IHSG tidak saling mempengaruhi.

3.6.2 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, maksimum dan minimum yang kemudian menjadi sebuah informasi yang jelas dan dapat dipahami.

3.6.3 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Asumsi dalam OLS adalah nilai rata-rata dari faktor pengganggu (µi) adalah

nol. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Jarque–Berra Test (J-B test).

Kriterianya:

a. Apabila nilai x2 tabel (0,05) nilai Jarque–Berra normality test statistik, maka µi berdistribusi normal.

b. Apabila angka probability 0,05, maka data berdistribusi normal. 2. Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel independent diantara satu sama lainnya. Untuk


(42)

mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai R-squared, F-hitung, t-hitung serta standart error.

Adanya multikolinieritas ditandai dengan: a. Standart error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, dan α = 1%

c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori d. R2 sangat tinggi

3. Autokorelasi

Autokorelasi terjadi bila error term (µ) dari waktu yang berbeda berkorelasi. Model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh faktor pengganggu pada pengamatan lainnya.

E(uiuj) = 0 i≠j

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu: a. Dengan menggunakan atau memplot grafik

b. Dengan uji Durbin-Watson (D-W Test) Uji D-W dirumuskan sebagai berikut:

Dengan hipotesis sebagai berikut: H0= ρ = 0 (tidak ada autokorelasi)


(43)

Untuk menguji masalah autokorelasi ini, peneliti harus menentukan besarnya nilai kritis dari du dan d1. Berdasarkan jumlah dari variabel independent,

jika hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi, maka:

1. Jika DW < dt, maka H0 ditolak, berarti suatu persamaan regresi

mengalami autokorelasi.

2. Jika du < DW < 4 – du, maka H0 diterima, berarti suatu persamaan

regresi tidak mengalami autokorelasi.

3. Jika d1 ≤ DW ≤ du atau 4 – du ≤ DW ≤ 4 – d1, berarti pengujian tidak

dapat disimpulkan.

c. Lagrange Multiplier Test (LM Test)

Uji ini dikembangkan oleh Breusch-Godfrey, sehingga dikenal juga dengan sebutan The Breusch-Godfrey (BG) Test. Dengan memperhatikan model persamaan berikut :

Yt= β0+ β1X1 + µt

Pada uji ini diasumsikan bahwa µt mengikuti model otoregresif ordo p(AR(P))1, dengan bentuk sebagai berikut:

µt = ρ1 µt-1+ ρ2 µt-2 + ρ3 µt-3 + ρρ µt-ρ + ɛt

Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : ρ1= ρ2= ... = ρρ = 0

Ha : Tidak demikian

Dengan demikian apabila peneliti tidak memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis, maka gejala autokorelasi tidak ada.


(44)

Heterokedastisitas adalah suatu penyimpangan dalam asumsi OLS dimana varian gangguan dari estimasi yang dihasilkan estimasi OLS tidak bernilai konstan. Akibat dari heterokedastisitas ini dapat mengakibatkan kesalahan dalam penaksiran sehingga koefisien regresi atau parameternya menjadi tidak efisien dan dapat menyesatkan peneliti dalam menyimpulkan hasil estimasi. Untuk medeteksi adanya gejala heterokedastisitas dapat digunakan metode Uji White. Jika nilai chi-square statistik lebih besar dari nilai chi-square kritis (tabel) dengan tingkat kepercayaan tertentu (α) maka diduga terdapat heterokedastisitas.

3.6.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis regresi liner sederhana. Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel indepen terhadap satu variabel dependen. Hasil dari analisis regresi linear sederhana berupa koefisien untuk variabel independent. Persamaan regresi linear sederhana yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = α + βX + e Keterangan :

Y = Indeks Harga Saham Gabungan

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi dari Variabel Independent X = Suku Bunga Deposit


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Suku Bunga Deposito di Indonesia

Perkembangan Suku Bunga Deposito selama periode Januari 2008 sampai Desember 2011 menunjukkan pergerakan yang cukup stabil, walaupun pada tahun 2008 Suku Bunga Deposito menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi.

Adapun perkembangan Suku Bunga Deposito selama kurun waktu penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Perkembangan Suku Bunga Deposito Jan 08 – Des 11 (%) Bulan Deposito

(%) Bulan

Deposito

(%) Bulan

Deposito (%)

Jan-08 7.07 Mei-09 8.77 Sept-10 6.72

Feb-08 6.95 Jun-09 8.52 Okt-10 6.81

Mar-08 6.88 Jul-09 8.31 Nop-10 6.78

Apr-08 6.86 Agust-09 7.94 Des-10 6.83

Mei-08 6.98 Sept-09 7.43 Jan-11 6.72

Jun-08 7.19 Okt-09 7.38 Feb-11 6.72

Jul-08 7.51 Nop-09 7.16 Mar-11 6.83

Agust-08 8.04 Des-09 6.87 Apr-11 6.80

Sept-08 9.26 Jan-10 6.44 Mei-11 6.85

Okt-08 10.14 Feb-10 6.42 Jun-11 6.82

Nop-08 10.40 Mar-10 6.45 Jul-11 6.86

Des-08 10.75 Apr-10 6.75 Agust-11 6.80

Jan-09 10.52 Mei-10 6.67 Sept-11 6.83

Feb-09 9.89 Jun-10 6.71 Okt-11 6.75

Mar-09 9.42 Jul-10 6.62 Nop-11 6.56

Apr-09 9.04 Agust-10 6.75 Des-11 6.35


(46)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada bulan Desember 2008 suku bungadeposito berada pada posisi tertinggi selama periode penelitian. Hal ini merupakan otoritas moneter untuk mengatasi tingginya laju Inflasi sehingga perbankan Indonesia menaikkan suku bunga termasuk depositountuk menekan laju Inflasi dengan cara mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Sedangkan pada bulan Maret tahun 2010, Suku Bunga Deposito berada pada posisi terendahnya selama periode penelitian, setelah pada periode-periode sebelumnya terus mengalami penurunan.Kemudian, setelah berada pada posisi terendah, Suku Bunga Deposito sedikit demi sedikit mengalami pergerakan peningkatan dari periode ke periode hingga saat ini.

Adapun trend pergerakan deposito masyarakat Indonesia selama kurun waktu penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.1


(47)

4.2 Perkembangan Inflasi di Indonesia

Perkembangan Inflasi Indonesia selama periode Januari 2008 sampai Desember 2011menunjukkan pergerakan yang dinamis, dimana pada tahun 2008 Inflasi Indonesia relatif tinggi dibandingkan tahun-tahun lainnya.

Adapun perkembangan Inflasi Indonesia selama kurun waktu penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Perkembangan Inflasi Jan 08 – Des 11 (%) Bulan Inflasi

(%) Bulan

Inflasi

(%) Bulan

Inflasi (%)

Jan-08 7.36 Mei-09 6.04 Sept-10 5.80

Feb-08 7.40 Jun-09 3.65 Okt-10 5.67

Mar-08 8.17 Jul-09 2.71 Nop-10 6.33

Apr-08 8.96 Agust-09 2.75 Des-10 6.96

Mei-08 10.38 Sept-09 2.83 Jan-11 7.02

Jun-08 11.03 Okt-09 2.57 Feb-11 6.84

Jul-08 11.90 Nop-09 2.41 Mar-11 6.65

Agust-08 11.85 Des-09 2.78 Apr-11 6.16

Sept-08 12.14 Jan-10 3.72 Mei-11 5.98

Okt-08 11.77 Feb-10 3.81 Jun-11 5.54

Nop-08 11.68 Mar-10 3.43 Jul-11 4.61

Des-08 11.06 Apr-10 3.91 Agust-11 4.79

Jan-09 9.17 Mei-10 4.16 Sept-11 4.61

Feb-09 8.60 Jun-10 5.05 Okt-11 4.42

Mar-09 7.92 Jul-10 6.22 Nop-11 4.15

Apr-09 7.31 Agust-10 6.44 Des-11 3.79

Sumber : BI Kantor Cabang Medan, data diolah 2011.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 Inflasi Indonesiacenderung tinggi dibandingkan tahun-tahun lainnya, hal ini disebabkan karena pengaruh krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2006 dan negara-negara Eropa pada tahun 2008. Hal tersebut cukup mempengaruhi keadaan perekonomian Indonesia yang masih tergantung kepada berbagai situasi


(48)

yang terjadi di negara-negara lain. Sehingga segala upaya pemerintah dan Bank Indonesia untuk meredam dampak krisis Amerika Serikat tidak bisa secara langsung dan mutlak mengurangi dan mengatasi secara cepat dampak tersebut.

Adapun trend pergerakan Inflasi Indonesia selama kurun waktu penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.2

Perkembangan InflasiTahun 2008-2011

Pada tahun 2009 sampai tahun 2011, pergerakan Inflasi Indonesia menunjukkan trend peningkatan walaupun masih bisa dikatakan cukup stabil, di mana peningkatan yang terjadi tidak menimbulkan keresahan yang berlebihan terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Dimana pada tahun 2008 tepatnya bulan September Inflasi yang melanda Indonesia merupakan Inflasi tertinggi dibandingkan periode lainnya selama penelitian, sedangkan pada bulan November tahun 2009 merupakan periode dengan tingkat Inflasi paling rendah yang terjadi di Indonesia selama kurun waktu penelitian.


(49)

4.3Perkembangan Indeks Harga Saham di Indonesia

IHSG adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. IHSG dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum perdagangan saham, apakah dalam keadaan bearish atau dalam keadaan bullish.

Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham yang berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu.

Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode Januari 2008sampai Desember 2011 menunjukkan peningkatan yang cukup stabil, walaupun di sepanjang tahun 2008 IHSG terus mengalami koreksi yang cukup tajam. Dari tabel di atas terlihatapat dilihat bahwa pada tahun 2008 perkembangan Bursa Efek Indonesia sedikit mengalami penurunan, dimana titik terendahnya terjadi pada bulan Februari tahun 2009. Penurunan tersebut lebih disebabkan terjadinya peningkatan arus modal yang keluar dari Bursa Efek Indonesia akibat dampak dari krisis yang melanda berbagai negara di Eropa dan Amerika, sehingga kegiatan Bursa Efek Indonesia menjadi lesu yang berakibat menurunnya berbagai harga saham unggulan yang langsung berdampak negatif terhadap IHSG.

Adapun perkembangan IHSG selama kurun waktu penelitian dapat dilihatpada tabel berikut ini:

Tabel 4.3


(50)

Bulan IHSG

(Poin) Bulan

IHSG

(Poin) Bulan

IHSG (Poin)

Jan-08 2627 Mei-09 1917 Sept-10 3501

Feb-08 2722 Jun-09 2027 Okt-10 3635

Mar-08 2447 Jul-09 2323 Nop-10 3531

Apr-08 2305 Agust-09 2342 Des-10 3704

Mei-08 2444 Sept-09 2468 Jan-11 3409

Jun-08 2349 Okt-09 2368 Feb-11 3470

Jul-08 2305 Nop-09 2416 Mar-11 3679

Agust-08 2166 Des-09 2534 Apr-11 3820

Sept-08 1833 Jan-10 2611 Mei-11 3837

Okt-08 1257 Feb-10 2549 Jun-11 3889

Nop-08 1242 Mar-10 2777 Jul-11 4131

Des-08 1355 Apr-10 2971 Agust-11 3842

Jan-09 1333 Mei-10 2797 Sept-11 3549

Feb-09 1285 Jun-10 2914 Okt-11 3791

Mar-09 1407 Jul-10 3069 Nop-11 3715

Apr-09 1723 Agust-10 3082 Des-11 3822

Sumber : BI Kantor Cabang Medan, data diolah 2011.

Namun IHSG terus mengalami peningkatan hingga menembus level 4131 point pada bulan Juli 2011. Dengan begitu Indonesia bisa berhasil menarik minat investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia, walaupun masih belum secara nyata memberikan dampak terhadap kegiatan investasi.

Adapun trend pergerakan IHSG selama kurun waktu penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:


(51)

Gambar 4.3

Perkembangan IHSGTahun 2008-2011

4.4Analisis Hasil Penelitian 4.4.1 Uji Deskriptif

Analisa statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Hasil analisis dengan statistik deskriptif dari sampel disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

48 6,35 10,75 7,5025 1,23529

48 1242 4131 2735,21 836,656

48 2,41 12,14 6,4271 2,88174

48 deposit

ihs g inflasi

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


(52)

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48, yang dapat dilihat dari nilai N. Berikut akan dijelaskan deskriptif statistik yang telah diolah :

a. Variabel independentt yaitu Deposito, memiliki nilai minimum 6,35 dan maksimum 10,75 itu berarti bahwa pada tahun 2008-2011 nilai deposito paling rendah 6,35 dan paling tinggi adalah 10,75 dengan standar deviasi 1,23529 dan jumlah sampel (N) adalah 48.

b. Variabel independentt yaitu Inflasi, memiliki nilai minimum 2,41 dan maksimum 12,14 itu berarti bahwa pada tahun 2008-2011 nilai deposito paling rendah 2,41 dan paling tinggi adalah 12,14 dengan standar deviasi 2,88174 dan jumlah sampel (N) adalah 48.

c. Variabel independentt yaitu IHSG, memiliki nilai minimum 1242 dan maksimum 4131 itu berarti bahwa pada tahun 2008-2011 nilai IHSG paling rendah adalah 1242 dan paling tinggi adalah 4131 dengan standar deviasi adalah 836,656.

4.4.2 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mendeteksi apakah residual terdisribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik yang terdiri dari histogram dan Normal Probanility Plot. Hasil analisis dengan uji normalitas dari sampel Deposito dari tahun 2008 - 2011 disajikan dalam gambar sebagai berikut :


(53)

11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 deposit 25 20 15 10 5 0 Frequency

Mean = 7.5025 Std. Dev. = 1.2 N = 48

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xpect ed C um P rob

Transforms: natural log

Normal P-P Plot of deposit

Gambar 4.4 Grafik Histogram

Sumber: Data diolah oleh peneliti (2013)

Pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa distribusi residual yang tidak normal, hal ini ditunjukkan oleh grafik histogram yang terlalu menurun dengan landai kea rah kiri, sedangkan kea rah kanan tidak demikian.

Gambar 4.5 Grafik Normal Plot


(54)

Pada gambar 4.5 menunjukkan grafik normal-plot memperlihatkan titik-titik yang tidak menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya tidak mendekati garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi tidak terdistribusi secara normal.

Tabel 4.5

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

deposit

N 48

Normal Parameters(a,b) Mean 7,5025

Std. Deviation 1,23529

Most Extreme Differences

Absolute ,268

Positive ,268

Negative -,175

Kolmogorov-Smirnov Z 1,857

Asymp. Sig. (2-tailed) ,014

a Test distribution is Uniform. b Calculated from data.

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2013)

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai kolmogorov smirnov memiliki nilai signifikansinya 0,014 yang berarti signifikansinya > 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal.

Data tidak terdistribusi normal disebabkan sampel yang digunakan terdiri dari beberapa kelompok dari tahun yang berbeda sehingga data mempunyai fluktasi data yang tidak stabil sehingga menyebabkan banyak angka yang bias.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi data yang tidak normal diantaranya :

• Lakukan Transformasi data kebentuk lainnya


(55)

• Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data outlier kesuatu nilai tertentu

Untuk melengkapi dan meyakinkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi normal dilakukan uji statistik dengan melihat nilai Kolmogorov Smnornov, yang hasilnya ditunjukkan pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Setelah Logaritma natural (Ln)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

deposit

N 48

Uniform Parameters(a,b)

Minimum 6,35

Maximum 10,75

Most Extreme Differences

Absolute ,476

Positive ,476

Negative -,021

Kolmogorov-Smirnov Z 3,296

Asymp. Sig. (2-tailed) ,0381

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2013)

Pada tabel 4.6 menunjukkan nilai signifikansinya 0.381 yang berarti data residula terdistribusi normal karena nilai signifikansinya sebesar 0,381>0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. 4.4.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Untuk menguji adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot yang disajikan pada gambar berikut:


(56)

10.00 9.00

8.00 7.00

6.00

deposit 14.00

12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

inf

lasi

Gambar 4.6

Grafik Plot Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data diolah oleh peneliti (2013)

Uji Heteroskedastisitas ini juga dilakukan dengan menggunakan uji glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independent. Dalam pengambilan keputusan dapat dilihat dari koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya diatas 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya di bawah 0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi heterokedastisitas. Berikut hasil pengujian heterokedasitas pada Tabel 4.7 sebagai berikut:


(57)

Tabel 4.7 Hasil Uji Glejser

Coeffi cientsa

88.807 12.968 6.848 .021

-.003 .001 -.943 -3. 990 .057

(Const ant) ihs g Model 1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardiz ed

Coeffic ients

t Sig.

Dependent Variable: deposito a.

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2013)

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai probabilitas signifikansinya di atas 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastistas. Dari grafik scatterplot dan uji Glejser menunjukkan bahwa model regresi dinyatakan bebas dari gejala heteroskedastisitas.

4.4.4 Uji Autokorelasi

Dalam uji autokorelasi ini kita dapat menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan-kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien-koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin Watson (DW). Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan pengujian DW ditunjukkan pada tabel berikut:


(58)

Tabel 4.8 Hasil Autokorelasi Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .943(a) .888 .833 6.63238 2.751

a Predictors: (Constant), ihsg b Dependent Variabel: deposito

Sumber : Data diolah oleh peneliti (2013)

Berdasarkan hasil analisis transformasi regresi diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2.751. Nilai ini akan dibandingkan dengan tabel Durbin Watson dengan menggunakan signifikasi 5% jumlah pengamatan (N)4, dan jumlah variabel independent sebanyak 1 (k=1). Maka berdasarkan tabel durbin Watson didapat nilai batas atas (du) sebesar 1.571 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1.780. Oleh karena itu nilai DW lebih besar dari 1,780 dan nilai DW lebih kecil dari 1.780 atau dapat dinyatakan bahwa 1,780<2.751<2.751(du < DW< 4-du). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif.

4.4.5 Uji Stationeritas

Uji stasioneritas ini digunakan untuk mengetahui apakah data time series Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan IHSG di Indonesia stasioner atau tidak. Pengujian ini dilakukan untuk menghindari diperolehnya hasil regresi lancung yang kurang valid.Dengan menggunakan uji akar unit (Unit Root Test), yang merupakan bagian dari uji stasioneritas, digunakan metode ADF (Augmented Dickey-Fuller).


(59)

Adapun hasil uji akar unit ADF ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.9

Hasil Augmented Dickey-Fuller (ADF) Unit Root Tests

Variabel

Uji akar unit Nilai Statistik

ADF

Nilai Kritis

MacKinnon Derajat Integrasi

Deposito -7.009883* -3.588509 I(2)

Inflasi -3.823324* -3.596616 I(0)

IHSG -5.604111* -3.581152 I(1)

Keterangan : * signifikan pada α = 1 % Sumber : Data diolah oleh peneliti (2013)

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel Suku Bunga Deposito stasioner pada tingkat second difference atau derajat integrasi I(2) karena nilai statistik ADF secara absolut lebih besar dibandingkan nilai kritis MacKinnon (-7.009883>-3.588509) pada tingkat signifikansi 1%. Variabel Inflasi yang stasioner pada tingkat dengan nilai statistik ADF yang secara absolut lebih besar dibandingkan nilai kritis MacKinnon (-3.823324 >-3.596616) pada tingkat signifikansi 1%.Begitu juga dengan variabel IHSG yang telah stasioner pada tingkat first difference dengan nilai statistik ADF yang secara absolut lebih besar dibandingkan nilai kritis MacKinnon (-5.604111 >-3.581152) pada tingkat signifikansi 1%.

4.4.6 Hasil Uji Kausalitas

Proses interaksi dinamis dari variabel output serta variabel-variabel lainnya yang dikarakteristikkan oleh feedback antaraSuku Bunga Deposito, Inflasi dan IHSG, diperlihatkan melalui uji kausalitas Granger. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probability yang harus signifikan pada α = 1-5 %.


(60)

Tabel 4.10

Hasil Uji Kausalitas Granger

Null Hypothesis Obs F-statistik Probability INFLASI does not Granger Cause

DEPOSITO

44 4.04404 0.01391** DEPOSITO does not Granger Cause

INFLASI

2.61484 0.06556** IHSG does not Granger Cause

DEPOSITO

44 1.54838 0.21827** DEPOSITO does not Granger Cause

IHSG

3.85587 0.01696** IHSG does not Granger Cause INFLASI 45 0.57762 0.63327** INFLASI does not Granger Cause IHSG 3.51747 0.02408**

Keterangan : * signifikan pada α = 1%

**signifikan pada α = 5% Sumber : Data diolah oleh peneliti (2013)

Tabel diatas menunjukkan adanya hubungan satu arah antara Inflasi dan Suku Bunga Deposito.Hal ini dilihat dari nilai F-statistik (4.04404) yang lebih besar dari nilai F-tabel (4,00) maka variabel Inflasi mempengaruhi Suku Bunga Deposito pada tingkat signifikansi 5%. Sebaliknya, variabel suku bunga depososito tidak mempengaruhi variabel kurs, berdasarkan nilai F-statistik (2.61484) yang lebih kecil dari nilai F-tabel (4.00) pada tingkat signifikansi 5%.

Tidak terdapat hubungan satu arah maupun dua arah antara IHSG dan Suku Bunga Deposito.Hal ini dilihat dari nilai F-statistik (1.54838) yang kecil dari nilai F-tabel (4,00) maka variabel IHSG tidak mempengaruhi Suku Bunga Deposito pada tingkat signifikansi 5%. Begitu juga dengan variabel suku bunga depososito tidak mempengaruhi variabel IHSG, berdasarkan nilai F-statistik (3.85587) yang lebih kecil dari nilai F-tabel (4.00) pada tingkat signifikansi 5%.

Tidak terdapat hubungan satu arah maupun dua arah antara IHSG dan Inflasi.Hal ini dilihat dari nilai F-statistik (0.57762) yang kecil dari nilai F-tabel


(61)

(4,00) maka variabel IHSG tidak mempengaruhi Suku Bunga Deposito pada tingkat signifikansi 5%. Begitu juga dengan variabel suku bunga deposito tidak mempengaruhi variabel IHSG, berdasarkan nilai F-statistik (3.51747) yang lebih kecil dari nilai F-tabel (4.00) pada tingkat signifikansi 5%.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS sebelumnya menunjukkan bahwa, adanya hubungan searah antara Suku Bunga Deposito, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan keterkaitan setiap data dalam pengolahan SPSS.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Suramaya Suci Kewal (2008), yang menyatakan bahwa hanya nilai kurs yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG sedangkan tingkat Inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan R. Adisetiawan (2012) yang menyatakan bahwa terjadi hubungan yang sangat erat antara variabel Inflasi dan BI rate terhadap IHSG, dan terbukti dengan besarnya nilai korelasi (R) sebesar 72,6%.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dengan menggunakan Uji Kausalitas Granger dan Uji Kointegrasi Johansen, antara variabel IHSG dan nilai tukar mata uang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil dari uji stasioneritas menunjukkan bahwa Suku Bunga Deposito stasioner pada tingkat second difference, Inflasi yang stasioner pada tingkat dan begitu juga dengan IHSG yang telah stasioner pada tingkat first difference.

2. Hasil dari uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas satu arah antara Inflasi dan suku bunga depostito, dan tidak terdapat hubungan satu arah maupun dua arah antara Suku Bunga Deposito dengan IHSG dan antara IHSG dengan Inflasi.

5.2Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki antara lain sebagai berikut :

1. Referensi yang dimiliki penulis belum begitu lengkap untuk menunjang proses penelitian, sehingga terdapat banyak kekurangan dalam mendukung teori dan latar belakang masalah.

2. Jumlah sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini hanya menganalisis beberapa perbankan yang terdaftar di BEI.


(63)

5.3 Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas, maka disarankan kepada para pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:

1. Sebaiknya pasar modal perlu dikembangkan lagi agar mempermudah investor dalam negeri bermain saham.

2. Membatasi kepemilikan saham-saham oleh investor asing dan menjaga aliran dana jangka pendek (hot money) agar tidak berdampak buruk pada kegiatan perekonomian Indonesia.

3. Menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah agar selalu berada pada keseimbangan sehingga tidak merugikan eksportir maupun importir di Indonesia.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Adisetiawan, R. 2012. Kausalitas BI Rate, Inflasi, dan Indeks Harga Saham, Tesis :FE Univ.Batanghari.

Adiyoga, Witono. 2001. Hubungan Kausal Antara Harga Sayuran di Tingkat Produsen dan Konsumen, Jurnal Hortikultura. (Online), Volume 11, Nomor (4); 281-291, (http://www.scribd.com, diakses 16 September 2009).

Alwi, Iskandar. Z. 2003. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah.

Baharom, A.H, dkk. 2008. Causation Analysis Between Stock Price and Exchange rate: Pre and Post Crisis Study on Malaysia, Journal MPRA No.11925. (Online), (http://mpra.ub.uni-muenchen.de, diakses 16 Oktober 2012) Boediono, 1985. Teori Moneter, BPFE, Yogyakarta.

Kasmir, 2009.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi 2008, Rajawali Pers, Jakarta.

Lubis, Ade Fatma. 2008. Pasar Modal, Jakarta: LPFE UI. Nopirin, 1984.Ekonomi Moneter, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta.

Ooi, Ai-Yee,dkk. 2009. Causality between Exchange Rates and Stock Prices: Evidence from Malaysia and Thailand, International Journal of Business and Management.(Online), Volume 4 No.3 March 2009, (http://www.ccsenet.org/journal/, diakses Oktober 2012).

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Mempelajari Ekonometrika dengan Eviews, Medan: USU Press.

Sulistyandari. 2008. Analisis Kausalitas Antara Nilai Tukar Mata Uang dan Indeks Harga Saham di Pasar Modal Indonesia, Tesis. Yogyakarta: FEB UGM

Sutrisno, Hadi.2004. Statistik 1(Statistika Deskriptif), Jakarta : Bumi Aksara.


(65)

LAMPIRAN 1

Januari 2008-Desember 2011 DATA VARIABEL PENELITIAN

Tahun Bulan ORI

(Rupiah) Deposito (%) BI Rate (%) Inflasi (%) IHSG (Poin) 2008

Jan 18.885 7.07 8.00 7.36 2627

Feb 18.885 6.95 8.00 7.40 2722

Mar 32.340 6.88 8.00 8.17 2447

Apr 32.070 6.86 8.00 8.96 2305

Mei 32.070 6.98 8.25 10.38 2444

Jun 32.070 7.19 8.50 11.03 2349

Jul 31.984 7.51 8.75 11.90 2305

Agust 31.984 8.04 9.00 11.85 2166

Sept 34.699 9.26 9.25 12.14 1833

Okt 34.699 10.14 9.50 11.77 1257

Nop 34.633 10.40 9.50 11.68 1242

Des 34.633 10.75 9.25 11.06 1355

2009

Jan 34.633 10.52 8.75 9.17 1333

Feb 34.633 9.89 8.25 8.60 1285

Mar 34.633 9.42 7.75 7.92 1407

Apr 34.633 9.04 7.50 7.31 1723

Mei 34.583 8.77 7.25 6.04 1917

Jun 34.569 8.52 7.00 3.65 2027

Jul 34.569 8.31 6.75 2.71 2323

Agust 40.149 7.94 6.50 2.75 2342

Sept 40.149 7.43 6.50 2.83 2468

Okt 40.149 7.38 6.50 2.57 2368

Nop 40.149 7.16 6.50 2.41 2416

Des 40.149 6.87 6.50 2.78 2534

2010

Jan 40.149 6.44 6.50 3.72 2611

Feb 40.149 6.42 6.50 3.81 2549

Mar 33.956 6.45 6.50 3.43 2777

Apr 33.407 6.75 6.50 3.91 2971

Mei 33.407 6.67 6.50 4.16 2797

Jun 33.407 6.71 6.50 5.05 2914

Jul 33.407 6.62 6.50 6.22 3069


(66)

Tahun Bulan ORI (Rupiah)

Deposito (%)

BI Rate (%)

Inflasi (%)

IHSG (Poin)

Sept 41.097 6.72 6.50 5.80 3501

Okt 41.097 6.81 6.50 5.67 3635

Nop 41.047 6.78 6.50 6.33 3531

Des 40.672 6.83 6.50 6.96 3704

2011

Jan 40.517 6.72 6.50 7.02 3409

Feb 40.378 6.72 6.75 6.84 3470

Mar 40.378 6.83 6.75 6.65 3679

Apr 40.378 6.80 6.75 6.16 3820

Mei 40.378 6.85 6.75 5.98 3837

Jun 40.368 6.82 6.75 5.54 3889

Jul 40.368 6.86 6.75 4.61 4131

Agust 40.368 6.80 6.75 4.79 3842

Sept 31.616 6.83 6.75 4.61 3549

Okt 42.616 6.75 6.50 4.42 3791

Nop 42.616 6.56 6.00 4.15 3715


(67)

LAMPIRAN 2

HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF

De scri ptive Statistics

48 2008 2011 2009,50 1,130

48 6,35 10,75 7,5025 1,23529

48 1242 4131 2735,21 836,656

48 2,41 12,14 6,4271 2,88174

48 tahun

deposit ihs g inflasi

Valid N (lis twis e)


(68)

11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 deposit 25 20 15 10 5 0 Frequency

Mean = 7.5025 Std. Dev. = 1.2 N = 48

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xpect ed C um P rob

Transforms: natural log Normal P-P Plot of deposit

LAMPIRAN 3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Logaritma Natural


(69)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

deposit

N 48

Uniform Parameters(a,b)

Minimum 6,35

Maximum 10,75

Most Extreme Differences

Absolute ,476

Positive ,476

Negative -,021

Kolmogorov-Smirnov Z 3,296

Asymp. Sig. (2-tailed) ,0381

a Test distribution is Uniform. b Calculated from data.


(70)

LAMPIRAN 4 Hasil Uji Normalitas Setelah Logaritma Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

deposit

N 48

Uniform Parameters(a,b)

Minimum 6,35

Maximum 10,75

Most Extreme Differences

Absolute ,476

Positive ,476

Negative -,021

Kolmogorov-Smirnov Z 3,296

Asymp. Sig. (2-tailed) ,0381

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(71)

LAMPIRAN 5 Hasil Uji Heterokedastisitas

10.00 9.00

8.00 7.00

6.00

deposit

14.00

12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

inf


(72)

LAMPIRAN 6 Hasil Uji Gleser

Coeffi cientsa

88.807 12.968 6.848 .021

-.003 .001 -.943 -3. 990 .057

(Const ant) ihs g Model 1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardiz ed

Coeffic ients

t Sig.

Dependent Variable: deposito a.


(73)

LAMPIRAN 7 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .943(a) .888 .833 6.63238 2.751

a Predictors: (Constant), ihsg b Dependent Variabel: deposito


(1)

11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 deposit 25 20 15 10 5 0 Frequency

Mean = 7.5025 Std. Dev. = 1.2 N = 48

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xpect ed C um P rob

Transforms: natural log

Normal P-P Plot of deposit

LAMPIRAN 3

Hasil Uji Normalitas Sebelum Logaritma Natural


(2)

deposit

N 48

Uniform Parameters(a,b)

Minimum 6,35

Maximum 10,75

Most Extreme Differences

Absolute ,476

Positive ,476

Negative -,021

Kolmogorov-Smirnov Z 3,296

Asymp. Sig. (2-tailed) ,0381

a Test distribution is Uniform. b Calculated from data.


(3)

LAMPIRAN 4

Hasil Uji Normalitas Setelah Logaritma Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

deposit

N 48

Uniform Parameters(a,b)

Minimum 6,35

Maximum 10,75

Most Extreme Differences

Absolute ,476

Positive ,476

Negative -,021

Kolmogorov-Smirnov Z 3,296

Asymp. Sig. (2-tailed) ,0381

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(4)

Hasil Uji Heterokedastisitas

10.00 9.00

8.00 7.00

6.00

deposit

14.00

12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

inf


(5)

LAMPIRAN 6

Hasil Uji Gleser

Coeffi cientsa

88.807 12.968 6.848 .021

-.003 .001 -.943 -3. 990 .057

(Const ant) ihs g Model 1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardiz ed

Coeffic ients

t Sig.

Dependent Variable: deposito a.


(6)

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .943(a) .888 .833 6.63238 2.751

a Predictors: (Constant), ihsg b Dependent Variabel: deposito