Selain itu juga mulai tahun 2013 bekerjasama dengan Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Pasundan Unpas dalam hal mengidentifikasi
kandungan metabolit sekunder buah salak dan penanganan pascapanen dan pengolahan salak.
II. Pendahuluan
RASIONALISASI; Salak sudah dibudidayakan di Kabupaten
Tasikmalaya semenjak tahun 1922 mulai di Desa Pasirbatang, Kecamatan Manonjaya, dan kini telah menyebar ke seluruh Tasikmalaya dengan sentra
produksi Kecamatan Manonjaya, Cineam, Karangjaya, dan Gunungtanjung, dengan areal tanam sekitar 9.025 hektar, setara kurang lebih 36.000 KK
petani yang terlibat.
Sebagian besar pada lahan tersebut tumbuh tanaman salak lokal bagaikan hutan salak yang tidak terpelihara, karena harga jual
buah salak lokal yang rendah Rp 500-Rp 600 per kg. Rendahnya harga salak ini disebabkan karena kualitas salak Manonjaya lebih rendah
dibanding salak pendatang seperti Pondoh dan Nglumut. Kualitas buah yang rendah ini terjadi karena, bercampurnya berbagai salak lokal yang
didominasi salak yang berkualitas jelek; hal ini disebabkan karena salak lokal Manonjaya bibitnya berasal dari biji, bukan dari cangkokan, sehingga
kualitas buahnya tidak seragam dan jelek Nursuhud dkk., 2007
Di Kabupaten Tasikmalaya, salak merupakan salah satu komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif serta potensi pasar
yang tinggi. Salak tumbuh dengan kanopi yang rapat, berakar serabut sehingga dapat memegang tanah dan air, tanah tertutup tanaman salak
dari terpaan air hujan, sehingga dapat mencegah terjadinya erosi. Salak tidak memerlukan lahan khusus, sehingga dapat meningkatkan potensi
sumberdaya alam secara optimal dan efisien. Selain itu, salak sudah menjadi satu kesatuan budaya dan bagian dari kehidupan masyarakat
Kabupaten Tasikmalaya, maka pelestarian budidaya tanaman salak akan melestarikan kearifan-kearifan lokal yang terkandung di dalamnya
Nursuhud dkk., 2007.
Adanya kemajuan dalam budidaya tanaman salak akan memacu kegiatan hilir lainnya seperti pascapanen dan pengolahan hasil komoditas
salak. Selain itu lahan yang tersusun rapi dan manajemen yang baik, serta adanya buah tangan, akan mengundang para pelancong untuk berkunjung
ke kebun-kebun salak, sehingga akan meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata Nursuhud dkk., 2007.
108
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya mempunyai komitmen kuat untuk mempertahankan salak sebagai komoditi unggulan, dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan petani buah dan mendukung ekspor buah nasional. Untuk itu, Pemkab Tasikmalaya melakukan program jangka
panjang yang berkesinambungan dalam pengembangan tanaman salak. Program ini membutuhkan dukungan berupa ketersediaan kultivar salak
unggul dan bibit salak yang bermutu yang beradaptasi dengan agroklimat Tasikmalaya Heryati dkk., 2007. Dalam kerangka inilah, peran keilmuan
multidisiplin diperlukan.
BENCHMARKING; Pada awalnya, berdasarkan hasil pengamatan dan
penilaian oleh Tim Peneliti dari Pusat Kajian Buah-buahan Tropika PKBT IPB dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya, telah ditetap-
kan Pohon Induk Tunggal PIT calon varietas Salak Tasik adalah pohon salak milik Bapak Entis, berumur 7 tahun, yang berlokasi di RT 5 RW 1, Desa Pasir-
batang, Kecamatan Manonjaya Heryati dkk., 2007. Kultivar unggul Salak Tasik tersebut telah dilepas oleh Departemen Pertanian pada tanggal 5 No-
vember 2007 di Bogor, dan hasilnya telah diuji secara organoleptik oleh Tim Peneliti dari Lemlit Unpad pada tanggal 7 Desember 2007 Nursuhud dkk.,
2007. Berikutnya, Tim Peneliti dari Lembaga Penelitian Unpad tersebut pada
tahun yang sama 2007 telah menemukan dua calon kultivar unggul salak baru milik Bapak Gumilar, yang telah tumbuh lebih dari setengah abad. Kul-
tivar ini ada dalam satu rumpun dengan jumlah 20 tanaman, terdiri dari 18 pohon warna kulit buahnya hitam BSM1 dan 2 pohon warna kulit buahnya
coklat-kuning BSM2; dan berada di Kampung Cibeureum, Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Tasikmalaya.
Buah salak tersebut telah diuji secara organoleptik pada tanggal 4 Ja- nuari 2008 di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian Unpad. Hasilnya
sungguh menakjubkan bahwa salak ini selain rasanya manis seperti madu dan tidak mengandung sepet, juga bijinya kecil-kecil dan keriput serta da-
ging buahnya tebal, sehingga prosentase bagian buah yang dapat dimakan lebih banyak. Berdasarkan keunggulan ini, kemungkinan kandidat salak ung-
gul lokal Tasikmalaya ini akan dapat mengalahkan kultivar salak yang ada di pasaran seperti Pondoh, Nglumut, bahkan kultivar Salak Tasik sendiri yang
baru dilepas oleh Departemen Pertanian.
109
ORIENTASI; Tujuan jangka pendek cluster penelitian ini adalah mem-
peroleh karakter morfologi dan molekuler salak unggul baru Tasikmalaya di-
banding Salak Lokal Tasikmalaya, Pondoh dan Nglumut untuk digunakan se- bagai lampiran dalam perlindungan varietas atau paten HKI.
Adapun tujuan jangka panjangnya adalah meningkatkan produktivitas tanaman salak, baik dalam kualitas, kontinuitas, maupun jumlah, melalui
perbaikan teknologi budidaya sehingga bermanfaat bagi masyarakat Tasik- malaya untuk merehabilitasi lahan hutan salak seluas 9.025 Ha menjadi ke-
bun salak produktif. Dengan demikian, hasil penelitian ini juga dapat me- ningkatkan pendapatan para petani salak Tasikmalaya khususnya dan Indo-
nesia umumnya karena produknya mampu berkompetisi, baik di pasar lokal, regional, nasional maupun internasional.
III. Studi Literatur