Indikator : Tujuan pembelajaran : PENUTUP
MATERI RPP PERTEMUAN KE-1 1. Pengertian cerpen
Menurut Sayuti 2000: 8, sebuah cerpen bukanlah sebuah novel yang dipendekkan dan juga bukan bagian dari novel yang belum ditulis. Cerpen
merupakan suatu karya fiksi yang bisa dibaca sekali duduk. Dalam sebuah cerpen ceritanya membangkitkan efek tertentu pada diri pembaca. Cerpen
biasanya memiliki alur tunggal yang langsung pada peristiwa dan menekankan pada tokoh utamanya saja.
2. Jenis cerpen Sumardjo 2007: 203 juga mengemukakan ada tiga jenis cerpen, yakni
a. Cerita pendek yang pendek di Indonesia terdiri dari satu halaman atau setengah halaman.
b. Cerita pendek 4-15 halaman folio c. Cerita pendek panjang 20-30 halaman.
Ini bukan sesuatu ukuran yang mutlak. Semua jumlah halaman dan kepanjangan hanyalah sekedar ukuran, yang penting bahwa cerpen
membatasi diri pada satu efek saja. Di samping itu, Sayuti 2000: 10 menyatakan bahwa cerpen menunjukkan
kualitas yang
bersifat compression
pemadatan, concentration
pemusatan, dan intensity pendalaman, yang semuanya berkaitan dengan panjang cerita dan kualitas structural yang disiyaratkan oleh panjang cerita
itu.
3. Unsur-unsur pembangun cerpen a. Alur
Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kasualitas. Secara garis besar alur dibagi dalam tiga bagian, yaitu
bagian awal, tengah, dan akhir Sayuti via Wiyatmi, 2006: 36. Menurut Staton via Nurgiyantoro, 2009: 113, plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Selanjutnya,
Sayuti via Wiyatmi, 2006: 37 mengemukakan bahwa plot memiliki sejumlah kaidah, yaitu plausibilitas kemasukakalan, surpriseI kejutan, suspense, unity
keutuhan. Rangkaian peristiwa disusun secara masuk akal, meskipun masuk akal disini tetap dalam kerangka fiksi. Suatu cerita dikatakan masuk akal apabila
cerita itu memiliki kebenaran, yakni benar bagi diri cerita itu sendiri.” 1 Tokoh
Unsur yang terdapat dalam cerpen berikutnya yaitu tokoh. Tokoh adalah elemen struktural fiksi yang melahirkan peristiwa Sayuti, 2000: 73. Dapat pula
tokoh diartikan sebagai para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan
gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata Wiyatmi, 2006: 30. Senada dengan pendapat tersebut,
Nurgiyantoro 2009: 165 mengemukakan bahwa “Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita”.
Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi
seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan