23
2. Analisis Bahasa: Metafungsi
Systemic Fungtional Linguistic SFL merupakan salah satu aliran kajian bahasa fungsional yang mengkaji makna suatu teks. Dalam Tomasowa 1994:
36, dikatakan SFL bersifat fungsional dalam intrepretasinya tentang teks, sistem dan unsur dari struktur linguistik yang senantiasa dibandingkan dengan
penggunaan bahasa yang sebenarnya. Yang mendasari teori ini bersifat fungsional karena dalam memahami makna, teks tidak dipandang sebagai
bagian-bagian yang terpisah tetapi dipandang keseluruhan secara bersama dengan beberapa sudut pandang yang berbeda Halliday dan Hasan, 1994: 32.
Dalam pendekatan ini, unit terkecil dalam analisis bahasa adalah klausa dikarenakan setiap pemikiran seseorang diwujudkan dalam sebuah klausa.
Ketika ide-ide yang disampaikan seseorang itu kompleks, maka akan dihasilkan klausa kompleks. Teori yang dipelopori oleh M.A.K Halliday ini, memandang
bahasa sebagai suatu pilihan makna yang meliputi metafungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual, yang masing-masing diungkapkan melalui transitif,
modus, dan struktur tema-rema dalam sebuah klausa Tomasowa, 1994: 35. Realisasi textual meaning dapat dihubungkan dengan mode dari teks
dan direalisasikan melalui pola theme dalam tatabahasa. Komponen interpersonal meaning dapat dihubungkan dengan tenor dalam teks dan
terealisasi melalui pola mood dalam tatabahasa. Komponen ideasional dapat dihubungkan dengan field dalam teks, hal ini terealisasi melalui pola transitivitas
dan klausa kompleks dalam tatabahasa Halliday dalam Eggins, 2004: 111. Metafungsi ideasional diwujudkan dalam representasi pengalaman
penulis yang terealisasi melalui pola transitivitas dan klausa kompleks. Fungsi
24
klausa yang mengungkapkan aspek pengalaman dari makna disebut sebagai sistem transitif. Transitivitas direalisasikan dalam bentuk hubungan paradigmatik
dan sintagmatik dalam suatu klausa Tomasowa, 1994: 38. Wiedarti 2005: 227 menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh SFL lebih
bersifat deskripsi, retoris, aktual, dan fungsional yang menekankan pada analisis teks daripada kalimat.
SFL bersifat deskriptif, pendekatannya lebih ke arah linguistik terapan daripada linguistik murni, lebih bersifat retoris daripada logis,
bersifat aktual daripada ideal, bersifat fungsional daripada formal, menekankan pada teks daripada kalimat, menekankan analisis teks
sebagai tindakan, dan teori bahasa diartikan sebagai alat untuk menyelesaikan sesuatu hal Wiedarti, 2005: 227.
3. Metafungsi Ideasional
Komponen ideasional terbagi lagi atas dua kelompok, yaitu makna eksperiensial dan makna logikal. Makna eksperensial memandang klausa
sebagai representasi penggambaran dari pengalaman yang dimiliki oleh individu dalam kelompok masyarakat. Ada satu sistem utama yang terlibat dalam
pemaknaan ini yaitu sistem transitivitas. Analisis transitivitas sebuah klausa berkaitan dengan tiga aspek, yaitu proses, partisipan, dan circumstance. Proses
direalisasikan dalam kelompok verbal dari klausa, partisipan direalisasikan dalam kelompok nominal, dan circumstance diekspresikan melalui kelompok adverbial
kata keterangan atau frasa preposisi. Sistem transitivitas ini dibedakan atas enam tipe proses yaitu proses material, mental, verbal, behavioural, eksistensial
dan relasional Eggins, 2004: 213-214. Halliday dalam Tomasowa, 1994: 42 menyarankan agar tiap bahasa
harus diinterpretasikan sebagaimana bahasa itu ada. Bahasa tersebut dianalisis
25
berdasarkan bukti-bukti alamiah yang ada pada bahasa tersebut. Oleh karena itu, Tomasowa berpendapat bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat klausa
mayor yang merealisasikan proses 1 material, 2 mental, 3 verbal, 4 relasional, 5 dan eksistensial. Berikut Gambar 3 yang menampilkan sistem
transitivitas.
Clause
Process
Circumstance Material
Mental Verbal
Relational Eksistential
Actor Goal
Senser Phenomenon
Sayer Receiver
Verbiage Identifying
Atrributive Possessive
Eksistent Token
Value Carrier
Attribute Possessor
Possessed
Time Location
Manner Cause
Accompaniment Matter
Role
Gambar 3. Sistem Transitivitas
a. Material
Eggins 2004: 215 menyatakan bahwa proses „melakukan” disebut sebagai proses material. Pada dasarnya proses material adalah wujud dari
melakukan sesuatu. Jadi, proses material adalah proses melakukan atau proses tindakan. Dua partisipan yang sering muncul adalah actor dan goal. Actor
merupakan unsur klausa yang melakukan perbuatan atau tindakan. Goal merujuk pada bagian teks yang menyatakan tujuan atau peruntukkan dari apa yang
dibicarakan. Berikut contoh proses material.
Saat saya
menanyakan hal operasional
pada sebuah tim conjunction
actor
Pr: material
Goal circumstance