Masalahisu-isu dalam Konteks Pengasuhan Anak

38 Penelitian Kebijakan Kesejahteraan, Pengasuhan Dan Perlindungan Anak umum bersama dengan para warga yang mengintrak rumah. Frekuensi makan makanan pokok dan lauk pauk berprotein tinggi, melihat penghasilan keluarga masih dirasakan kurang belum mencukupi. Hal ini terungkap dari pernyataan informan: Anak juga mandi sendiri bahkan sudah bisa memandikan adiknya yang berusia 3,5 tahun, karena kesibukan orangtua mencari nakah, mereka tidak sempat merawat anaknya. Bila sakit orangtua hanya memberi obat yang ada di warung, tidak sanggup untuk membawa ke Puskesmas atau dokter. Gambaran ini dapat dilihat dari hasil wawancara berikut: Data di atas menunjukkan, bahwa keterlantaran Balita tersebut disebabkan kedua orangtua bekerja di pasar dari pagi sampai siang, tidak sempat merawat anak, makanan apa adanya sesuai perolehan pendapatan. Keluarga ini juga belum mengakses pelayanan kesehatan karena faktor kependudukan. Kondisi seperti ini dialami “..... anak makan 3 kali sehari dengan menu makan nasi, sayur, kadang-kadang pakai daging, atau ikan sekali-sekali ada buah. Saya menyiapkan makanan, kadang-kadang mendampingi, sering membiarkan kedua anak makan sendiri karena kedua orang tua bekerja di pasar induk, berangkat pagi-pagi. Sedangkan anak kadang- kadang tidak mau diajak ke pasar, sehingga anak harus mengambil sendiri makanannya, dan mengambilkan makan untuk adiknya”. “..... anak saya terlepas dari bersih atau belum bersih dan mengambil baju sendiri yang sudah disiapkan di lemari. Saya hanya menyiapkan peralatan mandi dan mengawasi. Ketika anak sakit saya memberi obat yang dibeli dari warung dan langsung sembuh. Sampai saat ini saya belum pernah membawa anak berobat ke dokter ketika anak sakit, karena tidak mau membiasakan anak berobat ke dokter, karena takut ketagihan obat dokter dan mahal. Saya tidak punya kartu KJS karena saya bukan penduduk DKI dan sampai saat ini saya belum pernah membrikan vitamin kepada anak”. 39 Penelitian Kebijakan Kesejahteraan, Pengasuhan Dan Perlindungan Anak oleh beberapa keluarga yang mengakses Taman Anak Sejahtera PKS ABT. Selanjutnya pada anak terlantar usia 6-17 tahun juga terjadi permasalahan pengasuhan oleh orangtua inti atau orangtua penggati. Keberadaan orangtua kandung sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak terutama perkembangan kepribadian dan perilakunya. Tetapi tidak semua anak beruntung diasuh oleh kedua orangtua mereka dalam masa tumbuh kembangnya. Keberadaan orangtua kandung anak terlantar pada tahun 2009, sebagian besar anak terlantar masih memiliki orangtua lengkap 97,72 persen, 1,16 persen adalah anak yatim, 0,62 persen piatu, dan 0,41 yatim piatu. Aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh anak terlantar adalah menonton televisi dan makan bersama. Menurut BPS dari jumlah anak terlantar 3,1 juta anak 5,36 persen, sebagian besar masih memiliki orangtua lengkap 97,72 persen. Anak terlantar banyak dikirim atau ditempatkan pada panti asuhan. Isu ini dipertegas lagi dengan banyaknya jumlah panti asuhan. “Diperkirakan terdapat 5.250 hingga 8.610 panti asuhan seluruh Indonesia. Walaupun orangtua mereka masih lengkap, karena faktor kemiskinan dan agar anak dapat terpenuhi kebutuhan dasar dan akses ke pendidikan mereka memasukkan anaknya ke panti asuhan”. Masalah pengasuhan yang dilakukan oleh LKSA, beberapa temuan inti dari penelitian Save the Children bekerjasama dengan Departemen Sosial RI dan Unicef adalah: a. Panti Sosial Asuhan Anak lebih berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan akses pendidikan kepada anak dari pada sebagai lembaga alternatif terakhir pengasuhan anak yang tidak dapat diasuh oleh orangtua atau keluarganya. b. Anak-anak yang tinggal di panti umumnya 90 persen masih memiliki kedua orangtua dan dikirim ke panti dengan alasan utama untuk melanjutkan pendidikan. 40 Penelitian Kebijakan Kesejahteraan, Pengasuhan Dan Perlindungan Anak c. Berdasarkan tujuan panti ke arah pendidikan, anak-anak harus tinggal lama di panti sampai lulus SLTA dan harus mengikuti pembinaan dari pada pengasuhan yang seharusnya mereka terima. d. Pengurus panti tidak memiliki pengetahuan memadai tentang situasi anak yang seharusnya diasuh di dalam panti, dan pengasuhan yang idealnya diterima anak. Data di atas menunjukkan sebagian besar orangtua anak terlantar masih ada, terutama ibu yang paling berperan dalam pengasuhan, namun karena faktor kemiskinan mereka sibuk bekerja di luar rumah baik di sektor pertanian, jasa maupun perdagangan. Keluarga miskin ini pada umumnya pendidikannya juga rendah. Sehubungan dengan itu kapasitanya dalam pengasuhan anak masih rendah. Untuk memperoleh akses pendidikan sebagian mereka menitipkan di panti sosial asuhan anak, baik milik masyarakat maupun pemerintah. Di panti sosial pun belum fokus pada peran pengasuhan secara ideal hanya dalam hal pemenuhan kebutuhan makan, tempat tinggal, akses pendidikan, dan kesehatan. Untuk kasih sayangnya masih terabaikan.

3. MasalahIsu-Isu Dalam Kontek Perlindungan Anak

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tentang Perlindungan Anak, diamanatkan salah satu hak anak adalah mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Terkait dengan perlindungan, secara umum semua anak membutuhkan perlindungan, baik dari orangtua, masyarakat, maupun pemerintah. Namun dalam beberapa situasi, anak membutuhkan perlindungan secara khusus. Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan 41 Penelitian Kebijakan Kesejahteraan, Pengasuhan Dan Perlindungan Anak hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi danatau seksual ngamen, ABH Panti anak yang diperdagangkan contoh ABH Panti, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya NAPZA, anak korban penculikan, penjualan, perdagangan anak, korban kekerasan baik isik danatau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran. Peningkatan perlindungan bagi anak merupakan salah satu prioritas pembangunan bidang sosial, salah satunya perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan anak yang memerlukan perlindungan khusus. Dalam proses tumbuh kembang anak menuju generasi muda yang berkualitas, banyak faktor yang dapat mempengaruhi, baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya, yang menyebabkan muncul permasalahan. Permasalahan yang dihadapi anak adalah merupakan pelanggaran hak anak yang dilakukan oleh orang lain, baik orang dewasa maupun teman sebaya, orang terdekat dengan anak maupun orang lain. Pelanggaran hak anak yang dilakukan oleh orang dekat anak orangtua, kerabat dan lain-lain pada umumnya terkait dengan kondisi rumah tangga atau keluarga yang juga sedang bermasalah. Seperti yang dikatakan bahwa terjadinya perdagangan anak dikarenakan keterpaksaan orangtua dan kekhawatiran yang sangat mendalam terhadap kondisi hidup mereka dalam membiayai keluarganya. Mereka menyetujui anaknya ditukarkan dengan harga uang, tidak sama sekali tahu menahu mau dikemanakan anak mereka itu, mau diapain nanti anak mereka dirawat oleh orang lain. Yang ada di pikiran mereka adalah ingin terhindar dari kesusahan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. http:www.kpai.go.id artikelmaraknya-perdagangan-anak-akibat-pemerintah-terjebak- masalah-korups. Kerapuhan ekonomi dan kehidupan yang serba kurang memberikan tekanan bagi keluarga, dan kemudian memunculkan rasa frustasi. Keadaan frustasi ini, dengan pemicu