2.1.2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya Van Horne 2005:205 Ukuran
rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur, yaitu: 1.
Rasio Lancar Current Ratio, adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek
hutang lancar. Aktiva lancar disini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Rumus Current Ratio:
2. Rasio Cepat Quick Ratio atau Acid Test Ratio, merupakan rasio antara
aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rumus Quick Ratio:
3. Cash Ratio Rasio Kas adalah rasio yang membandingkan antara kas dan
aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Rumus Cash Ratio:
Rasio lancar yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba, karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami
Universitas Sumatera Utara
pengangguran, dan demikian sebaliknya. Martono dan Harjito 2001: 135. Untuk ketiga alat ukur likuiditas yaitu modal kerja bersih, rasio lancar, dan rasio cepat
semakin tinggi nilainya maka likuiditas perusahaan semakin baik. Perlu diperhatikan kelebihan likuiditas akan mengurangi risiko ketidakmampuan
memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo, dan hal tersebut akan mengurangi laba.
2.1.3. Perputaran Modal Kerja
Modal kerja akan selalu berputar pada suatu sistem operasi korporasi. Periode perputaran modal kerja working capital turnover period dimulai saat kas
diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal
kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang. Dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran persediaan dan
perputaran piutang yang tinggi. Perputaran modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja netto, rendahnya tingkat perputaran
persediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga. Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja
dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan jumlah rupiah untuk tiap rupiah modal kerja. Jumingan, 2006: 133.
Menurut Martono dan Harjito 2001: 71, manajemen modal kerja merupakan manajemen dari elemen-elemen aktiva lancar dan elemen-elemen
hutang lancar. Kebijakan modal kerja menunjukkan keputusan-keputusan mendasar mengenai target masing-masing elemen unsur aktiva lancar dan
Universitas Sumatera Utara
bagaimana aktiva lancar tersebut dibelanjai. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja
yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang menyangkut
persoalan dasar perusahaan, yaitu tingkat investasi optimal dalam aktiva lancar dan perpaduan yang sesuai antara pendanaan jangka pendek dan pendanaan
jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar. Keputusan-keputusan tersebut mempengaruhi hasil yang diharapkan yaitu
profitabilitas dan risiko yang dihadapi. Menurut Ahmad 2002:7-12, dalam menentukan perputaran modal kerja,
metode yang digunakan adalah: 1.
Metode Keterikatan atau Daur Dana Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian
pengalaman dari pengelola atau tentunya sangat dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan
sehari-hari dalam jangka waktu lama. Menurut metode daur dana ini, perputaran modal kerja dapat diketahui
dengan menghitung periode atau jangka waktu dana tertanam, sejak kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali
lagi menjadi kas. 2.
Metode Perputaran Modal Kerja Working Capital Turnover Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan. Secara
umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Rasio Leverage