c. Bekerja sebagai suatu cara hidup mandiri
Alasan ini dikemukakan oleh mahasiswa yang bekerja untuk mendapatkan kemandirian ekonomis dan tidak ingin bergantung pada penghasilan orang tua
meskipun orangtua masih mampu membiayai perkuliahan. d.
Bekerja untuk mencari pengalaman Mahasiswa bekerja untuk dapat merasakan langsung semua hal yang
berhubungan dengan dunia kerja yang sesungguhnya. Dengan pengetahuan dan pengalaman langsung, mahasiswa akan lebih mudah memahami isi
perkuliahan tersebut.
E. Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja
Kuliah sambil bekerja banyak memberi dampak bagi mahasiswa baik positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah dengan bekerja mahasiswa dapat
membantu orang tua dalam membiayai kuliah, memperoleh pengalaman kerja serta kemandirian ekonomis Motte Schwartz, 2009. Sedangkan dampak
negatifnya adalah bekerja bisa membuat mahasiswa lalai akan tugas utamanya, yakni belajar Yenni, 2007. Mahasiswa tersebut mengalami kesulitan dalam
membagi waktu antara kuliah, kerja dan belajar. Hal ini juga didukung berdasarkan komunikasi personal dengan beberapa mahasiswa yang kuliah sambil
bekerja. Mahasiswa banyak yang mengaku kesulitan membagi waktu antara kuliah, kerja, istirahat dan urusan-urusan lain.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya mahasiswa merupakan pembelajar aktif dan kritis yang dituntut untuk mampu mengatur diri dan waktunya serta menyelesaikan persoalan yang ia
temui dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
A
gar sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu yang diperolehnya, mahasiswa diharapkan
memiliki kesiapan belajar di perguruan tinggi yang mencakup kesiapan mental dan kesiapan keterampilan belajar. Spitzer 2000 mengatakan bahwa salah satu
keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar
atau disebut juga dengan self regulated learning. Self regulated learning merupakan kemampuan peserta didik untuk dapat
mengatur fungsi-fungsi yang ada di dirinya baik afeksi, tingkah laku dan pikiran sehingga membantu mencapai tujuan belajar yang diinginkan Zimmerman dalam
Woolfolk, 2004. Berdasarkan definisi tersebut individu digambarkan sebagai pusat pengatur segala hal yang berhubungan dengan dirinya, dikaitkan dalam
sebuah konteks realitas atau kenyataan. Artinya dalam definisi di atas disebutkan bahwa self regulated learning tidak sekedar bagaimana melakukan pengelolaan
terhadap diri secara menyeluruh afeksi, kognitif, dan tingkah laku, namun juga terkait dengan bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dirinya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Wahyono 2008 yang menyatakan
bahwa peserta didik yang menerapkan self regulated learning mendekati tugas belajar dengan berbagai strategi manajemen sumber daya seperti memilih atau
mengatur aspek lingkungan fisik untuk mendukung belajar dan mengatur waktu
Universitas Sumatera Utara
belajar secara efektif. Hal ini mulai dari merencanakan menentukan tujuan, target, strategi dan waktu belajar, menentukan sumber belajar yang akan
digunakan, sampai menjalankan rencana tersebut secara teratur. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dampak negatif kuliah sambil bekerja yaitu bekerja
bisa membuat mahasiswa mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara kuliah, kerja dan belajar.
Faktor lingkungan sosial turut berperan dalam penerapan self regulated learning, dimana peserta didik yang menerapkan strategi self regulated learning
akan mencari bantuan sosial seek social assistance melalui rekan sebaya, guru dan lingkungan fisik sekolah. Furr Elling, 2000 menyatakan bahwa
mahasiswa yang kuliah sambil bekerja cenderung jarang terlibat dalam aktivitas kampus dan aktivitas sosial bersama teman-teman dibandingkan mahasiswa yang
tidak bekerja. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ruscoe, Morgan Peebles, 1996 yang membuktikan bahwa mahasiswa yang bekerja cenderung sering
absen kuliah dan lebih sering datang terlambat dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
Faktor afeksi dan kognitif juga sangat dibutuhkan dalam penerapan self regulated learning karena afeksi dan kognisi yang tepat dapat mendukung
munculnya tingkah laku yang diharapkan untuk mencapai tujuan belajar. Hasil penelitian Furr dan Elling 2000 menyebutkan bahwa mahasiswa yang kuliah
sambil bekerja cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak bekerja, hal tersebut dikarenakan kuliah sambil bekerja membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
waktu dan tenaga ekstra. Stres yang dialami mahasiswa tersebut tentunya akan mempengaruhi afeksi dan kognisi mahasiswa tersebut dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat diasumsikan bahwa terdapat perbedaan penerapan self regulated learning antara mahasiswa
yang bekerja dengan mahasiswa yang tidak bekerja
F. Hipotesa Penelitian