Uji Hipotesis

E. Uji Hipotesis

Analisis regresi linier berganda menjadi dasar apakah hipotesis yang dikemukakan akan didukung atau tidak didukung. Penjelasan secara Analisis regresi linier berganda menjadi dasar apakah hipotesis yang dikemukakan akan didukung atau tidak didukung. Penjelasan secara

1. Analisis Regresi Parsial (t test) Uji t merupakan uji kecocokan model secara individu variabel motivasi mengikuti pelatihan, self-efficacy dan orientasi pembelajaran pada variabel kinerja karyawan. Suatu variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dilihat dari nilai signifikansi dari besarnya t hitung dalam output SPSS. Nilai itu dikatakan signifikan jika p < 0,05 (Ghozali, 2006).

Tabel IV.11

Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda

Coefficients a Unstandardized Standardized

Coefficients Model

Coefficients

B Std. Error

Beta t Sig.

.395 .694 Motivasi_mengikuti_

.404 3.322 .001 Self_efficacy

.355 3.502 .001 Orientasi_Pembelajaran

a. Dependent Variable: Kinerja

Sumber: data primer yang diolah, 2010.

Dari tabel di atas di dapatkan persamaan matematis sebagai berikut:

Y = 0,280 + 0,357 X 1 + 0,599 X 2 – 0,024 X 3

Konstanta ( β = 0,280) yang positif berarti bahwa jika variabel independen yaitu motivasi mengikuti pelatihan, self-efficacy dan orientasi pembelajaran dianggap tetap dan bernilai nol, maka karyawan Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sragen tetap menunjukkan kinerja yang baik.

Hipotesis 1 menguji apakah variabel motivasi mengikuti pelatihan memiliki pengaruh langsung secara positif dan signifikan pada kinerja karyawan. Berdasarkan tabel IV.11 di atas dapat dilihat bahwa motivasi

mengikuti pelatihan (X 1 ) memiliki nilai β sebesar 0,357 pada level signifikan p < 0,01 (sig. = 0,001), sehingga hipotesis 1 didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa motivasi mengikuti pelatihan memang mempunyai pengaruh yang signifikan pada kinerja karyawan. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sragen mempersepsikan motivasi mengikuti pelatihan yang merupakan bagian dari motivasi untuk belajar dapat meningkatkan kinerja karyawan. Hasil ini konsisten dengan penelitian Ismail et al. (2010).

Hipotesis 2 menguji apakah variabel self-efficacy memiliki pengaruh langsung secara positif dan signifikan pada kinerja karyawan. Berdasarkan tabel IV.11 di atas dapat dilihat bahwa self-efficacy (X 2 ) memiliki nilai β sebesar 0,599 pada level signifikan p < 0,01 (sig. = 0,001), sehingga Hipotesis 2 menguji apakah variabel self-efficacy memiliki pengaruh langsung secara positif dan signifikan pada kinerja karyawan. Berdasarkan tabel IV.11 di atas dapat dilihat bahwa self-efficacy (X 2 ) memiliki nilai β sebesar 0,599 pada level signifikan p < 0,01 (sig. = 0,001), sehingga

Hipotesis 3 menguji apakah variabel orientasi pembelajaran memiliki pengaruh langsung secara positif dan signifikan pada kinerja karyawan. Berdasarkan tabel IV.11 di atas dapat dilihat orientasi

pembelajaran (X 3 ) memiliki nilai β sebesar – 0,024 pada level signifikan di atas 0,05 (sig. = 0,795). Hal ini menunjukkan bahwa orientasi pembelajaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja karyawan karena nilai signifikansinya di atas 0,05, sehingga hipotesis 3 tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa orientasi pembelajaran tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan pada kinerja karyawan. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sragen mempersepsikan seseorang yang berorientasi untuk selalu belajar tidak mempengaruhi peningkatan kinerjanya. Hasil ini konsisten dengan penelitian Kohli et al. (1998) yang juga mengatakan bahwa orientasi pembelajaran tidak berpengaruh langsung pada kinerja karyawan.

Orientasi pembelajaran penting untuk mencapai sasaran karena mendorong seseorang untuk bekerja lebih keras dan perbaikan kinerja yang lebih tinggi (Slater dan Narver dalam Susanto, 2008; Kohli et al, 1998). Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi pembelajaran tidak mempengaruhi kinerja karyawan secara signifikan. Hasil yang tidak signifikan ini mungkin karena orientasi pembelajaran karyawan membutuhkan waktu lama dalam mempengaruhi kinerjanya dengan memungkinkan karyawan untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang bermanfaat selama bekerja menjadi karyawan Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sragen. Selain itu, karyawan Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sragen yang merupakan obyek penelitian ini adalah pegawai negeri sipil pada bidang pemerintahan daerah yang merupakan tenaga-tenaga profesional yang menguasai bidang pekerjaannya dalam menjalankan roda pemerintahan dan telah memiliki banyak pengalaman dengan rata-rata masa kerja di atas 10 tahun sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keahlian yang baik dalam menjalankan kinerjanya sehari-hari.

2. Koefisien determinasi (R 2 )

Tabel IV.12

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 )