Proses Pengembangan Program Sekolah Adiwiyata
1.2.3 Proses Pengembangan Program Sekolah Adiwiyata
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penanggung jawab program Sekolah Adiwiyata, dalam hal ini Ketua Program Sekolah Adiwiyata telah melaksanakan mekanisme program Sekolah Adiwiyata Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penanggung jawab program Sekolah Adiwiyata, dalam hal ini Ketua Program Sekolah Adiwiyata telah melaksanakan mekanisme program Sekolah Adiwiyata
Tabel 12. Pembagian Tugas Kegiatan Sekolah Adiwiyata
No Kegiatan
Penanggung Jawab 1 Penyusunan Komponen a. Kebijakan
Waktu
Dra. Sulastri, M.Pd Berwawasan
Oktober 2015
Lingkungan b. Pelaksanaan
Dra. Enni Haristiyati Kurikulum
Oktober 2015
Berbasis
Lingkungan c. Kegiatan Lingkungan Oktober 2015
Sulistyaningsih,S.Pd., Berbasis Partisipatif M.Pd, dan
Sofatinajah,S.Pd d. Pengelolaan
Siti Pendukung
Sarana Oktober 2015
Purwatiningsih,S.Pd Lingkungan
Ramah
2 Tahapan Pengembangan
Januari 2016
Sugiono,S.Pd
Data penelitian menunjukkan, kegiatan sosialisasi program Sekolah Adiwiyata kepada warga sekolah yaitu peserta didik, guru, karyawan dan komite telah dilakukan sekolah secara resmi. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam wawancara dengan Waka Humas seperti berikut:
“Untuk mengenalkan dan mengajak berbartisipasi, Program
Sekolah
Adiwiyata
telah dilakukan
sosialisasi kepada seluruh warga sekolah yaitu guru, karyawan dan siswa. Bahkan juga sosialisasi dengan warga sekitar yaitu ketua RT, ketus RW dan ketua Karang Taruna. ” (Wawancara tanggal 25 September 2016)
Dari hasil wawancara dengan Ketua program Sekolah Adiwiyata juga didapatkan data mengenai kegiatan sosialisasi program Sekolah Adiwiyata dalam petikan wawancara sebagai berikut
“Sudah ada sosialisasi program Sekolah Adiwiyata terhadap siswa yaitu melalui perwakilan kelas secara
khusus dan sosialisasi juga dalam kegiatan upacara, yang dilakukan secara berulang ulang. Guru dalam pembelajaran
secara
tidak
langsung juga
memberikan informasi.” (Wawancara tanggal 29 September 2017)
SMA Negeri 2 Salatiga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga juga telah mengadakan sosialisai kegiatan Adiwiyata. Waka Manajemen Mutu menegaskan hal itu seperti kutipan hasil wawancara berikut:
“Sekolah bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga telah mengadakan sosialisasi
Sekolah Adiwiyata terhadap warga masyarakat sekitar sekolah, SDN o4 Tegalrejo, SMPN 6 Salatiga, Kelurahan, Kecamatan dan Pukesmas. Sosialisasi ini bertujuan agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui pentingnya program Adiwiyaa dalam
melestarikan lingkunga hidup.”(Wawancara tanggal
2 Oktober 2017)
Kegiatan sosialisasi Sekolah Adiwiyata oleh SMA Negeri 2 Salatiga, dapat dilihat juga dari dokumen data dokumentasi gambar berikut:
8 Gambar 8 : Sosialisasi kepada komite dan guru (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 9 : Sosialisasi kepada peserta didik (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 10 : Sosialisasi kepada karyawan (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 11 : Sosialisasi kepada warga dan (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
sekolah lain
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahawa SMA Negeri 2 Salatiga telah melakukan bimbingan teknis dan kegiatan lain seperti sosialisasi program kepada semua unsur yang terkait dengan program Sekolah Adiwyata. Melalui kegiatan tersebut diharapkan implementasi program akan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Proses implementasi program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga meliputi 4 komponen. Adapun proses dari keempat komponen tersebut akan bahas satu per satu komponen.
1.2.3.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Penanggung jawab untuk Komponen Kebijakan Berwawasan Lingkungan adalah Waka Manajemen Mutu. Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata pada kebijakan berwawasan lingkungan dapat peneliti Penanggung jawab untuk Komponen Kebijakan Berwawasan Lingkungan adalah Waka Manajemen Mutu. Pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata pada kebijakan berwawasan lingkungan dapat peneliti
pelaporan pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata. Adapun proses pelaksanaan program komponen kebijakan berwawasan lingkungan penulis jabarkan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
dalam studi dokumentasi
1.2.3.1.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Hasil penelitian dari dokumen satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di peroleh bahwa visi
SMA Negeri 2 Salatiga adalah “Bertaqwa, berkarakter, berwawasan lingkungan, dan berdaya saing ” telah
menanamkan
berbudaya lingkungan. Kurikulum yang diterapkan SMA Negeri 2 Salatiga saat ini adalah Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Kurikulum 2006 diterapkan dijenjang kelas XI dan XII sedangkan Kurikulum 2013 diterapkan dijenjang kelas
karakter
X. Namun demikian semua kurikulum yang diterapkan menggunakan karakteristik berwawasan dan peduli lingkungan. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum juga mengutarakan hal yang senada, yaitu:
“Smanda sekarang menggunakan kurikulum 2006 untuk kelas XI dan XII, sedangkan kelas X
mengunakan kurikulum 2013 dan sitem SKS. Kurikulum Smanda sejak bergulirnya program adiwiyata
karakter peduli lingkungan
Silabus dan RPP mencantumkan karakter- karakter
kepedulian
lingkungan.
Misalnya Misalnya
Memang
belum
semua mapel
mencantumkannya.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Kepala Sekolah menegaskan bahwa SMA Negeri
2 Salatiga mempunyai komitmen untuk mendidik warga sekolah agar peduli dan berbudaya lingkungan, pernyataan ini seperti kutipan wawan cara berikut;
“Walaupun SMA Negeri 2 Salatiga menggunakan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013, Visi
Smanda tidak berubah yaitu “Bertaqwa, berkarakter,
lingkungan, dan berdaya
menunjukan bahwa Smanda komitmen untuk menempatkan karakter peduli lingkungan pada pembelajaran. Sehingga warga sekolah dapat menjadi
lingkungan di masyarakat mereka tinggal.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Dari hasil studi dokumen I KTSP dan wawancara Waka Kurikulum serta Kepala Sekolah dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 2 Salatiga adalah Kurikulum 2006 untuk kles XI dan kelas XII dan kurikulum 2013 dengan sistem SKS untuk kelas X. Kebijakan SMA Negeri 2 Salatiga secara jelas menempatkan pendidikan karakter peduli dan budaya lingkungan dalam tujuan sekolah oleh karena itu karakter dan budaya lingkungan menjadi salah satu visi sekolah.
Pendidikan karakter dan budaya lingkungan terintegrasi di dalam pembelajaran setiap mata pelajaran, sehingga dalam struktur kurikulum tidak mencantumkan secara khusus mata pelajaran lingkungan atau karakter budaya lingkungan. Hal ini sesuai dari hasil penelitian dari dokumen I KTSP dan hasil petikan wawancara dengan Waka Kurikulum berikut:
lingkungan terintegrasi pada setiap perangkat dan pembelajaran mata pembelajaran. Sehingga tidak ada mata pelajaran khusus mengenai
lingkungan hidup.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
dengan yang diungkapkan Waka Managemen Mutu dalam petikan wawancara berikut:
“Tidak ada mata pelajaran khusus tentang lingkungan
mengintrgrasikan pendidikan lingkungan di dalam pembelajarannya, apapun itu mata pelajarannya.
Pandai-pandailah
guru
menghubungkan materi pelajaran dengan nilai-
nilai pelestarian lingkungan.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Hasil wawancara dengan peserta didik juga mendapatkan data bahwa tidak ada pelajaran khusus tentang lingkungan hidup, namun ada pelajaran ketrampilan yang secara khusus mengajarkan Hasil wawancara dengan peserta didik juga mendapatkan data bahwa tidak ada pelajaran khusus tentang lingkungan hidup, namun ada pelajaran ketrampilan yang secara khusus mengajarkan
“Ada pelajaran ketrampilan dan kewirausahaan yang mengajarkan pengolahan barang-barang bekas menjadi hasil kerajinan. Guru menilai kreatifitas penggunaan barang bekas, kegunaan
hasil kerajinan.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Secara struktur kurikulum dapat disimpulkan bahwa di SMA Negeri 2 Salatiga tidak ada mata pelajaran khusus tentang lingkungan. Pembelajaran tentang lingkungan dan karakter peduli dan budaya lingkungan terintegrasi di dalam pembelajaran setiap mata pelajaran.
Hubungan penanaman nilai-nilai karakter peduli dan budaya lingkungan dengan hasil prestasi peserta didik tidak secara khusus peneliti teliti. Data dokumen
I KTSP SMA Negeri 2 Salatiga menunjukan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) setiap mata pelajaran hampir semua sama. KKM setiap mata pelajaran dapat dilihat dari tabel 16 berikut.
Tabel 13 : KKM Mata Pelajaran Tahun Pelajaran 2016/2017
No Mata
Kelas XII Pelajaran
Kelas
Kelas XI
3 Bhs. Indonesia
4 Bhs. Inggris
5 Matematika
6 Fisika 75 75 75
7 Biologi 75 75 75 8 Kimia
75 75 75 13 Seni Budaya
16 Bhs. Jawa
17 Sastra Ind.
19 Bhs Jerman
20 Bahasa Jepang
(Sumber: Dokumen I KTSP, 2016)
Tinggi rendahnya KKM tidak dipengaruhi secara langsung
pendidikan karakter pembudayaan peduli lingkungan, demikian yang diungkapkan Waka Kurikulum dalam petikan wawanvara berikut:
oleh
faktor
“Penentuan tinggi rendahnya KKM mata
pelajaran ditentukan oleh karakteristik peserta didik atau intake , karakteristik mata pelajaran atau
kondisi satuan pendidikan atau daya dukung.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
kompleksitas
dan
Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat yang diungkapkan oleh guru mata pelajaran seperti petikan wawan cara berikut:
“Tinggi rendahnya nilai dari KKM, kami hitung berdasarkan kemampuan awal anak atau intake
,taraf kesulitan
materi
pelajaran atau
kompleksitas materi pelajaran dan daya dukung sekolah, baik dari kompetensi guru maupun keberadaan sarana prasarana penunjang.” (Wawancara tanggal 6 September 2017)
Dari hasil nalisis data KKM di atas dan hasil wawan cara dapat disimpulkan bahwa nilai KKM hampir sama untuk setiap jenjang dan setiap mata pelajaran tidak dipengaruhi secara signifikan oleh pendidikan karakter peduli lingkungan.
1.2.3.1.2 Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Dalam hal ini yang akan dibahas di sini hanya tentang rencana anggaran sekolah dan yang berkaitan dengan program sekolah Adiwiyata. Hasil wawancara dengan Bendahara sekolah didapat data bahwa anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata telah dilaksanakan 20% dari total anggaran belanja sekolah. Berikut petikan wawancara tersebut:
“Sekolah dalam hal ini Bendahara , secara rutin sekolah mengalokasikan anggaran belanja 20%
dari total anggaran belanja sekolah khusus untuk
adiwiyata.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Hal itu dibenarkan oleh Ketua Program yang mengungkapkan terimakasih karena sekolah telah berani mengalokasikan anggaran untuk program Adiwiyata seperti yang terungkap pada petikan wawan cara berikut:
“Terima kasih kepada sekolah yang telah menganggarkan secara rutin anggaran belanja
20% dari total anggaran belanja sekolah khusus untuk
adiwiyata.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Kepala Bidang Lingkungan DLH Kota Salatiga walaupun tidak melihat secara langsung alokasi anggaran untuk program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga sangat percaya jika anggaran dari sekolah lebih dari 20% dari total anggaran pengeluaran sekolah. Hal itu diungkapkan dalam petikan wawancara berikut:
“Soal anggaran SMA Negeri 2 Salatiga untuk program Sekolah Adiwiyata, saya percaya
anggarannya lebih dari 20% dari total anggaran belanja sekolah. Sarana parasaran pendukung adiwiyata komplit, penataan lingkungannya sudah bagus. Jika dihitung keseluruhan dengan partisipasi warga sekolah baik materi maupun tenaganya, pasti lebih dari 20%. ” (Wawancara tanggal 14 November 2017)
Hasil analisis dari data hasil studi dokumen di atas, dan data hasil wawancara didapat bahwa SMA Negeri 2 Salatiga sudah mengalokasikan secara Hasil analisis dari data hasil studi dokumen di atas, dan data hasil wawancara didapat bahwa SMA Negeri 2 Salatiga sudah mengalokasikan secara
1.2.3.2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Pembahasan pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan di SMA Negeri 2 Salatiga dibagi menjadi dua bagian, yaitu Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam
pembelajaran lingkungan hidup dan Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Tenaga pendidik diharapkan memahami metode pembelajaran, materi pelajaran,
mengembangkan
kegiatan
merumuskan indikator penilaian, menyususn
RPP, mengkomunikasikan inovasi pembelajaran, menguasai-mengaplikasikan konsep dan ada partisipasi orang tua dalam pembelajaran. Sedangkan peserta didik mampu menghasilkan lebih 80% karya LH, lebih 805 mampu memecahkan masalah LH, lebih 80% mengkomunikasikan hasil pelajaran LH dan melakukan kegiatan lainnya.
1.2.3.2.1 Tenaga Pendidik
Kompetensi guru sebagai tenaga pendidik dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup sudah baik. Metode pembelajaran yang digunakan sangat variatif berdasarkan materi pelajaran. Guru mengarahkan peserta didik untuk menemukan
pelajaran dengan pelestarian lingkungan hidup. Petikan wawancara dengan Waka Kurikulum berikut menguatkan pernyataan tersebut.
kaitan
materi
“Guru SMA Negeri 2 Salatiga melakukan pembelajaran dengan berbagai metode sesuai karakteristik materi dari pelajarannya. Ada yang studi lapangan, ada yang metode percobaan dan
penelitian.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
Peserta didik merasakan pembelajaran yang tidak membosankan dari guru. Guru mempunyai ciri khasnya sendiri dalam menyampaikan
materi pelajaran. Pernyataan ini diperkuat oleh peserta didik sesuai petikan wawancara berikut:
“Saya senang sekolah di Smanda karena pembelajaran menarik, kadang diskusi, kadang
praktik di lapangan, kadang belajar sambil bermain. Kami merasa santai sehingga beben pelajaran
sepaneng.” (Wawancara tanggal 2 Oktober 2017)
berkurang,
tidak
Data dokumentasi berikut menguatkan bahwa pembelajaran dilakukan secara variatif.
Gambar 12 : Pembelajaran diskusi dan praktik
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
lapangan terbimbing
sekolah lain
Gambar 13 : Lingkungan sekolah sebagai lab belajar
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
dan presentasi hasil pengamatan
lapangan terbimbing
Perangkat pembelajaran baik silabus maupun RPP telah mengintegrasikan materi lingkungan dengan materi pelajaran. Guru pengajar bidang sudi geografi menegaskan bahwa telah mengajarkan nilai-nilai berwawasan
pembelajaran. Pernyataan tersebut terungkap dalam petikan wawancara berikut:
lingkungan
dalam
“Silabus dan RPP pelajaran geografi yang saya ampu telah menerapkan dilai-nilai karakter “Silabus dan RPP pelajaran geografi yang saya ampu telah menerapkan dilai-nilai karakter
sekolah.” (Wawancara tanggal 4 Oktober 2017)
Waka Manajemen Mutu sebagai pengkoordinir kelengkapan pembelajaran mengungkapkan bahwa lebih 90% RPP dan Silabus SMA Negeri 2 Salatiga telah mengintegrasikan
berwawasan lingkungan. Hal ini terungkap seperti pada kutipan hasil wawancara berikut:
pembelajaran
“Bapak Ibu guru telah mengintegrasikan karakter berwawasan lingkungan pada Silabus dan RPP. Sudah lebih 90% Silabus dan RPP yang
berwawasan lingkungan.” (Wawancara tanggal 2
Oktober 2017)
Pembelajaran di SMA Negeri 2 Salatiga telah menerapkan pembelajaran pelestarian lingkungan secara terintegrasi dalam setiap pempelajaran mata pelajaran. Pada perangkat pembelajaran, guru telah mengintegrasikan nilai-nilai kepedulian lingkungan. Peneliti mendapatkan tersebut dalam studi pustaka di dokumen II KTSP SMA Negeri 2 Salatiga. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 14 berikut.
Tabel 14. Perangkat Pembelajaran
Silabus dan
Silabus dan Silabus dan
RPP Kelas XI RPP Kelas XII NO
RPP Kelas X
Mata Pelajaran
Berwawasan
Berwawasan Berwawasan
Lingkungan
Lingkungan Lingkungan
Belum Ya Belum 1
Pendidikan Agama PKn Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Fisika Biologi Kimia Ekonomi Geografi Sosiologi SNB Pendidikan Olah Raga
TIK Bahasa Jerman Bahasa Jepang Sastra Indonesia Bahasa Jawa Ketrampilan Antropologi
(Sumber: Dokumen II KTSP 2016, diolah)
Berdasarkan data di atas, dapat dianalisis bahwa tenaga pendidik telah melaksanakan pembelajaran pelestarian lingkungan melalui proses implementasi di hampir 100% mata pelajaran. Pendidik telah mengintegrasikan nilai-nilai karakter pelestarian lingkungan di perangkat pembelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan berbagai metode sehingga menarik dan menggunakan lingkungan sekolah sebagai sarana atau sumber belajar siswa.
1.2.3.2.2 Peserta Pendidik
Peserta didik telah melakukan kegiatan pembelajaran tentang lingkungan dan pengelolaan Peserta didik telah melakukan kegiatan pembelajaran tentang lingkungan dan pengelolaan
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 14 : Peserta didik piket membersihkan
lingkungan
sekolah lain
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 15 : Peserta didik membuat biopori
dan pendataan volume sampah Peserta didik juga menghasilkan karya-karya
kerajinan ataupun seni dari mengolah barang-barang bekas. Hasil ini dipanjang dirumah kreatif dan gallery sekolah. Berikut beberapa hasil karya peserta didik.
Gambar 16 : Batik dengan pewarna alami
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Gambar 17 : Beberapa hasil kerajinan dari barang bekas
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Dari hasil wawancara dengan peserta didik juga mendapatkan data bahwa mereka selain mendapatkan pembelajaran lingkungan juga terlibat dalam menjaga dan merawat lingkungan serta membuat hasil karya dari barang-barang bekas. Berikut cuplikan wawancara tersebut :
“Di Smanda kami selain mendapat pembelajaran tentang
mempraktikan pengelolaan lingkungan. Misalnya dengan membuat biopori, ikut mengolah sampah,
ikut kerja bakti dll.” (Wawancara tanggal 6
September 2017)
Hal senada juga diungkapkan oleh seorang guru pada wawancara pada hari Senin, 25 September 2017. Dikatakan bahwa peserta didik SMA Negeri 2 Salatiga selain mendapat pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan juga melakukan kegiatan pelestarian dan pengelolaan lingkungan.
“Siswa telah
mendapat
pelajaran tentang
lingkungan hidup, dan mengimplikasikan dalam tugas membuat kerajianan dari barang-barang bekas. Siswa juga turut membantu melestarikan lingkungan
dengan
piket
kebersihan, turut
menanam, membuat biopori, mengurangi sumbe sampah
bekal dari r umah.”(Wawancara tanggal 25 September 2017)
dengan
membawa
Sejalan dengan pendapat di atas, Ketua Program Sekolah Adiwiyata juga mengungkapkan hal yang sama dalam hasil wawancara berikut ini:
“Siswa selain mendapat pengetahuan juga diajak turut memecahkan masalah lingkungan. Siswa juga diajak untuk bisa memanfaatkan barang bekas menjadi barang kerajinan yang bisa dijual. Siswa diajak untuk bisa mengurangi sumber sampah, dengan membawa bekal dari rumah, memakai alat minum yang tidak habis pakai, atau menggunakan bung kus yang bisa di daur ulang.” (Wawancara tanggal 29 September 2017) “Siswa selain mendapat pengetahuan juga diajak turut memecahkan masalah lingkungan. Siswa juga diajak untuk bisa memanfaatkan barang bekas menjadi barang kerajinan yang bisa dijual. Siswa diajak untuk bisa mengurangi sumber sampah, dengan membawa bekal dari rumah, memakai alat minum yang tidak habis pakai, atau menggunakan bung kus yang bisa di daur ulang.” (Wawancara tanggal 29 September 2017)
Memperkuat
hasil
Gambar 18 : Siswa memelihara kebun kelas
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
maupun kebun sekolah
Gambar 19 : Pakaian daur ulang sampah dan
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
kolam penampung air wundlu
Dari hasil studi dokumen dan hasil wawancara peneliti dengan siswa, guru, dan ketua program dapat disimpulkan bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan pembelajaran tentang lingkungan hidup dan pengelolaan lingkungan hidup. Peserta didik telah menghasilkan karya lingkungan hidup, berkemampuan Dari hasil studi dokumen dan hasil wawancara peneliti dengan siswa, guru, dan ketua program dapat disimpulkan bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan pembelajaran tentang lingkungan hidup dan pengelolaan lingkungan hidup. Peserta didik telah menghasilkan karya lingkungan hidup, berkemampuan
1.2.3.3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
berbasis partisipatif dilaksanakan
Kegiatan
lingkungan
melakukan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah dan kegiatan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak.
dengan
1.2.3.3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Partisipasi warga sekolah pada kegiatan perlindungan lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup di SMA Negeri 2 Salatiga sudah berjalan baik. Warga sekolah terlibat dalam setiap kegiatan lingkungan hidup yang diselenggarakan dan warga sekolah juga memanfaatkan lahan serta fasilitas sekola untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian seperti yang terekam dalam dokumentasi berikut.
Gambar 20 : Siswa memanfaatkan fasilitas sekolah (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
untuk belajar lingkungan
Gambar 21 : Warga sekolah terlibat dalam
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
kegiatan kebersihan lingkungan
Kegiatan pemanfaatan fasilitas sekolah untuk kegiatan lingkungan dan partisipasi warga sekolah dalam kegiatan lingkungan juga dibenarkan oleh siswa seperti dalam petikan wawancara berikut:
“Warga sekolah yaitu siswa, guru dan karyawan juga terlibat aktif dalam kerja bakti membersihkan
dan merawat lingkungan. Ketika guru memberi tugas, kami sering memanfatkan gezebo, atau taman sekolah untuk mengerjakan tugas.”
(Wawancara tanggal 6 September 2017)
Peserta didik khususnya telah menggunakan fasilitas seperti gazebo, taman sekolah, kebun sekolah sebagai tempat belajar sekaligus sumber belajar. Hal ini dikuatkan oleh guru yang mengajarkan di luar kelas seperti petikan wawancara berikut:
“Partisipasi warga sekolah yaitu siswa, guru dan karyawan sudah baik dalam kegiatan adiwiyata ini.
Guru juga telah memanfaatkan fasilitas yang ada misalnya lapangan, kebun sekolah, gazebo untuk
pembelajaran di luar kelas.” (Wawancara tanggal
27 September 2017)
Pendapat ini dikuatkan juga oleh Waka Manajemen Mutu seperti dalam petikan wawancara berikut:
“Partisipasi warga sekolah yaitu siswa, guru dan karyawan sudah baik dalam kegiatan adiwiyata ini.
Guru juga telah memanfaatkan fasilitas yang ada misalnya lapangan, kebun sekolah, gazebo, kolam
untuk pembelajaran di l uar kelas.” (Wawancara
tanggal 2 Oktober 2017)
Dari analisis data hasil studi dokumen dan wawancara penetili dengan siswa, guru dan Waka Managemen Mutu dapat disimpulkan bahwa warga sekolah yaitu siswa, guru dan karyawan SMA Negeri 2 Salatiga telah melakukan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Kegiatan tersebut antara lain berupa membuat kolam ikan menampung air wundlu, merawat
lingkungan, menanam tanaman, lingkungan, menanam tanaman,
1.2.3.3.2 Menjalin Kemitraan
Kegiatan menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak telah dilakukan sekolah. Hal ini terekam dalam dokumen berikut:
Gambar 22 : Giz Paklim Jerman dan UKSW
(Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Sebagai mitra sekolah dalam pelatihan lingkungan untuk warga sekolah
Gambar 23 : Kerjasama dengan sekolah lain (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Warga sekitar sekolah
Kerjasama dengan GIZ-Paklim Jerman dilakukan dalam rangka tentang pelatihan lingkungan hidup secara global dan berkaitan dengan mapping pengelolaan energi. Sedangkan secara khusus Fakultas pertanian UKSW memberikan pelatihan mengelola sumber energi air dan membuat pupuk organik dengan membuat biopori. Hal ini diterangkan oleh Waka Sarpras seperti dalam petikan wawancara berikut.
“Smanda menjalin dengan CSR GIZ-Paklim Jerman yang bergerak di bidang lingkungan. Mereka memberika pelatihan bagaimana caa menghemat energi, mebuat energi terbarukan, mengelola sumber
sampah bisa dikurangi.Kerjasama
dengan UKSW khususnya Fakultas Pertanian; UKSW memberikan pelatihan tentang konservasi air dengan pembuatan biopori. Biopori bisa menangkap air sehingga air bisa meresap tidak langsung mengalir hilang. Biopori juga bisa untuk
mebuat pupuk organik.” (Wawancara tanggal 14
November 2017)
SMA Negeri 2 Salatiga dalam melaksanakan program Sekolah Adiwiyata telah menjalin kemitraan dengan sejumlah SKPD Kota Salatiga seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Ciptakaru, Dinas Kesehatan- Puskesmas
Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kelurahan Tegalrejo, Rt-RW sekitar sekolah dan sekolah-sekolah sekitar SMA Negeri 2 salatiga. Ada sekolah-sekolah di luar Salatiga yang pernah studi ke SMA Negeri 2 Salatiga seperti SMA Negeri 1 Blora, SMA Negeri Randublatung, SMA Negeri 2 Kendal. Hal ini Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kelurahan Tegalrejo, Rt-RW sekitar sekolah dan sekolah-sekolah sekitar SMA Negeri 2 salatiga. Ada sekolah-sekolah di luar Salatiga yang pernah studi ke SMA Negeri 2 Salatiga seperti SMA Negeri 1 Blora, SMA Negeri Randublatung, SMA Negeri 2 Kendal. Hal ini
“Banyak lembaga atau badan yang mejalin kerjasama dengan Smanda. GIZ-Paklim Jerman, UKSW, SKPD Kota Salatiga misalnya Ciptakaru, Birikrasi
dari
RT-RT sampai
Kecamatan di
Argomulyo, Dinas Kesehatan beserta Puskesmas Tegalrejo, Sekolah- sekolah disekitar seperti SDN
04, SMPN6, SMKN3. Smanda pernahnuntuk kunjungan studi dari SMA N 1 Blora, SMAN Randublatung,
SMAN
Kendal.
Bahkan yang
menarik dari beberapa sekolah yang studi ke sini justru lebih dulu menjadi sekolah adiwiyata nasional seoerti SMPN6, SMAN Randu Blatung.” (Wawancara tanggal 25 September 2017)
SMA Negeri 2 Salatiga juga aktif terlibat dalam kegiatan lingkungan hidup di luar sekolah. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ketua Program Sekolah Adiwiyata dalam petikan wawancara berikut.
“Smanda selalu terlibat dala kegiatan lingkungan yang diadakan DLH misalnya penanaman hutan kota. Kita juga aktif kerjabakti membersihkan Jalan Raya Tegalrejo, ada juga kerjabakti di sumber air Senjoyo dan mengadakan penghijauan penghijauan di sekitar Senjayao melalui Lintas
Penghijauan.” (Wawancara tanggal 29 September
Dari data dokumen gambar dan hasil wawancara dari Waka Humas, Waka Sarpras, Ketua Program peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak telah dilakukan SMA Negeri 2 Salatiga.
1.2.3.4 Pengelolaan Sarana Prasarana Pendukung Ramah Lingkungan
Pengelolaan sarana praarana pendukung ramah lingkungan meliputi ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan dan peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.
Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan telah dipenuhi oleh SMA Negeri 2 Salatiga. Data dokumen gambar berikut akan menguatkan hal tersebut.
Gambar 24 : Ruang terbuka yang ramah lingkungan (Dokumen SMA N 2 Salatiga)
Siswa merasakan bahwa banyak fasilitas di sekolah yang ramah lingkungan, seperti adanya galonisasi di kelas-kelas, gazebo, ruang kelas yang pencahayaan dan penyinaran yang baik, kolam tempat wundlu, dan sarana olah raga yang lengkap. Hal ini seperti petikan wawancara berikuti ini.
“Sarana prasarana pembelajaran di Smanda menurut saya sudah baik, ramah lingkungan.
Ruang kelas yang lebar dan banyak jendela terbuka, kolam penampungan air wundlu, banyak ruang terbuka hijau.” (Wawancara tanggal 22 Januari 2016)
Hal ini di kuatkan oleh data hasil wawancara dengan Waka Sarpras bahwa SMA Negeri 2 Salatiga memprogramkan sarana prasarana yang ramah lingkungan. Ruangan yang tata pencahayaannya cukup sehingga menghemat energi. Tetap mempertahankan ruang terbuka dan ruang tebuka hijau. Tambahan ruang kelas dan taman secara vertikal. Berikut petikan wawancara tersebut.
“Semenjak SMA Negeri 2 menjalankan program Adiwiyata, pembangunan sarana prasarana sangat mempertimbangkan
sarana
yang ramah
lingkungan. Maka di buat ruangan yang seterbuka mungkin tetapi tetap aman. Untuk menambah kelas dilakukan secara vertikal, ada contoh taman vertikal,dsb.” (Wawancara tanggal 10 November
Secara berkala mulai tahun 2013 sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan mulai dilengkapi. Tahum 2015 sudah terbangun ruang kreatif sebagai ruangan tempat berkreasi siswa membuat kerajinan dari barang-barang bekas dan tempat memajang hasil karya tersebut. Pada tahun 2015 juga sudah dibangun tempat pengelolaan sampah terpadu.
Hal ini seperti petikan hasil wawancara dengan Ketua Program berikut.
“Sekitar tahun 2015 sekolah membangun tempat pengolahan sampah terpadu dan ruang kreatif temapat siswa berkreasi dan tempat memajang hasil kreasi siswa.Sarana prasarana semakin
lengkap, dan tetap ramah dengan lingkungan.” (Wawancara tanggal 22 Januari 2016)
Dari data dokumen gambar dan data hasil wawancara nara sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 2 Salatiga telah mengadakan pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan. Sekolah sudah tersedia sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan dan sudah ada peningkatan kualitas pengelolaan sarana prasarana sekolah.
1.2.3.5 Faktor Pendukung dan Penghambat
Dari keempat komponen Adiwiyata masing- masing ada faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
pelaksanaan program. Komponen
jalannya
kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan sangat mendukung pelaksanaan program, namun komponen kegiatan berbasis partisipatif masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan
Waka Manajemen Mutu seperti dalam petikan wawancara berikut:
“Tiga komponen Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga mempunya
jatuhnya di
komponen partisipasi warga sekolah. Itu sebabnya tahun 2015 Smanda gagal mencapai Adiwiyata Nasional. Puji syukur pada taun 2016 keadaan ini
dapat diatasi. ” (Wawancara tanggal 2 Oktober
2017) Hal senada diungkapkan oleh Ketua Program
dalam suatu wawancara dengan penulis. Dikatakan bahwa siswa maupun guru dan karyawan belum bisa secara
peduli lingkungan. Terkadang siswa membuang bungkus makanan masih sembarangan, guru masih ada yang merokok dilingkungan sekolah atau partisipasi dalam merawat lingkungan masih sulit. Kepedulian mematikan lampu yang sudah tidak terpakai pada siang hari masih masing kurang. Berikut petikan wawancara tersebut.
konsisten
bersikap
“Partisipasi warga sekolah sudah bagus ketika ada kegiatan secara bersama-sama, namun dalam
kehidupan rutin sehari-hari, masih saja ada siswa yang membuang sampah sembarangan, sampah juga belum dipilah secara rutin. Ada guru juga yang belum memberi contoh dengan tidak merokok di sekolah. Pembinaan karakter perlu secara terus- menerus.” (Wawancara tanggal 29 September 2017)
Komitmen warga sekolah untuk berbudaya lingkungan masih perlu dikuatkan, sehingga dalam keseharianpun tetap berperilaku peduli lingkungan. Pembiasaan peduli lingkungan dengan mematikan Komitmen warga sekolah untuk berbudaya lingkungan masih perlu dikuatkan, sehingga dalam keseharianpun tetap berperilaku peduli lingkungan. Pembiasaan peduli lingkungan dengan mematikan
“Keadaan lingkungan sekolah sudah bagus, namun sayang temen-temen kadang belum bisa
menjaga kebersihan. Ada beberapa masih sulit diajak piket kebersihan. Temen-temen memang sudah banyak yang membawa bekal makan dan minum dari rumah, artinya sudah membatu mengurangi sumber sampah, dan hidup sehat.” (Wawancara tanggal 6 SEptember 2017)
Namun demikian tiga komponen adiwiyata yang lain merupakan faktor pendukung program yang kuat. Waka Sarpras mengungkapkan bahwa sarana- prasarana sekolah sudah sangat memadahi, bahkan untuk mencapai syarat Adiwiyata Mandiri sarana prasarana sangat memungkinkan, seperti kutipan wawancara berikut:
“Smanda sudah mempunyai berbagai fasilitas prasyarat Sekolah Adiwiyata. Sarana prasarana
sudah sangat memadahi sebagai Sekolah Mandiri. Jadi untuk sarpras tidak masalah, apalagi
didukung alokasi dana BOS.” (Wawancara tanggal
14 November 2017)
Waka kurikulum mengiyakan bahwa ada tiga komponen lain yang sangat potensial Waka kurikulum mengiyakan bahwa ada tiga komponen lain yang sangat potensial
“Jika tidak ada program Adiwiyata pun perangkat kurikulum tetap berwawasan lingkungan, Metode dan model pembelajaran menyesuaikan keadaan dan materi ajar sehingga tetap memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar.” (Wawancara
tanggal 14 November 2017)
Dari data hasil wawancara dan data hasil pengamatan di lapangan dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 2 Saatiga mempunyai lebih banyak faktor pendukung program Sekolah Adiwiyata dari pada faktor penghambatnya. Keadaan lingkungan yang luas, nyaman dan sudah tertata dengan sarana prasarana ramah lingkungan yang lengkap, menjadi faktor pendukung utama selain kebijakan Kepala Sekolah yang telah diterapkan. Kelengkapan perangkat administrasi mendukung sekali. Yang menjadi kendala sekarang ini justru komitmen warga sekolah yang menurun.