Pohon Kehutanan

2.4.12. Kayu Sengon

Sengon (Paraserianthes falcataria) sudah dikenal di masyarakat sejak jaman dulu, Di Bengkulu pun sudah mengenal 2 macam pohon sengon yaitu yang disebut sengon jawa dan sengon laut. Prospek budidaya pohon sengon sangat menarik, berinvestasi pohon sengon mungkin bisa menjadi pilihan yang menguntungkan dan pada saat ini kebutuhan kayu di dunia ini sangat tinggi, terutama untuk kebutuhan industri. Selain itu dengan menanam sengon Sengon (Paraserianthes falcataria) sudah dikenal di masyarakat sejak jaman dulu, Di Bengkulu pun sudah mengenal 2 macam pohon sengon yaitu yang disebut sengon jawa dan sengon laut. Prospek budidaya pohon sengon sangat menarik, berinvestasi pohon sengon mungkin bisa menjadi pilihan yang menguntungkan dan pada saat ini kebutuhan kayu di dunia ini sangat tinggi, terutama untuk kebutuhan industri. Selain itu dengan menanam sengon

Gambar 41. Populasi Sengon (Dokumentasi : Rosmala Dewi).

Sengon dalam bahasa latin disebut pohon Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai- petaian. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbung daun yang tidak terlalu lebat. Daun Sengon dalam bahasa latin disebut pohon Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai- petaian. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbung daun yang tidak terlalu lebat. Daun

Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol pada permukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah di sekitar pohon sengon menjadi subur. Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malay berukuran sekitar 0,5 - 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bungna mekar terdiri dari bunga jantan dan betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis dan panjangnya sekitar 6-12 cm. Setiap polong buah berisi 15-30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna cokelat kehitaman, agak keras, dan berlilin.

Tanaman sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH

6-7. Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0-800 m dpl. Walaupun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m diatas permukaan laut.

Gambar 42. Populasi Pohon Sengon di Kab. Kepahiang (Dokumentasi : Rosmala Dewi).

Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk pertumbuhannya memerlukan suhu sekitar 18 - 27 derajat celcius. Provinsi Bengkulu sudah memiliki 2 (dua)

Sumber Benih Kehutanan Kayu Sengon bersertifikat di Kabupaten Kepahiang dan Kota Bengkulu.

Di Kabupaten Kepahiang, berada di Desa Cirebon Baru Kecamatan Seberang Musi Kabupaten kepahiang dengan sertifikat Nomor : 020/BPTH.Sum-2/SSB/2013. Di Kota Bengkulu sumber benih berlokasi di Universitas Bengkulu Jl. Raya Kandang Limun Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu dengan sretifikat Nomor : 041/BPTH.Sum-2/SSB/2011.

2.3.14. Nyamplung

Nyamplung ( Calophyllum inophyllum L.) merupakan pohon dengan ketinggian mencapai 8-25 meter, mempunyai getah putih, rangkaian bunga terdiri dari 4-15 berwarna putih dan harum, biasanya mempunyai diameter 2.5 cm. Daun berhadapan berwarna hijau gelap, licin, dengan helai daun berbentuk elip dan panjang 10-20 cm dan lebar 6-9 cm, penulangan daun rapat dan tegak lurus dengan tulang daun tengah, buah berkisar 2-5 cm diameter, dan akan berubah kuning dan coklat dan keriput pada saat tua, sedangkan bijinya berukuran 2-4 cm dan berwarna coklat.

Gambar 43. Pohon Nyamplung dan bentuk daun serta penulangan daun (insert) (Dokumentasi : Agus Susatya).

Jenis ini merupakan jenis dengan kayu kuat dan keras dan baik untuk kontruksi, Jenis ini sering disebut Bintangor dan Nyamplung. Jenis ini juga kadang-kadang dipakai sebagai tanaman hias. Biji dari jenis mempunyai kandungann aktif yang dipercaya untuk membantu regenerasi jaringan, sehingga sering dicari sebagai dasar komestik. Di Kamboja, masyarakat desa menggunakan daun dari tumbuhan ini untuk mengobati migran dan vertigo. Pada akhir-akhir ini, biji dari jennis ini dimanfaatkan untuk biodiesel, secara umum dalam

1 ha dapat menghasilkan 4.8 ton minyak diesel atau 11.7 kg per pohon.

2.3.15. Sungkai

Sungkai ( Peronema canescens Jack) merupakan pohon kanopi yang dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter 102, Jenis ini mempunyai daun majemuk, dengan susunan anak daun menyisip dengan bagian bawah berwarna keputihan, di berberapa hal, mempunayai sayap diantara anak daun, Bunga majemuk yang tersusun sebagai malai, bunga diameter 2 mm berwarna putih keungguan, buah diameter 4 mm, berwarna kekuningan, berbentuk kapsul dan membelah.

Gambar 44. Pohon Sungkai sedang berbunga dan bunga Sungkai (insert) (Dokumentasi : Agus Susatya).

Tumbuhan ini secara umum tumbuh sebagai penyusun utama hutan sekundar atau hutan primer yang mengalami pembalakan, dan dapat tumbuh sampai dengan ketinggian 500 m. Tumbuhan ini mempunyai sebaran dari Semenanjung

Malaysia, Kalimantan, dan Jawa. Di Bengkulu pohon ini mudah dijumpai dari Kaur sampai dengan Muko-Muko. Pohon ini sering dipakai untuk menandai batas lahan, dan sangat mudah untuk dibudidayakan secara vegetatif.

Kayu pohon ini biasanya dipakai untuk kontruksi ringan dan kelengkapan rumah tangga.Kayu sungkai mempunyai corak ornamen yang bagus, namun mempunyai kelemahan, mudah diserang bubuk kayu. Di beberapa masyarakat pedesaan, daunnya digunakan untuk obat kumur- kumur untuk sakit gigi, demam dan cacing gelang. Di pengobatan herbal, rebusan daun muda diyakini dapat menurunkan suhu badan.

2.3.16. Laban

Pohon Laban ( Vitex pinnata L.)dapat mencapai 15-25 m. Pohon ini dicirikan dengan kulit pohon yang yang merekah, dan mengelupas, berwarna abu-abu kekuningan sampai dengan coklat, bagian dalam kulit berwarna kuning.Daun majemuk dengan anak daun berjumlah 3-5 anak daun ynag tersusun menjari, panjang dan l lebar anak daun 3-

25 cm dan 1.5- 10 cm, anak daun hampir tanpa tangkai daun, 25 cm dan 1.5- 10 cm, anak daun hampir tanpa tangkai daun,

Gambar 45. Pucuk pohon Laban (Dokumentasi : Agus Susatya).

Pohon ini biasanya mendominasi habitat atau hutan sekunder, dan dapat dijumpai sampai dengan 400 m dpl. Buah biasanya disebarkan oleh burung, dan biji akan sukar berkecambah di bawah naungan, tetapi perlu intensitas cahaya terbuka. Jenis ini mempunyai sebaran luas dari India sampai dengan Papua. Di Bengkulu, jenis ini sering dijumpai Pohon ini biasanya mendominasi habitat atau hutan sekunder, dan dapat dijumpai sampai dengan 400 m dpl. Buah biasanya disebarkan oleh burung, dan biji akan sukar berkecambah di bawah naungan, tetapi perlu intensitas cahaya terbuka. Jenis ini mempunyai sebaran luas dari India sampai dengan Papua. Di Bengkulu, jenis ini sering dijumpai

Gambar 46. Pohon Laban (Dokumentasi : Agus Susatya).

Kayu dari jenis ini kuat dan tahan lama walaupun kontak dengan air dan tanah, mempunyai warna kecoklatan dan mempunyai ornamen yang bagus, kadang-kadang jenis ini dikenal sebagai Jati Sabrang. Kayu jenis ini sering digunakan untuk kontruksi dan furniture. Di beberapa masyarakat, daun dan kulit batangnya digunakan untuk sakit perut, demam dan malaria.

2.3.17. Trembesu

Pohon Trembesu ( Fagrea fragan ) jenis ini dapat mencapai 10-25 meter.Pohon ini mempunyai percabangan mendatar mirip dengan ketapang, secara umum pohon jenis ini mempunyai tajuk pagoda, dengan percabangann yang symphodial. Ciri khas dari jenis ini mempunyai kulit batang yang beralur dalam, dengan kulit bagian dalam berwarna putih atau kuning. Mempunyai getah kuning. Daun berhadapan, dan gigir daun halus, bunga majemuk bunga malai, bunga berwarna putih atau cream.Buah bertipe bery dengan banyak biji, buah yang masak berwarna oranye tua.

Populasi Tembesu gampang di jumpai di kampus Uniiversitas Bengkulu. Jenis ini akan berbunga dan berbuah pada bulan Agustus –Oktober.

Gambar47. Pohon Trembesu dan buah Trembesu (insert) (Dokumentasi : Agus Susatya)

Kayu jenis ini sangat disukai karena berwarna kuning dan bertekstur halus, dengan bercak keungguan. Kayu mempunyai sifat yang keras, berat dan biasanya digunakan untuk kontruksi berat.Karena symphodial, jenis ini dikenal sebagai pohon yang sangat lambat pertumbuhan.

2.3.18. Kantil Cempaka Putih

Pohon kantil ( Magnolia alba ) mempunyai tinggi yang mampu mencapai 30 meter, permukaan batang pohon halus, berwarna putih keabu-abuan, dan dikenal ccepat tumbuh. Jenis ini mempunyai daun tunggal berbentuk oval, Daun kantil (cempaka putih) tunggal berbentuk bulat telur dan

berwarna hijau . Daun penumpu meninggalkan bekar lingkaran di cabang, daun berseling, dengan penulangan daun menyirip. Bunga mencapai 35 mm, berwarna putih kekuningan, bunga tunggal, buah syncarpus, dan mencapai diameter 65 mm berwarna hijau kekuningan atau kemerahan.

Jenis ini diyakini berasal dari India, namun sampai sekarang tersebar di daerah tropika asia. Di Aceh jenis yang berwarna kuning disebut Jeumpa gadeng, sedangkan di Minangkabau di sebut Campaka Putieh, atau Cempaka

Bogas (Sunda), dan bunga Kantil (Jawa Tengah). Di Bengkulu dapat dijumpai di kampus Universitas Bengkulu.

Bunga dari Kantil ini terkenal wangi dan biasanya digunakan dalam prosesi perkawinan, terutama dari Jawa. Secara umum daun, bunga dan kulitnya mempunyai kandungan alamiah yang dapat dimanfaatkan untuk obat batuk, demam, bronkitis, radang dan gangguan saluran pencernaan.Baru-baru ini minyak bunga kantil hasil sulingan sangat dicari untuk keperluan medis ataupun kosmetik.

Gambar 48. Pohon Kantil dan bunga Kantil sedang mekar (insert) (Dokumentasi : Agus Susatya).

2.3.19. Pulai

Pohon Pulai ( Alstonia scholaris L.) yang bisa mencapai ukuran raksasa, 60 meter dan bisa mencapai diameter 125 cm, pada umur muda kulit batang beralur dangkat berwarna coklat, biasanya pohon yang tua berwarna abu-abu keputihan, relatif halus, mempunyai getah berwarna putih, Tajuknya sangat kas, pada umur muda tajuknya mendatar, dan batang bebas cabang sangat tinggi, sedangkan tajuknya di sebagian kecil pucuk pohon. Daun bersusun berkarang dan terdiri dari 4-8 daun, elip sampai dengan obovate, berukuran 5-22 cm x 1.5-8.5 cm dengan penulangan daun menyirip. Bunga majemuk, dengan tangkai bunga 0-2 mm long, berwarna putih kekuningan, buah majemuk yang memecah saat kering.

Di Bengkulu jenis ini hampir dapat dijumpai disemua tempat, tetapi paling sering dijumpai di dataran rendah. Jenis ini sering dominan di tempat hutan yang rusak, atau ditempat lahan yang baru dibuka. Kayu Pulai termasuk kayu ringan dengan kelas kekuatan dan keawetan yang rendah. Kayu ini mempunyai warna yang menarik, yaitu kuning Gading. Kayu ini jarang digunakan untuk kontruksi, tetapi sering digunakan Di Bengkulu jenis ini hampir dapat dijumpai disemua tempat, tetapi paling sering dijumpai di dataran rendah. Jenis ini sering dominan di tempat hutan yang rusak, atau ditempat lahan yang baru dibuka. Kayu Pulai termasuk kayu ringan dengan kelas kekuatan dan keawetan yang rendah. Kayu ini mempunyai warna yang menarik, yaitu kuning Gading. Kayu ini jarang digunakan untuk kontruksi, tetapi sering digunakan

Gambar 49. Pohon Pulai, buah Pulai (insert atas) dan daun Pulai (insert bawah) (Dokumentasi : Agus Susatya).

Kayu ini sering karena ringan sering digunakan untuk peti, korek api, dan bersama dengan Jelutung (satu Familli) sering dipakai untuk bahan membuat pencil. Karena ringan, dan lembut teksturnya, kayu ini sering digunakan untuk membuat kerajian, seperti cenderamata, patung atau topeng.

2.3.20. Medang

Medang ( Actinodaphne glabra Blume) merupakan pohon yang dapat mencapai tingg 33 m. Pohon ini mempunyai ciri daun tersusun berkarang, daun tunggal menyerupai kulit, licin, dan berwarna keputihan pada helai daun bagian bawah, ranting hijau muda, dan licin, daun muda mempunyai bau aromatik. Bunga berdiameter 5 mm, berwarna kuning gading, buah dengan diameter 10 mm, berwarna kuning kehijauan, dan bertipe buah batu.

Di Bengkulu dijumpai hutan dataran rendah di Benteng, Bengkulu Utara dan Muko-Muko.Habitat dari jenis ini adalah hutan yang masih bagus dengan intensitas kerusakan yang minim.Jika hutan rusak, biasanya jenis ini dijumpai sudah mencapai tingkat pancang ataupun pohon.

Kayu jenis ini secara komersial dinamakan jenis medang, namun secara taksnomi medang terdiri dari banyak jenis. Kayu medang mempunyai kualitas yang baik, namunn sering dipakai untuk kontruksi ringan, dan furniture. Daunnya bisa dimanfaatkan untuk mencegah bengkak.

Gambar 50. Pohon Medang dan bagian pucuk Medang (insert)

(Dokumentasi : Agus Susatya).

2.3.21. Batang Gadis

Batang Gadis ( Cinnamomum sp.)merupakan pohon yang dapat mencapai 25 m. Batang dari pohon ini mempuyai alur yang dalam berbentuk perahu, dari jauh warna kulit batang coklat kemerahan, mempunyai daun tunggal, biasya tersusun dalam bentuk cluster, dan mempunyai penulangan daun menyirip, daun menyerupai kulit dan mengkilat, dengan permukaan bawah berwarna keputihan, seperti jenis lainnya dari famili Lauraceae, daun mudanya berbau aromatik. Ranting daun berwarna hijau muda dan mengkilat.

Bunga mempunyai bentuk seperti bintang, kecil dan berwarna kuning kehijauan.Bunga biasanya unisexual, dan tersusun dalam bentuk cluster, atau malai. Perhiasan bunga biasanya pendek, biasanya tersusun dalam bentuk berkarang dari 2 set perhiasan bunga, yang masing-masing terdiri dari 3 perhiasan bunga. Buah bertipe bery, berwarna hijau, berbenduk seperti gelas, jika matang buah berwarna unggu anggur.

Jenis ini mempunyai sebaran geografi yang luas termasuk Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan

Gambar 51. Pohon Batang Gadis, daun (insert kanan bawah) dan buah (insert kiri atas) (Dokumentasi : Agus Susatya).

Menjadi ciri khas penyusun hutan dataran rendah di Bengkulu, kayu pohon ini biasanya digunakan sebagai kontruksi ringan dan dikenal mempunyai aroma yang aromatik. Karena baunya yang aromatik, maka sering digunakan untuk mengurangi penyakit aromatik, dan untuk mengurangi sakit pencernakan dan saluran kencing.

2.2.22. Kayu Jelutung

Kayu Jelutung ( Dyera spp.) ialah satu spesies tumbuhan dalam family Apocynaceae yang di Indonesia sebarannya banyak di Sumatera dan Kalimantan, pohon ini biasa terdapat di hutan tropis dengan berbagai spesies D yera costulata, Dyera polyphylla, Diera lovi dll . Kayu Jelutung merupakan kayu keras dengan banyak ciri-ciri kayu kepadatan rendah, serat lurus dan tekstur halus, sifatnya cepat tumbuh, daya tahan tinggi, pohon ini merupakan pohon yang dilindungi.

Ciri-ciri fisik Kayu Jelutung antara lain tinggi pohon jelutung mencapai 30 m, panjang bebas cabang 15 – 30 m, diameter dapat mencapai 150 cm. Bentuk batang silindris, tidak berbanir. Kulit kayu: Biasa berwarna abu-abu kehitaman.

Gambar52. Populasi Jelutung (kanan) dan ukuran batang Jelutung yang lebih besar dari tubuh orang dewasa (kiri) di Seluma Timur (Dokumentasi : Rosmala Dewi).

Kulit ini meleleh banyak getah atau lateks putih yang dikenal "getah jelutung". Daun: Besar dan menjari terdiri dari 6-8 helai daun. Bunga m ekar pada waktu sore, antara pukul 5-7. Bunga putih akan gugur 12 jam kemudian.

Tinggi pohon jelutung mencapai 30 m, panjang bebas cabang 15 – 30 m, diameter dapat mencapai 150 cm. Bentuk batang silindris, tidak berbanir. Kulit luar bewarna kelabu kehitam-hitaman, rata tetapi kasar, mengeluarkan getah putih seperti susu. Kayu Jelutung dapat tumbuh Di hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A dan B, pada tanah berpasir, tanah liat atau tanah rawang. Dapat pula tumbuh pada daratan bergelombang pada ketinggian 20 – 800 m dpl.

Di Provinsi Bengkulu salah satu Kabupaten memiliki tegakan jelutung adalah di Kebapaten Seluma tepatnya Di Desa Talang Sali Kecamatan Seluma Timur tepatnya lokasi Area HCV PT. Mutiara Sakti, lokasi ini dijadikan perlindungan tanaman jelutung dengan luasan 2 HA. Kita masih berusaha menetapkan kawasan ini sebagai salah satu sumber benih tanaman hutan khususnya Kayu Jelutung yang bersertifikat di Provinsi Bengkulu.

2.2.23. Kayu Kepayang

Kepayang (Pangium edule) kluwek, keluwek, keluak, atau kluak adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tumbuh liar atau setengah liar. Orang

Sunda menyebutnya picung atau pucung (begitu pula sebagian Sunda menyebutnya picung atau pucung (begitu pula sebagian

sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi warna hitam padarawon, daging bumbu kluwek, brongkos, serta sup konro. Bijinya, yang memiliki salut biji yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk). Racun pada biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk mata panah. Biji ini aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam terlebih dahulu.

Untuk menghilangkan kandungan asam sianida, buah kepayang atau kluwek ( Pangium edule ) yang telah matang dan jatuh dari pohon dikumpulkan dalam satu karung dan dibiarkan basah oleh air hujan atau malah direndam dalam air dalam waktu 10-14 hari.

Dengan begitu, selain kulit atau sabutnya lebih mudah dikupas juga dapat menghilangkan racun asam sianida yang terdapat pada bijinya.

Pohon kepayang atau kluwek ( Pangium edule ) berbatang lurus yang tingginya mampu mencapai 60 meter dengan diameter batang mencapai 120 cm. Percabangannya tidak terlalu rapat.

Daunnya berbentuk jantung, dengan lebar 15 cm. dan panjang 20 cm. berwarna hijau gelap dan mengkilap di bagian atas, sementara bagian bawahnya agak keputihan dan sedikit berbulu.

Bunga kepayang atau kluwek ( Pangium edule ) tumbuh di pucuk ranting, berwarna putih kehijauan, mirip dengan bunga pepaya. Buah kepayang berbentuk lonjong dengan bagian ujung dan pangkal meruncing, berukuran panjang 30 cm dan lebar 20 cm. Bentuk buah kepayang mirip bola rugby atau American Football. Warna kulit buah cokelat, dengan permukaan agak berbulu. Daging buah putih dan lunak.Biji kepayang bertempurung, berbentuk asimetris, dengan ukuran 3 – 4 cm. Tempurung biji bertekstur dengan warna cokelat kehitaman. Ketebalan tempurung antara 3 sd. 4 mm. dan sangat keras. Daging biji berwarna sangat putih.

Di Provinsi Bengkulu kayu kepayang diperkirakan tersebar di hampir semua wilayah, namun data yang baru kita terima kayu ini ada di Kabuapetn Kepahiang. Tegakan yang ada umumnya merupakan tegakan alam yang sudah tumbuh sejak zaman dahulu

Gambar 53.Populasi Pohon Kepayang di Ujan Mas Kab. Kepahiang (Dokumentasi : Rosmala Dewi).