SUMBER DAYA GENETIK KEHUTANAN DAN PETERN
I. PENDAHULUAN
1.1. Fenomena Provinsi Bengkulu
Provinsi Bengkulu terletak di pulau Sumatera, sebelah barat pegunungan Bukit Barisan. Luas wilayah Provinsi Bengkulu adalah sebesar 32.365,6 km² dengan luas daratan 20.030,4 km² dan luas lautan 12.335,2 km². Wilayah Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung dan jaraknya lebih kurang 525 kilometer. Secara astronomis, Provinsi
0 Bengkulu terletak di antara 2 0 16' LU dan 3
31 LS dan
0 antara 101 0 01' - 103 41‟ BT. Sementara jika ditinjau dari posisi geografisnya, Provinsi Bengkulu di sebelah utara
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Provinsi Lampung, di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.
Provinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 525 kilometer.Bagian timurnya berbukit bukit dengan dataran Provinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 525 kilometer.Bagian timurnya berbukit bukit dengan dataran
Musim yang terjadi di Provinsi Bengkulu sebagaimana wilayah lainnya di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim hujan pada bulan Desember sampai dengan Maret dan musim kemarau pada bulan Juni sampai dengan September. Sementara itu pada bulan April-Meidan Oktober-November merupakan masa peralihan atau pancaroba.
Lambang Provinsi Bengkulu menggambarkan kekayaan sumber daya genetik, khususnya fauna yakni :di tengah-tengah lambang tersebut terdapat tameng kecil yang di dalamnya berisikan setangkai padi dan setangkai kopi bersama daunnya, sedangkan di tengah-tengahnya terdapat bunga raflesia, rudus, cerana dan bintang besar Warna hijau Lambang Provinsi Bengkulu menggambarkan kekayaan sumber daya genetik, khususnya fauna yakni :di tengah-tengah lambang tersebut terdapat tameng kecil yang di dalamnya berisikan setangkai padi dan setangkai kopi bersama daunnya, sedangkan di tengah-tengahnya terdapat bunga raflesia, rudus, cerana dan bintang besar Warna hijau
Dalam tameng kecil terdapat: 1). Di sebelah kiri setangkai padi yang berwarna kuning, buah padi bercelah 17(tujuh belas) 2). Di sebelah kanan terdapat setangkai buah kopi berwarna merah, daun kopi berwarna hijau, bunga kopi berwarna putih dan buah kopi berjumlah 8 (delapan). Dalam tangkai buah kopi terdapat daun kopi berjumlah 11 (sebelas) helai dan tulang daun kopi bagian atas berjumlah 4 (empat) garis, bagian bawah berjumlah 5 (lima) garis,yang arti keseluruhannya sebagai berikut: Padi 17 (tujuh belas) butir berarti tanggal 17 (tujuh belas), biji kopi 8 (delapan) berarti bulan Agustus, serta tulang daun kopi bagian atas berjumlah
4 (empat) garis dan. bagian bawah berjumlah 5 (lima) garis berarti tahun 1945 (seribu sembilan ratusempat puluh lima). Arti keseluruhan ialah Hari Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia, 17 Agustus 1945.
Garis gelombang 18 (delapan belas) adalah hari jadi Provinsi Bengkulu tanggal 18 (delapan belas), Daun kopi Garis gelombang 18 (delapan belas) adalah hari jadi Provinsi Bengkulu tanggal 18 (delapan belas), Daun kopi
18 November 1968. Buah padi dan kopi mencerminkan hasil utama di bidang pertanian dan perkebunan, Bunga Raflesia Arnoldi sebagai salah satu keistimewaan alam Provinsi Bengkulu. Penampilan tanaman padi, kopi dan bunga raflesia tersebut memberikan indikasi bahwa Provinsi Bengkulu memiliki keanekaan kekayaan sumber daya alam lokal.Sumber daya alam local tersebut terdiri dari keanekaragaman flora dan fauna. Keanekaragaman flora dan fauna tersebut merupakan sumber daya genetic (SDG) atau plasma nutfah.
1.2. Fenomena SDG Kehutanan dan Peternakan Provinsi Bengkulu
Sumber daya genetic (SDG) adalah bahan tanaman, hewan, jasad renik yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan sifat dari generasi ke generasi berikutnya.SDG mempunyai nilai, baik yang nyata (telah diwujudkan dalam Sumber daya genetic (SDG) adalah bahan tanaman, hewan, jasad renik yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan sifat dari generasi ke generasi berikutnya.SDG mempunyai nilai, baik yang nyata (telah diwujudkan dalam
Pada tumbuhan, SDG terdapat pada biji, jaringan, bagian lain tanaman, serta tanaman muda dan tanaman dewasa. Pada hewan atau ternak, SDG terdapat dalam jaringan, bagian-bagian hewan lainnya, telur, embrio, hewan hidup baik yang muda maupun dewasa.SDG dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemuliaan dalam rangka mengembangkan varietas baru tanaman atau menghasilkan rumpun baru ternak.
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang berupa hutan, yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan. Hal ini untuk menjamin kepastian hukum mengenai status kawasan hutan, letak batas dan luas suatu wilayah tertentu yang sudah ditunjuk menjadi kawasan hutan. Di dalam hutan tersebut banyak keanekaragaman genetik,, baik dari pohon maupun margasatwa.
Pada tahun 2012, total luas areal hutan di Provinsi Bengkulu adalah 924.631 hektar yang terdiri atas: hutan lindung sebesar 250.750 hektar, suaka alam sebesar 462.965 hektar, hutan produksi terbatas sebesar 173.280 hektar, hutan Pada tahun 2012, total luas areal hutan di Provinsi Bengkulu adalah 924.631 hektar yang terdiri atas: hutan lindung sebesar 250.750 hektar, suaka alam sebesar 462.965 hektar, hutan produksi terbatas sebesar 173.280 hektar, hutan
Hutan tropis Provinsi Bengkulu memiliki sumber kekayaan flora dan fauna yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata. Kekayaan flora hutan tropis Provinsi Bengkulu yang sudah terkenal dan telah menjadi objek wisata hutan adalah bunga Raflesia Arnoldi dan bunga bangkai yang terdapat di hutan Provinsi Bengkulu.
Kekayaan flora lain yang juga cukup menarik dan berpotensi untuk dijadikan objekwisata hutan karena kelangkaannya, yaitu: bunga anggrek vanda, bunga bangkai, dan kayu merbau. Sementara itu, kekayaan fauna yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata adalah harimau sumatera, siamang, tapir, kerbau liar, rusa, beruang madu, berbagai jenis unggas, serta penangkaran gajah sumatera.
SDG ternak merupakan salah satu potensi pengembangan hewan ternak di Provinsi Bengkulu, hal ini berkaitan dengan penyediaan protein hewani. Hewan ternak SDG ternak merupakan salah satu potensi pengembangan hewan ternak di Provinsi Bengkulu, hal ini berkaitan dengan penyediaan protein hewani. Hewan ternak
Usaha pemeliharaan ternak di Provinsi Bengkulu umumnya dilakukan oleh rumah tangga .Ternak yang dipelihara rumah tangga di Provinsi Bengkulu adalah ternak besar, ternak kecil, dan unggas.Ternak besar yang dipelihara adalah sapi,kerbau dan kuda.Ternak kecil yang dipelihara adalah kambing, babi dan domba. Unggas yang dipelihara adalah ayam bukan ras (buras), ayam ras pedaging, ayam ras petelur, dan itik.
II. SUMBER DAYA GENETIK KEHUTANAN
2.1. Bunga Rafflesia dan Bunga Bangkai
2.1.1. Rafflesia arnoldii R.Br
Rafflesia arnoldi R. Br. berasal dari Pulau Lebar. Kabupaten Bengkulu Selatan dan penemuan jenis ini
sekaligus memunculkan marga dan keluarga baru, yaitu Rafflesia dan Rafflesiaceae. Bunga ini dilihat pertama kali oleh Dr. Joseph Arnold di tahun 1812, dan baru dipublikasikan oleh Robert Brown pada bulan Juni 1821. Rafflesia arnoldii merupakan bunga tunggal paling besar di dunia dan mempunyai diameter antara 70-110 cm. Bunga ini mempunyai warna oranye sampai oranye tua pada perigon. Bercak-bercak di atas permukaan perigon mempunyai dua ukuran, dan berwarna lebih muda dari warna dasar perigon, yakni putih sampai oranye muda. Bercak kecil terdapat di antara bercak yang besar. Jumlah bercak besar sekitar 15 buah jika dihitung di bagian terpanjang dari perigon. Jumlah prosesi antara 30-50 buah dengan tipe kerucut sederhana. Bunga jantan dengan anther 36-40.
Gambar 1. Bunga Rafflesia arnoldii sedang mekar (Dokumentasi : Agus Susatya).
Gambar 2. Bakal bunga Rafflesia arnoldii beberapa hari lagi akan mekar (Dokumentasi : Agus Susatya).
Gambar 3. Proses mekar bunga R. arnoldii (Dokumentasi: Agus Susatya).
Rafflesia arnoldii mempunyai rata-rata 10 kuncup per populasi dan mempunyai mortalitas yang beragam dari 20% sampai dengan 100 %. Jenis ini ditemukan di ketinggian 35 m sampai dengan 600 m di atas permukaan laut, dan Rafflesia arnoldii mempunyai rata-rata 10 kuncup per populasi dan mempunyai mortalitas yang beragam dari 20% sampai dengan 100 %. Jenis ini ditemukan di ketinggian 35 m sampai dengan 600 m di atas permukaan laut, dan
Bunga Rafflesia jenis ini tersebar hampir merata di semua kabupaten Provinsi Bengkulu, yakni mulai dari Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Seluma, Bengkulu Selatan, Kaur, Kepahiang, Rejang Lebong, dan Lebong.
2.1.2. Rafflesia bengkuluensis Susatya, Arianto, et Mat- Salleh
Rafflesia bengkuluensis merupakan jenis terbaru bunga rafflesia dari Indonesia, setelah 20 tahun lebih jenis terakhir ditemukan di Indonesia. Jenis ini lama dianggap sebagai R.
arnoldii dari Talang Tais, Kabupaten Kaur. Jenis ini memakai nama epithat Bengkuluensis untuk menghormati Bengkulu sebagai lokasi pertama kali jenis Rafflesia dideskripsikan. Jenis ini secara geografis mempunyai sebaran di lembah sungai Padang Guci. Baru-baru ini koloni jenis ini dijumpai di daerah Manau Sembilan. Populasi di Talang Tais sudah mengalami kepunahan lokal.
Gambar 4. Bunga Rafflesia bengkuluensis sedang mekar (Dokumentasi: Jhoni, Gatra).
Jenis ini berukuran medium (diameter bunga 50-55 cm) dengan helai perigon berukuran 15-19 cm. Helai perigon berwarna oranye tua atau merah bata, dengan bercak berwarna orange muda dan berukuran panjang 9 mm dan lebar 4-6 mm . Diaphragma mempunyai lebar 16.2-18.6 cm , dengan lubangnya berdiameter 10.6 –10.1 cm, bintik di permukaan diaphragma berwarna oranye muda, bulat, dan tidak membentuk lingkaran.
2.1.3. Rafflesia gadutensis Meijer
Rafflesia gatutensis merupakan jenis dengan ukuran menengah dengan garis tengah diameternya berkisar antara 40-46 cm. Helai perigonnya dan permukaan atas diaphragma mempunyai warna merah maron muda. Bercak di bagian atas helai perigon dan diaphragma mempunyai ukuran yang seragam dan berwarna merah muda. Jumlah bercak di helai perigon paling panjang berkisar antara 10-12 buah. Di perigon, bercak mempunyai ukuran besar dan kadang-kadang berdempetan di bagian bawah dekat diaphragma. Ramenta jenis ini ada dua jenis yaitu; ramenta dengan ujung atasnya membengkak ( crateriform ) dan tipe jamur (toadstool ). Jumlah prosesi sebanyak 17-30, sedangkan jumlah anther bunga jantan sebanyak 30.Warna perigon merah maron. Bintik di helai perigon bagian bawah cenderung bersatu
Jenis ini ditemukan di sisi barat Pengunungan Bukit Barisan di Kabupaten Muko-Muko dan Bengkulu Utara. Hal ini didasarkan informasi bahwa jenis ini pernah dilihat oleh K. Schaefer pada tahun 1934 di sekitar tambang emas di Bengkulu Utara. Sejak saat itu tidak ada laporan keberadaan jenis di Bengkulu. Tidak adanya laporan keberadaannya jenis Jenis ini ditemukan di sisi barat Pengunungan Bukit Barisan di Kabupaten Muko-Muko dan Bengkulu Utara. Hal ini didasarkan informasi bahwa jenis ini pernah dilihat oleh K. Schaefer pada tahun 1934 di sekitar tambang emas di Bengkulu Utara. Sejak saat itu tidak ada laporan keberadaan jenis di Bengkulu. Tidak adanya laporan keberadaannya jenis
Gambar 5. R. gadutensis sedang mekar. (Dokumentasi: Kamarudin Mat- Salleh).
2.1.4. Rafflesia hasseltii Suringar
Rafflesia hasseltii merupakan jenis Rafflesia yang paling cantik. Jenis ini sangat mudah dikenali dan dibedakan
dengan jenis lain. Pada helai perigon yang berwarna merah maroon, terdapat bercak putih yang lebar, dominan, dan berbentuk persegi panjang yang tidak teratur. Dalam satu helai perigon, jumlah bercak ini berkisar antara 4-6 buah. Bunga mekar berukuran 35-50 cm.
Gambar 6. Kiri : kuncup aerial mengantung pada ketinggian2-3 m dpl. Kanan atas: Rafflesiahaseltii mekar 1 hari (Dokumentasi: Agus Susatya)
Hanya ada satu populasi yang produktif dari jenis ini yang masih dapat dijumpai yaitu; di perbatasan antara Ketenong II (Kab. Lebong, Propinsi Bengkulu) dengan TNKS. Pengamatan terakhir pada tahun 2006 di lokasi ini Hanya ada satu populasi yang produktif dari jenis ini yang masih dapat dijumpai yaitu; di perbatasan antara Ketenong II (Kab. Lebong, Propinsi Bengkulu) dengan TNKS. Pengamatan terakhir pada tahun 2006 di lokasi ini
2.1.5.Bunga Bangkai ( Amorphophallus titanum dan Amorphopalus gigas )
Genus Amorphophallus merupakan kelompok besar tumbuhan herba yang terdiri dari kurang lebih 170 jenis yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Genus ini masuk di dalam famili Araceae, atau sering dikenal dengan famili Arum atau Talas-Talasan. Beberapa jenis dari kelompok ini dapat digunakan sebagai cadangan pangan atau dikenal sebagai tumbuhan Suweg.
Bintang di genus ini adalah Amorphophallus titanum, dan merupakan tumbuhan dengan bunga majemuk terbesar di dunia. Jika berbunga, ukuran bunga dapat mencapai ketinggian 2.5 m dan lebar 1.5 m. Jenis ini lebih besar sedikit daripada Amorphophallus gigas , walaupun kadang-kadang jenis terakhir ini, bunganya lebih tinggi. Jenis terakhir dapat mencapai tinggi 5 m. Amorphophallus titanum juga sering disebut Bunga Bangkai, Suweg Raksasa, atau Batang krebuit.
Gambar 7. Amorphophalus titanum sedang mekar (Dokumentasi :Agus Susatya)
Nama terakhir merujuk kepada fase vegetatif jenis ini.Bunga bangkai merupakan endemik di Sumatera dan sering ditemukan di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan.
Di Bengkulu jenis ini sering dijumpai di lereng sebelah barat dan timur Bukit Barisan.Daerah Kepahiang, Bengkulu
Tengah, dan Lebong merupakan kabupaten yang sering melaporkan terjadinya bunga mekar.
Gambar 8. Bunga Amorphophalus gigas sedang mekar (Dokumentasi : Agus Susatya). Amorphophalus gigas digambarkan mempunyai helai daun tunggal dengan beberapa lobe yang berbentuk tombak Gambar 8. Bunga Amorphophalus gigas sedang mekar (Dokumentasi : Agus Susatya). Amorphophalus gigas digambarkan mempunyai helai daun tunggal dengan beberapa lobe yang berbentuk tombak
4.26 m, dengan tangkai bunga mencapai 2-3.5 m. Berdasarkan persyaratan tanah untuk habitatnya, maka Amorphophallus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Amorphophaus yang hidup di daerah dengan musim kering yang nyata. Kelompok ini dapat hidup di tanah yang berat (geluh atau teksturnya banyak mengandung liat). Kelompok ini dicirikan dengan umbi yang memanjang. Kelompok kedua, termasuk Amorphophalus titanum , mempunyai persyaratan hidup di tanah yang mempunyai porositas yang baik, dimana proses aerasi dan aliran air di dalam tanah lancar. Tanah dengan kriteria di atas adalah tanah yang dominan mengandung pasir atau bahan organik. Tanah yang berpasir ini sangat dibutuhkan untuk perkembangan umbi dan akar. Tanah dengan porisitas yang jelek akan menyebabkan penggenangan di sekitar tempat tumbuhnya. Genangan air ini yang memicu terjaganya pembusukan.
A B Gambar 9. Tinggi bunga Amorphophalus titanum mekar (a) dan Seludang Amorphophalus titanum (b) (Dokumentasi :Agus Susatya).
2.2. Anggrek Hutan
2.2.1. Bulbophyllum sp.3
Anggrek ini tumbuh sebagai epifit pada pohon, memiliki ukuran tanaman yang kecil yaitu dengan tinggi sekitar 11 cm dan diameter pseudobulb 0,5 cm.
Gambar 10. Anggrek Bulbophyllum sp.3 sedang mekar (Dokumentasi : Dwi Wahyuni Ganefianti)
Daun memanjang berbentuk pita dengan panjang sekitar 9 cm dan lebar 0,5 cm.Tangkai bunga muncul pada ujung pseudobulb tepatnya pada pangkal daun. Tipe pembungaan anggrek ini yaitu berbunga tunggal, setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga anggrek ini memiliki panjang 1,5 cm dan lebar 1,0 cm. Sepal dan petal bunga berwarna hijau muda kekuningan. Labellum anggrek berwarna kekuningan dengan bagian tengah berwarna ungu kemerahan.Bunga mekar hanya bertahan selama dua hari. Periode berbunga anggrek ini yaitu pada bulan Desember.
2.2.2. Dendrobium sp.3
Anggrek jenis ini dapat ditemukan di hutan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Anggrek ini tumbuh sebagai epifit pada pohon dengan pertumbuhan menjuntai ke bawah.Tinggi tanaman bisa mencapai 160 cm. Batang berbentuk pseudobulb yang beruas-ruas dan berwarna coklat kemerahan. Daun berbentuk lanset dan tumbuh berselang seling pada sisi batang.
Tangkai bunga pada sisi pseudobulb dan tumbuh pada ruas yang tidak berdaun. Pada satu tangkai terdapat satu Tangkai bunga pada sisi pseudobulb dan tumbuh pada ruas yang tidak berdaun. Pada satu tangkai terdapat satu
Sepal dan petal bunga berwarna ungu muda. Labellum anggrek berwarna putih dengan permukaan berbulu, berbentuk segitiga dengan sisi kanan dan sisi kiri menggulung.
Gambar 11. Bunga anggrek Dendrobium sp. 3 (Dokumentasi : Dwi Wahyuni Ganefianti).
2.2.3. Cymbidium bicolor Anggrek ini tersebar di semua daerah di Bengkulu dan tumbuh berumpun sebagai tumbuhan epifit pada pohon. Daun anggrek ini berbentuk pita dengan panjang 48 cm dan lebar 1,5 cm. Tangkai bunga menggantung dan muncul pada pangkal batang. Pada setiap tangkai bunga terdapat sekitar 10 kuntum bunga. Kedudukan kuntum bunga berselang-seling pada tangkai bunga.
A B Gambar 12. Anggrek Cymbidium bicolor (a) dan satu kuntum
bunganya (b) (Dokumentasi : Dwi Wahyuni Ganefianti).
Bunga mekar berbentuk bintang, dengan ukuran panjang bunga 3,6 cm dan lebar bunga 3,3 cm. Sepal dan petal memiliki dua warna yaitu warna merah tua pada bagian tengah dan warna putih pada bagian tepi. Labellum berbentuk bulat telur, berwarna kuning dan berbintik-bintik merah tua. Bunga segar akan bertahan hingga 7 hari. Buah anggrek ini berbentuk gemuk lonjong dan berwarna hijau tua.
2.2.4. Eulophia graminea Anggrek ini ditemukan tumbuh pada pasir di tepi pantai di Kota Bengkulu dan tumbuh sebagai saprofit pada sisa-sisa batang kayu yang telah membusuk. Anggrek ini memiliki ukuran dengan tinggi sekitar 29 cm. Batang anggrek ini berbentuk umbi atau kormus dengan diameter mencapai 5 cm. Daun anggrek ini berbentuk pita berujung lancip dengan ukuran panjang daun 20 cm dan lebar daun 2 cm.
Tangkai bunga muncul pada pangkal dan ujung batang.Tipe pembungaan anggrek ini berbentuk malai, dimada pada tangkai utama terdapat cabang tangkai.
Pada setiap tangkai terdapat hingga 57 kuntum bunga. Bunga mekar memiliki ukuran panjang 1,4 cm dan lebar 2,2 cm. Sepal dan petal berwarna kehijauan dan bergaris merah kecoklatan. Labellum anggrek ini berwarna putih dan bagian tengah berwarna ungu muda. Buah berbentuk kapsul dan berwarna hijau.
Gambar 13: Tanaman Eulophia graminea di habitat aslinya (Dokumentasi : Dwi Wahyuni Ganefianti)
2.2.5. Eria sp. Anggrek ditemukan di pulau Enggano salah satu pulau kecil di Bengkulu Utara, Bengkulu.Anggrek hidup sebagai epifit menempel di batang pohon. Anggrek mempunyai keunikan pada jumlah bunga yang mencapai 85- 110 kuntum per tangkai, berwarna putih bersih, dengan diameter bunga 0,5-0,8 cm. Tanaman ini mempunyai panjang daun 14 cm dengan lebar daun 4 cm, dengan jumlah daun per batang semu 3-4 daun, bunga muncul pada ruas yang tidak ada daun.
Gambar 14. Anggrek Eria sp . sedang berbunga (Dokumentasi : Dwi Wahyuni Ganefianti)
2.2.6. Phalaenopsis tetraspis
. Gambar 15. Anggrek Phalaenopsis tetraspis
(Dokumentasi : Dwi Wahyuni Ganefianti).
Anggrek ini dapat di jumpai di pulau Enggano Provinsi Bengkulu. Tumbuh sebagai tumbuhan epifit pada pohon. Daun anggrek ini berbentuk lonjong dengan ukuran panjang Anggrek ini dapat di jumpai di pulau Enggano Provinsi Bengkulu. Tumbuh sebagai tumbuhan epifit pada pohon. Daun anggrek ini berbentuk lonjong dengan ukuran panjang
2.2.7. Robiquetia spathulata Anggrek ini merupakan anggrek epifit, memiliki batang bertekstur keras dan memiliki akar lekar dan akar udara. Kedudukan daun berselang seling pada sisi batang.Daun berbentuk lonjong dengan ujung daun membelah.Tangkai bunga muncul pada ketiak daun. Bunga berukuran kecil dengan panjang 1,1 cm dan lebar 1,2 cm. Sepal dan petal berwarna merah kecoklatan, bagian tengah dan ujung sepal petal berwarna kuning. Labelum berwarna kuning, sedangkan pada keping sisi berwana kuning sedikit garis garis brwarna merah kecoklatan.Jumlah bunga per tangkai berkisar antara 98-124 kuntum bunga. Bunga segar 2.2.7. Robiquetia spathulata Anggrek ini merupakan anggrek epifit, memiliki batang bertekstur keras dan memiliki akar lekar dan akar udara. Kedudukan daun berselang seling pada sisi batang.Daun berbentuk lonjong dengan ujung daun membelah.Tangkai bunga muncul pada ketiak daun. Bunga berukuran kecil dengan panjang 1,1 cm dan lebar 1,2 cm. Sepal dan petal berwarna merah kecoklatan, bagian tengah dan ujung sepal petal berwarna kuning. Labelum berwarna kuning, sedangkan pada keping sisi berwana kuning sedikit garis garis brwarna merah kecoklatan.Jumlah bunga per tangkai berkisar antara 98-124 kuntum bunga. Bunga segar
Robiquetia spathulata mempunyai karakteristik, yakni dalam satu tangkai terdapat puluhan kuntum bunga (kanan),
bunga yang menjadi buah (kiri atas) dan tanaman utuhnya.
Gambar 16. Tanaman anggrek Robiquetia spathulata (Dokumentasi : Dwi Wahyuni Ganefianti).
2.2.8. Koleksi 25
Anggrek ini tumbuh berumpun dan hidup sebagai tumbuhan epifit. Batang beruas-ruas berwarna hijau kekuningan. Daun duduk berselang seling pada sisi batang dengan panjang 2,5 cm dan lebar 0,7 cm. Daun berbentuk lanset, tidak bertulang, tebal, dan berair. Posisi pertumbuhan tangkai terdapat pada ketiak daun dan padabagian ujung batang. Bunga berwarna putih bersih. Labelum berwarna putih, pada bagian tengah berwarna kuning. Bunga mekar bertahan selama 3 hari.
Gambar 17. Tanaman anggrek Koleksi 25 (Dokumentasi : Dwi Wahyuni Ganefianti)
2.2.9. Koleksi 26
Anggrek ini dapat ditemukan di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.Tumbuh sebagai terrestrik dan memiliki tinggi tanaman mencapai 196 cm. Daun angrek ini tumbuh berselang-seling pada sisi batang.Daun berbentuk pensil, berujung lancip, dan berwarna hijau tua.
Gambar 18. Tanaman anggrek Koleksi 26, warna bunga putih
(kiri) dan bentuk batang (kanan) (Dokumentasi : DwiWahyuni Ganefianti).
Tangkai bunga muncul pada sisi batang, akan tetapi bukan pada ketiak daun. Pada setiap tangkai bunga terdapat 2 hingga 11 kuntum bunga. Bunga anggrek ini memililiki ukuran yang besar, dengan panjang bunga 7,6 cm dan lebar bunga 6,5 cm. Bunga berwarna putih polos, bagian tengah labellum berwarna kuning. Bunga mekar bertahan hingga 5 hari.
Periode pembungaan anggrek ini yaitu pada bulan Maret dan April. Buah anggrek ini berbentuk kapsul dengan panjang buah 7 cm dan diameter buah 1,5 cm
2.3. Pakis
2.3.1. Resam
Pakis Resam merupakan paku-pakuan yang sangat mudah dijumpai di lahan bukaan hutan dengan habitat yang mempunyai curah hujan tinggi dan pH yang rendah.Resam sering digunakan sebagai indikator untuk lahan yang miskin hara dengan tanah yang mempunyai sifat asam. Tumbuhan ini sering dijumpai di daerah pengunungan sampai dengan ketinggian 2.800 mdpl yang lahannya terkena lansung sinar matahari, tetapi mempunyai kelembaban yang tinggi.
Di Bengkulu resam ini biasanya muncul setelah lahan dibakar dan dibiarkan tidak terpelihara, dan menjadi tumbuhan yang dominan di sisi kiri dan kanan jalan yang membelah hutan lindung, jalan-jalan desa yang kurang terpelihara dengan jenis tanah podzolik, atau daerah terbuka dimana tumbuhan pioner belum dominan. Resam ini banyak dijumpai di jalan raya antara Bengkulu- Curup, Curup-Muara Aman, Muara Aman-Arga Makmur.
Gambar 19. Pakis Resam (Dokumentasi : Agus Susatya).
2.3.2. Paku Sarang Burung
Paku Sarang Burung ( Asplenium nidus Linn) sangat mudah dikenali karena daunnya yang lebar, dan bersama- sama membentuk bangunan seperti Sarang Burung.Paku jenis ini biasanya dijumpai menempel di batang pohon yang besar. Paku jenis ini mempunyai penulangan menyirip dan sangat rapat. Paku jenis ini mempunyai spora di sisi bawah helai daun. Daun berwarna hijau muda dan akan berwarna kuning jika sudah tua. Kebanyakan daun yang tua tidak langsung gugur, tetapi secara perlahan membentuk dan melingkupi secara rapat batang pohon yang jadi inangnya.Bangunan ini sering menampung air, dan mikrofauna yang merupakan sumber hara bagi tumbuhan paku.
Jenis paku ephifit ini biasanya hidup di lingkungan dengan kelembaban udara yang tinggi, dan dengan intensitas cahaya relatif yang rendah. Di Bengkulu jenis ini sering dijumpai di hutan lindung bukit daun dan TNKS, dan TWA Bukit Kaba
Gambar 20. Pakis Sarang Burung (Dokumentasi : Agus
Susatya).
2.3.3. Paku Pohon
Paku Pohon ( Cyathea contaminans (Hook) Capel) merupakan jenis yang sangat luas sebaran geografinya.Jenis ini sering juga disebut Paku Pohon Pengunungan, hal ini disebabkan habitatnya biasanya di daerah pengunungan sampai di ketinggian hampir 2000 m dpl. Di dataran rendah, walaupun relatif jarang dijumpai, jenis ini biasanya ditemukan di pinggir sungai dengan suhu rendah, atau dapat dijumpai pada habitat dengan suhu berkisar antara 5 sampai dengan 32 C.
Di antara jenis paku-pakuan jenis ini sangat menarik karena cepat tumbuh, dan bila mati, bagian tengah berlubang.Di beberapa tempat jenis ini bisa mencapai ketinggian lebih dari 20 m dengan luas kanopi mencapai 7 m. Di Bengkulu Jenis banyak ini dijumpai di Kab. Lebong, TWA Bukit Kaba, dan HL Bukit Daun, terutama di pinggir sungai. Di Indonesia, jenis paku ini termasuk paling banyak dicari karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, batangnya yang kering berwarna hitam pekat yang mempunyai pola seperti anyaman menyebabkan batang kayu ini sering dimanfaatkan untuk pembuatan cendera mata.
Gambar 21. Pakis Pohon (Dokumentasi : Agus Susatya).
2.3.4 Paku Simpai
Paku Simpai ( Cibotium barometz [L.] J.sm) sangat menarik, dan dapat tumbuh mencapai 3 m. Batangnya pejal, dan tangkai daun ditumbuhi rambut yang berwarna coklat emas yang disebut pill cibotii. Pada kuncupnya muda, ujungnya Paku Simpai ( Cibotium barometz [L.] J.sm) sangat menarik, dan dapat tumbuh mencapai 3 m. Batangnya pejal, dan tangkai daun ditumbuhi rambut yang berwarna coklat emas yang disebut pill cibotii. Pada kuncupnya muda, ujungnya
Gambar 22. Pakis Simpai (Dokumentasi : Agus Susatya).
Di Bengkulu jenis dijumpai di hutan yang berhawa dingin seperti Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, dan Kabupaten Lebong.Daun muda dan rimpang dari paku ini diyakini bisa memperkuat fungis hati dan ginjal, Di Bengkulu jenis dijumpai di hutan yang berhawa dingin seperti Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, dan Kabupaten Lebong.Daun muda dan rimpang dari paku ini diyakini bisa memperkuat fungis hati dan ginjal,
2.4. Pohon Kehutanan
2.4.1. Cemara Pantai
Pantai barat Provinsi Bengkulu mengalami tingkat abrasi yang semakin parah dan makin mengkhawatirkan. Hantaman ombak dan gelombang laut yang keras sepanjang musim akan menyebabkan kawasan pantai akan kehilangan daratan rata-rata selebar kurang lebih dua meter setiap tahun. Penanaman pohon di wilayah pantai perlu didasarkan pada jenis tanaman yang sesuai dan kemampuan tumbuh di daerah pantai serta memiliki keunggulan antara lain tidak mudah roboh karena angin, toleran terhadap kondisi tanah dan pasir yang marginal dan salin, dapat digunakan sebagai tanaman hias untuk mempercantik daerah sekitar dan tempat peristirahatan di tepi laut.
Salah satu tanaman yang memiliki keunggulan- keunggulan seperti hal tersebut adalah Cemara laut ( Casuarina equisetifolia L). Cemara laut tahan terhadap angin, sehingga cemara laut dapat digunakan secara luas Salah satu tanaman yang memiliki keunggulan- keunggulan seperti hal tersebut adalah Cemara laut ( Casuarina equisetifolia L). Cemara laut tahan terhadap angin, sehingga cemara laut dapat digunakan secara luas
Gambar 23. Populasi Cemara Laut di habitatnya (Dokumentasi : Rosmala Dewi).
Cemara Laut tumbuh pada ketinggian 0-1500 m di atas permukaan laut (dpl). Pohon ini dapat tumbuh baik pada tanah yang relatif subur, tetapi dapat juga tumbuh dengan Cemara Laut tumbuh pada ketinggian 0-1500 m di atas permukaan laut (dpl). Pohon ini dapat tumbuh baik pada tanah yang relatif subur, tetapi dapat juga tumbuh dengan
Provinsi Bengkulu sudah memiliki Sumber Benih Kehutanan Cemara Pantai yang sudah bersertifikat, dengan sertifikatNo. 142/BPTH.Sum-2/SSB/2011 berlokasi di Pantai Panjang Bengkulu, Kelurahan Kuala Lempuing, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu.
Tanaman cemara laut termasuk famili Casuarinaceae, tinggi batang mencapai 25 m dengan tinggi bebas cabang sekitar 2-8 m. Batang berbentuk bulat lurus berwarna putih belang kehitaman dan mempunyai cabang yang tidak terlalu besar dan panjang.
Struktur perakarannya tunggang dengan akar samping yang sebagian besar menjalar di seluruh permukaan tanah. Daun majemuk berbentuk jarum berbuku-buku berwarna hijau tua. Buah bentuk kotak, warna coklat / pipih coklat.
2.4.2. Mahoni
Mahoni (Swietenia macrophylla) adalah anggota suku Meliaceae yang mencakup 50 genera dan 550 spesies tanaman kayu. Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi Mahoni (Swietenia macrophylla) adalah anggota suku Meliaceae yang mencakup 50 genera dan 550 spesies tanaman kayu. Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi
berbanir, kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu- abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.
Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya
dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai. Pohon mahoni dapat mengurangi polusi udara 47-69%, pohon pelindung, kayu punya nilai ekonomis tinggi, meubel, furnitur, bangunan, kerajinan tangan, getah mahoni yang disebut blendok dapat digunakan sebagai bahan baku lem, daun mahoni untuk pakan ternak, kulit sbg pewarna pakaian, dll.
Kain yang direbus bersama kulit mahoni akan menjadi kuning dan tidak mudah luntur.
Gambar 24.Pohon mahoni di Taman Remaja Kota Bengkulu (Dokumentasi : Rosmala Dewi).
Provinsi Bengkulu sudah memiliki sumber benih kehutanan Kayu Mahoni dengan sertifikat. Nomor 143/BPTH.Sum- 2/SSB/2011 berlokasi di taman Remaja Jln. Mangga Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu, dengan luas 0,5 hektar.
Gambar 25. Populasi Mahoni di Kota Bengkulu dan morfologi buahnya (insert) (Dokumentasi : Rosmala Dewi).
Sumber Benih Mahoni ini sudah masuk dalam daftar sumber benih nasional tanaman kehutanan. Benihnya wajib diambil dari sumber benih bersertifikat, sesuai dengan Keputusan Menhut RI Nomor SK. 707 /Menhut-II/ 2013. Calon lokasi sumber benih mahoni yang masih tahap Sumber Benih Mahoni ini sudah masuk dalam daftar sumber benih nasional tanaman kehutanan. Benihnya wajib diambil dari sumber benih bersertifikat, sesuai dengan Keputusan Menhut RI Nomor SK. 707 /Menhut-II/ 2013. Calon lokasi sumber benih mahoni yang masih tahap
2.4.3. Bayur
Bayur (Pterospermum javanicum) adalah jenis pohon yang termasuk famili Sterculiaceae yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku kayu yang semakin meningkat. Pohon bayur dapat digunakan sebagai pohon penghijauan karena karateristiknya yang mudah tumbuh. Selain itu semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan untuk manusia untuk mengobati gatal-gatal karena banyak mengandung tannin.
Pohon bayur merupakan pohon besar, tinggi dapat mencapai 45 m dan berdiameter lebih 100 cm. Ranting- ranting berambut halus, mempunyai akar banir yang dapat tumbuh mencapai 2 m. Ukuran pohon yang besar dan kemampuan akar untuk menyerap air yang banyak membuat tanaman ini cocok digunakan untuk pohon penghijauan.
Batang Bayur, permukaan kulit batang halus, bersisik, bercelah dangkal, berlentisel. Daun Bayur, berdaun tunggal, Batang Bayur, permukaan kulit batang halus, bersisik, bercelah dangkal, berlentisel. Daun Bayur, berdaun tunggal,
Pohon bayur tumbuh pada tanah basah yang tidak tergenang air dan dapat juga tumbuh pada tanah kering, pada tanah liat, tanah pasir atau tanah liat berpasir.Tumbuh melimpah padahutan terutama disekitar sungai, tanah alluvial, hingga pada ketinggian 1.400 m dpl.
Gambar 26. Pohon Bayur (Dokumentasi : Rosmala Dewi)
a B Gambar 27. Batang tanaman Bayur (a) dan Bunga tanaman
Bayur (b)(Dokumentasi : Rosmala Dewi).
Kayu bayur berwarna merah pucat, merah coklat muda, hingga keungu-unguan. Berat jenis kayu bayur berkisar antara 0,35 – 0,70 (rata-rata 0,53)dan dimasukkan ke dalam kelas tanaman kehutanan. Daun adalah daun tunggal yang terletak berseling, bertangkai pendek 3-6 mm. Helaian daun bundar. Kulit batangnya dapat dimanfaatkan untuk manusia.
Provinsi Bengkulu sudah memiliki Sumber Benih Kehutanan Kayu Bayur yang sudah bersertifikat, dengan sertifikat No. 022/BPTH.Sum-2/SSB/2014 berlokasi di Desa Linau Kecamatan Maje Kabupaten Kaur.
2.4.4. Gaharu
Gaharu ( Aquilaria malaccensis Lamk) merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi, sehingga sangat tepat apabila dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia. Hampir semua bagian pohon gaharu ini dapat dimanfaatkan untuk bahan baku produk, praktis tidak ada bagian yang terbuang.
Batang gaharu memiliki ciri : kulit batang warna putih, daging kayu keras, daun meruncing bagian ujung daun, tampak mengkilap jika terkena matahari. Buah bulat telur, panjang 3-5 cm, denga kulit tertutup oleh bulu halus kemerahan, ciri lainnya kandungan resin berbau wangi.
Pengembangan tanaman tergantung dari ketersediaan benih dan bibit yang berkualitas sempurna dan dalam kuantitas yang cukup banyak. Sebagaimana umumnya untuk
tanaman jenis kehutanan/tanaman keras lainnya, perbanyakan bibit gaharu dapat melalui berbagai cara tanaman jenis kehutanan/tanaman keras lainnya, perbanyakan bibit gaharu dapat melalui berbagai cara
Gambar 28. Pohon Gaharu (Dokumentasi : Rosmala Dewi)
Pohon penghasil Gaharu cocok ditanam di antara daerah dataran rendah hingga ke perbukitan pada ketinggian
0 – 750 meter dari permukaan air laut dengan curah hujan kurang dari 2000 cm, suhu yang sesuai adalah antara 27°C hingga 32°C dengan kadar cahaya matahari sebanyak 70%, 0 – 750 meter dari permukaan air laut dengan curah hujan kurang dari 2000 cm, suhu yang sesuai adalah antara 27°C hingga 32°C dengan kadar cahaya matahari sebanyak 70%,
A B Gambar 29. Buah gaharu yang sudah siap dibenihkan (a) dan
benih gaharu yang siap disemai (b) (Dokumentasi : Rosmala Dewi).
2.4.5. Meranti Merah
Meranti merah ( Shorea sp) adalah nama sejenis kayu pertukangan yang populer dalam perdagangan. Berbagai jenis kayu meranti dihasilkan oleh marga Shorea dari suku Dipterocarpaceae. Sifat-sifat kayu meranti merah tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang. Kayu terasnya berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua kecoklatan.
Berdasarkan BJ nya, kayu ini dibedakan lebih lanjut atas meranti merah muda yang lebih ringan dan meranti merah tua yang lebih berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara kedua kelompok ini, sementara jenis-jenis Shorea tertentu terkadang menghasilkan kedua macam kayu itu.
Ciri Batang Meranti Merah, tinggi pohon 60 m, diameter 1 m, banir menonjol tapi tidak terlalu besar, kulit coklat keabuan. Daun lonjong sampai bulat telur, panjang 8-
14 cm, pangkal daun bawah bersisik seperti krim, bunga kecil dengan warna kuning pucat, buah sperti kacang yang terbungku kelopak bunga, kelopak ada 3 cuping memanjang bentuk sendok 10 cm.
Dari 70 spesies Shorea yang termasuk dalam kelompok meranti merah, salah satunya terdapat di Provinsi Bengkulu khususnya Kabupaten Bengkulu Utara. Sumber benih meranti merah di Kabupaten Bengkulu Utara tepatnya di Desa Kemumu Kecamatan Arga Makmur sudah bersertifikat dengan No. 002/BPTH.Sum-2/SSB/2012 tanggal 24 Pebruari 2012.
Gambar 30. Batang dan pengukuran diameter meranti merah di Desa Kemumu Argamakmur Bengkulu Utara (Dokumentasi : Rosmala Dewi).
2.4.6. Traps / Lantung
Kayu Lantung ( Arthocarpus elasticus ) banyak jenisnya. Kayu ini di Provinsi Bengkulu menyebar hampir di semua kabupaten/kota.
Gambar 31. Pohon Terap, pucuk terap (insert atas) dan bagian tanaman mengeluarkan getah (insert kanan bawah) (Dokumentasi : Agus Susatya).
Terap merupakan pohon yang dapat mencapai ketinggian 45 meter, dengan diameter yang dapat mencapai
90 cm, mempunyai banir yang tinggi, pohon dengan batang bebas cabang yang tinggi, dengan tajuk setengah lingkaran, batang berwarna abu-abu coklat dengan permukaan kulit relatif halus.
Daun penunmpu berada di ujung ranting dan bisa mencapai 6-20, cm. Bunga jantan berbentuk silinder dengan panjang 6-15 cm, bunga betina berbentuk synkarpus berukuran 12 x 6 cm, berwarna kuning kecoklatan, dan berdaging Di Bengkulu, jenis ini sering dijumpai di dataran rendah, terutama pada lahan yang baru dibuka. Terap juga dikenal sebagai tumbuhan pioner, oleh karena itu dengan mudah tumbuh di daerah terbuka. Provinsi Bengkulu merupakan daerah penghasil kerajinan lantung yang potensial dengan berbagai bentuk kerajinan. Kayu lantung yang diambil adalah bagian kulit pohonnya sebagai bahan baku cindramata
. Gambar 32. Tanaman, buah dan biji Terap di Seluma (Dokumentasi : Rosmala Dewi).
2.4.7. Kayu Bawang
Kayu bawang (Podium javanicum) merupakan jenis kayu yang telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Provinsi Bengkulu. Kayu ini merupakan jenis unggulan Provinsi Bengkulu yang sudah termasuk langka/ hampir Kayu bawang (Podium javanicum) merupakan jenis kayu yang telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Provinsi Bengkulu. Kayu ini merupakan jenis unggulan Provinsi Bengkulu yang sudah termasuk langka/ hampir
Kayu Bawang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Provinsi Bengkulu sejak zaman penjajahan jepang. Sebagian masyarakat menanam kayu bawang di kebun dan pekarangan serta telah menjadi komoditas budidaya tradisional yang harus dipertahankan.
Gambar 33. Populasi Kayu Bawang di Lebong Utara (Dokumentasi : Rosmala Dewi).
Ciri Pohon Kayu Bawang tinggi 20 m, diameter 100 cm, batang agak bongkok dan pendek, gubalnya berwarna kelabu. Kayu bawang berdaun majemuk 7 – 17 pasang pertangkai, berbentuk lonjong dan bergerigi. Ciri Lainnya Daunnya pahit dan seperti bau bawang putih. Provinsi Bengkulu sudah memiliki Sumber Benih Kayu Bawang yang sudah bersertifikat
dengan Nomor sertifikat 140/BPTH.sum-2/SSB/2011 di Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah dengan luas 1 Ha.
Gambar 34. Bibit Kayu Bawang (kiri) dan batang Kayu Bawang (kanan) (Dokumentasi : Rosmala Dewi)
2.4.8. Ketapang
Pohon ketapang merupakan jenis tumbuhan liar di kawasan tepi laut dengan nama botani Terminalia catappa . Ketapang digunakan sebagai tanaman landsekap yang biasa ditanam di perkantoran, tepi jalan dan kawasan bangunan. Di Bengkulu, jenis ini dijumpai di daerah pantai, dan sering dipakai sebagai pohon ornamental karena percabangannya mendatar.. Tumbuhan ini sangat menarik karena terjadi pergantian warna daun, menyerupai tumbuhan di daerah sedang, di musim pancaroba dari penghujan ke musim kemarau, daun dari tumbuhan ini berubah warna secara perlahan dari kuning, oranye, menjadi coklat, dan gugur pada musim kemarau. Pohonnya sederhana dan kadang besar mampu tumbuh setinggi 25-35m. Pohon yang muda sering nampak seperti pagoda.
Ketapang mampu tumbuh dikawasan berbagai jenis tanah, dari tanah berpasir, tanah pantai, tanah gambut dan tanah bermasalah.Biasanya pohon ketapang mudah ditanam dengan biji dengan buah yang matang. Kulit kayu pohon ketapang mengandung taninyangtinggi(11-23%).
Gambar 35. Tanaman bibit dan pohon Ketapang (Dokumentasi : Rosmala Dewi).
Ketapang berbatang kayu keras, dapat dibuat perabot rumah tangga, perahu, juga bahan bakar yang baik.
Daun ketapang lebar berbentuk bulat telur dengan pangkal daun runcing dan ujung daun lebih tumpul. Pertulangan daun sejajar dengan tepi daun berombak.
Daunnya meluruh (meranggas) dua kali dalam setahun. Bunga ketapang berukuran kecil dan terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting berwarna kuning kehijauan dengan panjang sekitar 8 –25 cm. Buahnya batu berbentuk bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat muda buah ketapang berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi ungu kemerahan saat matang.
Selain itu bentuk tajuk dan rantingnya yang khas sehingga teduh serta pertumbuhannya yang relatif cepat, membuat pohon ketapang kerap ditanam sebagai pohon peneduh di pingir jalan atau taman. Ketapang mampu tumbuh dikawasan berbagai jenis tanah, dari tanah berpasir, tanah pantai, tanah gambut dan tanah bermasalah.Biasanya pohon ketapang mudah ditanam dengan biji dengan buah yang matang
2.4.9. Pinus
Pinus (Pinus merkusi)i merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia. P. merkusii termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus-menerus dikembangkan dan diperluas penanamannya pada masa Pinus (Pinus merkusi)i merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia. P. merkusii termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus-menerus dikembangkan dan diperluas penanamannya pada masa
Gambar 36. Populasi Pinus di Cagar Alam Air Ketebat Lebong Selatan(Dokumentasi : Rosmala Dewi).
Pinus sering juga disebut Tusam famili Pinaceae, asal mulanya tumbuh secara alami di Aceh, Sumatera Utara dan Gunung Kerinci. Tumbuhan jenis ini mempunyai sifatpioner yaitudapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur seperti padang alang-alang. Di Indonesia pinus dapat tumbuh pada ketinggian 200 – 2.000 m dpl. Pertumbuhan optimal dicapai pada ketinggian antara 400 – 1.500 m dpl. pada tipe iklim A dan B menurut Schmidt – Ferguson, pada Pinus sering juga disebut Tusam famili Pinaceae, asal mulanya tumbuh secara alami di Aceh, Sumatera Utara dan Gunung Kerinci. Tumbuhan jenis ini mempunyai sifatpioner yaitudapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur seperti padang alang-alang. Di Indonesia pinus dapat tumbuh pada ketinggian 200 – 2.000 m dpl. Pertumbuhan optimal dicapai pada ketinggian antara 400 – 1.500 m dpl. pada tipe iklim A dan B menurut Schmidt – Ferguson, pada
Tinggi pohon dapat mencapai 20 – 40 m dengan diameter 100 cm dan batang bebas cabang 2 – 23 m. Pinus tidak berbanir, kulit luar kasar berwarna coklat kelabu sampai coklat tua, tidak mengelupas dan beralur lebar serta dalam.
Gambar 37. Populasi Pinus (Dokumentasi : Rosmala Dewi)
P. merkusii Jungh et de Vriese pertama sekali ditemukan dengan nama tusam di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang ahli botani dari Jerman - Dr. F. R. Junghuhn - pada tahun 1841. Jenis ini tergolong jenis cepat tumbuh dan tidak membutuhkan persyaratan khusus.
Kayu pinus berwarna coklat-kuning muda. Pohon pinus berbunga dan berbuah sepanjang tahun, terutama pada Bulan Juli – November. Biji yang baik kulitnya kering kecoklatan, bentuk bijinya bulat, padat dan tidak berkerut. Manfaat P. merkusii Jungh et De Vriese atau tusam merupakan salah satu jenis pohon industri yang mempunyai nilai produksi tinggi dan merupakan salah satu prioritas jenis untuk reboisasi terutama di luar pulau Jawa.
2.4.10. Damar Mata Kucing
Damar ( Agathis danmmara Warb) umumnya tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.200 m dpl.Tinggi Pohon Damar bisa mencapai 30-40 M, dengan ciri berkayu, bulat, lurus, berlentisel, bergetah keabuabuan. Pohon damar berdaun tunggal, berbunga majemuk dan berakar tunggang. Pohon damar atau Agathis dammara Warb adaberbagai Damar ( Agathis danmmara Warb) umumnya tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.200 m dpl.Tinggi Pohon Damar bisa mencapai 30-40 M, dengan ciri berkayu, bulat, lurus, berlentisel, bergetah keabuabuan. Pohon damar berdaun tunggal, berbunga majemuk dan berakar tunggang. Pohon damar atau Agathis dammara Warb adaberbagai
Ciri damar mata kucing warna bagian teras umumnya berwarna kuning kecoklatan bila segar, lambat laun berubah menjadi coklat kekuning-kuningan sampai coklat tua, kayu damar laut memiliki batasnya tegas dengan gubal yang berwarna lebih muda. Corak: polos atau berjalur-jalur warna agak gelap dan terang bergantian. Daun bentuk jorong, meruncing ke arah ujung. Damar teristimewa ditanam untuk diambil resinnya, yang diolah menjadi kopal. Resin ini adalah getah yang keluar tatkala kulit (pegagan) atau kayu dammar dilukai. Getah akan mengalir dan keluar membeku setelah kena udara beberapa waktu lamanya.
Di Provinsi Bengkulu pohon damar tumbuh alami menyebar di semua wilayah, mulai dari Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Seluma hingga Kabaupaten Kaur. Di Provinsi Bengkulu Damar yang ada umumnya jenis damar mata kucing. Untuk menjaga kelestarian sumber daya genetik pohon damar maka perlu dilakukan penunjukan pohon induk menjadi sumber benih.
Gambar 38. Populasi Damar di Simpang Ngalam Seluma (atas) dan di Bandar Ratu Mukomuko (kanan) (Dokumentasi : Rosmala Dewi).
2.4.11. Merbau
Merbau (Intsia bijuga) atau ipil adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras berkualitas tinggi anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Karena kekerasannya, di wilayah Maluku dan Papua barat kayu ini juga dinamai kayu Merbau (Intsia bijuga) atau ipil adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras berkualitas tinggi anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Karena kekerasannya, di wilayah Maluku dan Papua barat kayu ini juga dinamai kayu