ANALISIS STRUKTUR MELODI SINUNÖ

BAB V ANALISIS STRUKTUR MELODI SINUNÖ

Untuk mengalisa sebuah musik, diperlukan transkripsi untuk menggambarkan atau memvisualisasikan bunyi yang diteliti ke dalam tulisan yang menggunakan simbol-simbol yang dapat dilihat untuk dipahami. Dalam menganalis struktur melodi Sinunö penulis menggunakan teori William P. Malm (1977:15) yang di kenal dengan teori weighted scale untuk menganalisis sinuno (nyanyian), yang membahas scale (tangga nada), nada dasar, range (wilayah nada), frequency of notes (jumlah nada-nada), prevalent interval (interval yang dipakai), cadence patterns (pola-pola kadensa), melodic formula (formula melodi), dan contour (kontur).

Penulis juga melakukan pendekatan seperti yang ditawarkan Nettl (1963:89), yaitu: (1) menganalisa dan mendeskripsikan apa yang kita dengar, dan (2) menuliskan apa yang kita dengar itu di atas kertas, dan kemudian mendeskripsikan apa yang kita lihat itu. Dalam hal ini penulis hanya akan menganalisa nyanyian, yaitu sinuno sebagai nyanyian vocal,bagaimana nada- nadanya, interval yang di pakai, bagaimana irama nyanyian itu.

Setelah mendapatkan nada apa saja yang ada dalam nyanyian, penulis menuliskannya ke dalam garis para nada yang menggunakan notasi Barat atau notasi balok. Penulis memakai notasi Barat karena notasi tersebut paling umum digunakan dan dikenal dalam informasi sebuah musik.

Berikut ini adalah lagu Sinunö pengiring tari Ya’ahowu yang sudah penulis tuangkan kedalam notasi barat atau notasi balok Barat:

5.1 Tangga Nada (scale)

Dalam pengertian yang sederhana, tangga nada dalam musik bisa diartikan sebagai satu set atau satu kumpulan not musik yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang baku sehingga memberikan nuansa atau karakter tertentu. Aturan baku tersebut berupa interval atau jarak antara satu not dengan not yang lain, aturan tentang nada awal dan nada final, dan lain-lain. Ada berbagai macam tangga nada di dalam musik, masing-masing memiliki aturan baku sebagai ciri yang membedakan antara tangga nada yang satu dengan tangga nada yang lain.

Penulis menyusun semua nada-nada yang terdapat dalam nyanyian tersebut. Penulis mengurutkan tangga nada dari nada terendah hingga nada tertingi termasuk nada oktaf jika ada ke dalam garis paranada. Nada terendah adalah G dan tertinggi adalah C. Lagu ini hanya memakai empat buah nada.

5.2 Wilayah Nada (range)

Wilayah nada dalam suatu komposisi musik adalah jarak antara nada terendah dengan nada tertinggi. Oleh karena itu, setelah penulis membuat lagu tersebut ke dalam garis paranada, maka didapatlah range tersebut. Wilayah nadanya adalah sebagai berikut.

G ——

5.3 Nada Dasar (pitch center)

Dalam menentukan nada dasar, penulis berpedoman kepada rekaman yang ada, penulis mendengarkan rekaman dari lagu tersebut dan mencocokkan dengan bantuan alat musik keyboard. Nada dasarnya adalah G. Penulis juga telah membuat tanda kunci G pada garis paranada.

5.4 Formula Melodik (melodic formula)

Bentuk juga dapat dibagi menjadi 5 menurut pendapat Malm (Malm dalam Takari 1993 : 14-15), yaitu:

1. Repetitive, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan.

2. Ireratif, yaitu suatu bentuk nyanyian yang menggunakan formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frase pertama setelah terjadi penyimpangan melodis.

4. Strofic, yaitu apabila bentuk nyanyian diulang dengan formalitas yang sama namun menggunakan teks yang baru.

5. Progressive, yaitu apabila bentuk nyanyian selalu berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru. Pada lagu Sinunö pengiring tari Ya’ahowu ini, penulis menyimpulkan

bahwa bentuk lagu tersebut adalah Repetitive. Hal tersebut dapat dilihat dari notasi lagu yang telah penulis transkripsikan di atas.

5.5 Interval (prevalent interval)

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lainnya (Manoff 1991 : 50). Penulis memisah interval pada lagu tersebut dengan interval naik dan interval turun.

Tabel 1: Distribusi Interval

Dari tabel di atas, maka tampaklah bahwa interval yang paling sering muncul adalah interval 1P sebanyak 16 kali, sedangkan interval yang sedikit muncul adalah interval 3M naik sebanyak 1 kali. Maka dapat dikatakan bahwa banyak nada yang sama yang dipakai dalam lagu tersebut atau tidak terlalu bervariasi.

5.6 Pemakaian Nada/Jumlah Nada (Frequency of Notes)

Jumlah nada dapat dilihat dari banyaknya pemakaian nada yang dipakai dalam sebuah komposisi. Penulis menyusun jumlah nada yang dipakai dalam lagu sesuai dengan tangga nada yang telah dibuat sebelumnya. Dapat dilihat dari gambar garis paranada berikut

6 12 14 8

Maka, dapat dilihat nada B adalah nada yang paling banyak muncul sedangkan nada G merupakan nada yang paling sedikit muncul dalam lagu tersebut.

5.7 Pola Kadensa (Cadence pattern)

5.8 Kontor (contour)

Kontur dapat diartikan alur melodi yang biasanya ditandai dengan menarik garis. Menurut Malm, ada beberapa jenis kontur (Malm dalam Jonson 2000: 76). Jenis-jenis tersebut antara lain:

1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnnya naik dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi, seperti gambar :

2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke nada yang rendah, seperti gambar :

3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah. Begitu juga sebaliknya, seperti gambar :

4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar, seperti gambar :

5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakan intervalnya terbatas, seperti gambar:

Dari jenis-jenis kontur yang tertera di atas, penulis menyimpulkan bahwa jenis kontur dalam lagu Sinunö pengiring tari Ya’ahowu ini mempunyai kontur pendulous. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menggambarkan bentuk kontur sesuai nada pada garis paranada.

BAB VI

PENUTUP