36
tanah. Masing-masing menjadi shogun jenderal setelah berhasil mengalahkan shogun yang sedang berkuasa di daerah tersebut.
70
Oda Nobunaga lahir tahun 1534 adalah seorang daimyo di Owarinokuni prefecture Aichi sekarang. Visi Oda Nobunaga adalah menyatukan seluruh wilayah Jepang pada zaman
Azuchimomoyama.
71
Tetapi kemudian Oda Nobunaga dibunuh oleh anak buahnya sendiri Akechi Mitshuhide pada tahun 1582. Selanjutnya, Toyotomi Hideyoshi membunuh Akechi
Mitshuhide dan kemudian mendirikan istana di Osaka. Visi Toyotomi Hideyoshi juga sama dengan Oda Nobunaga. Pemerintahan Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi ini disebut
dengan Zaman Azuchimomoyama 1573-1603. Toyotomi Hideyoshi lahir tahun 1536 di Nakamura dan merupakan anak dari petani miskin dari Owari no Kuni Aichiken yang menjadi
bushi yang mengabdi kepada Oda Nobunaga dan meningkat terus menjadi bushinya shogun. Yang melanjutkan visi Oda Nobunaga dalam penyatuan bangsa Jepang adalah Toyotomi
Hideyoshi.
72
Toyotomi Hideyoshi menjadi Kanpaku penasehat Tenno dan tahun berikutnya setelah menjadi Daijodaijin pada tahun 1590 dia berhasil menyelesaikan penyatuan seluruh
Jepang.
II.6 Lahirnya Samurai
Samurai adalah para abdi-abdi penguasa feodal yang dipertuan dan senantiasa setia dan membela tuannya sampai titik darah penghabisan. Samurai adalah prajurit setia yang ada pada
sistem negara feodal, yang mengandalkan kekuatan militeristik. Mereka mengabdi pada shogun atau secara harfiahnya adalah jenderalisimo yang mengalahkan para barbar. Shogun mempunyai
bawahan yang menguasai tiap provinsi, yaitu para daimyo, yang mempunyai bawahan setia yaitu para samurai dengan pedang serta jiwa raganya diabdikan padanya.
73
Salah satu tokoh samurai terkenal Jepang adalah Musashi Miyamoto yang dianggap sebagai dewa pedang di Jepang. Musashi lahir pada waktu Jepang berada pada masa pergolakan
perang saudara onin. Musashi tergolong dalam kelas samurai yang selalu membawa dua pedang kemana-mana. Ketika angkatan bersenjata perlahan-lahan dibubarkan Hideyoshi dan
Ieyasu, banyak para ronin samurai yang tidak bertuan mengembara tanpa tujuan. Kelompok
70
Ruosuke Ishii, Op.Cit., Hal. 83
71
Hamzon Situmorang, Op.Cit., Hal. 17
72
Masao Kitami, Op.Cit., Hal. 6
73 www.fitkom.unpad.ac.id diakses pada tanggal 19 Maret 2013 pukul 17.06 WIB
Universitas Sumatera Utara
37
ronin itu biasanya hidup terpisah dengan masyarakat lain. Samurai menjadi kelompok terkucil yang mempertahankan tradisi lama seni militer Jepang. Pendek kata Musashi adalah seorang
‘jagoan’ ketika samurai masih dianggap bergengsi. Dan seperti samurai lain, ketika banyak para samurai yang meninggalkan ‘kesamuraiannya’ menjadi seniman, Musashi terus berusaha
menjadi ronin dengan mencari pencerahan melalui ajaran Kendo.
74
Seorang samurai itu harus dapat mengatasi rasa lapar, sakit dan tahan terhadap penderitaan. Bahkan mereka diperintahkan untuk bersikap seolah-olah merasa sehat jika terluka
bagaimanapun parahnya. Seorang samurai harus dapat mengatasi rasa sakitnya. Bahkan ada sebuah cerita yang menceritakan seorang anak Adipati Katsu dari keluarga samurai yang di
operasi pada bagian pelirnya yang robek dicakar anjing, ayahnya menodongkan pedang ke mukanya dan berkata “jika kau berteriak maka, kau akan mati dengan cara yang tidak
memalukan”. Sedikitnya bahwa seorang samurai itu tidak boleh menunjukkan tanda-tanda penderitaan sampai mati dan harus bisa menanggung rasa sakit tanpa menyeringai.
Kedudukan samurai merupakan kedudukan yang diperoleh secara turun-temurun atau diwariskan sehingga seseorang dari kasta lain tidak dapat masuk ke dalam kasta samurai tersebut. Begitupun
juga dengan seorang samurai, dia tidak bisa pindah ke kasta yang lain meskipun kasta tersebut lebih rendah. Kedudukan tersebut disebut dengan Ascribed-status, yaitu kedudukan seseorang
yang diperoleh melalui kelahiran. Artinya jika dia seorang samurai maka dapat dipastikan bahwa
keluarganya adalah keluarga samurai. Meskipun pada zaman Tokugawa kedudukan samurai itu dapat ‘dibeli’ yaitu dengan mengawinkan seorang samurai dengan kasta lain atau pihak samurai
memungut anak dari kasta lain biasanya pedagang, sehingga dari pihak keduanya sama-sama mendapat keuntungan.
75
Awal mula lahirnya samurai berkaitan dengan sistem bakufu atau sistem kemiliteran yang menandai masuknya era feodalisme di Jepang. Penumpasan kaum Taira oleh Minamoto-no-
Yoritomo dengan kaum militer yang dibentuknya menciptakan kekuatan politik baru yang berupa kemiliteran. Dari rezim baru yang didirikan oleh Minamoto ini, ia mendirikan lembaga
administratif: samurai-dokoro yaitu lembaga yang mengawasi para samurainya, lembaga mandoko
yaitu lembaga yang mengurus urusan umum, dan monchujo yaitu lembaga yang mengurus urusan peradilan dan hukum. Maka dengan demikian, Minamoto menjadikan dirinya
74 enel‐eriodan.blogspot.com201007samurai‐atau‐adalah‐istilah‐untuk.html?m=1 diakses pada tanggal 18
Maret 2013 pukul 18.00 WIB
75
Priyo Subekti, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
38
sebagai pemimpin organisasi semua samurai. Dengan begitu, hak untuk mengontrol negara dan mengawasi tanah jatuh secara langsung ke tanah samurai. Cara inilah yang menjadi awal
dominasi samurai kepada negara. Inilah yang disebut pemerintahan militer atau dalam bahasa Jepang disebut Bakufu, yaitu pusat tinggal jenderal yang memimpin pasukan penjaga istana yang
hanya bisa dipimpin langsung oleh Yoritomo sebagai pemangku jabatan jenderal samurai. Istilah samurai pada awalnya mengacu kepada “seseorang yang mengabdi kepada
bangsawan”. Pada zaman Nara 710-784, istilah ini diucapkan “saburau” dan kemudian menjadi “saburai’ yang kemudian pada akhirnya berubah menjadi samurai. Selain itu terdapat pula istilah
lain yang mengacu kepada samurai yakni bushi. Istilah bushi yang berarti “orang yang dipersenjatai atau kaum militer”, pertama kali muncul di dalam Shoku Nihongi, pada bagian
catatan itu tertulis “secara umum, rakyat dan pejuang bushi adalah harta negara”. Kemudian berikutnya istilah samurai dan bushi menjadi sinonim pada akhir abad ke-12 Zaman
Kamakura.
76
Pada zaman Azuchi-Momoyama 1573-1600 dan awal Zaman Edo 1603, istilah saburai berubah menjadi samurai yang kemudian berubah pengertian menjadi “orang yang
mengabdi”. Namun selain itu dalam sejarah militer Jepang, terdapat kelompok samurai yang tidak terikat ataupun mengabdi kepada seorang pemimpin yang dikenal dengan ronin. Ronin ini
sudah ada sejak Zaman Muromachi 1392. Istilah ronin digunakan bagi samurai tak bertuan pada zaman Edo 1603-1867. Dikarenakan adanya pertempuran yang berkepanjangan sehingga
banyak samurai yang kehilangan tuannya. Kehidupan seorang ronin bagaikan ombak di laut tanpa arah tujuan yang jelas. Ada beberapa alasan seorang samurai menjadi ronin. Seorang
samurai dapat mengundurkan diri dari tugasnya untuk menjalani hidup sebagai ronin. Adapula ronin yang berasal dari garis keturunan, anak seorang ronin secara otomatis akan menjadi ronin.
Eksistensi ronin makin bertambah jumlahnya diawali berakhirnya Perang Sekigahara 1600, yang mengakibatkan jatuhnya kaum samurai atau daimyo yang mengakibatkan para samurai
kehilangan majikannya. Dalam catatan sejarah militer di Jepang, terdapat data-data yang menjelaskan bahwa pada Zaman Nara 710-784, pasukan militer Jepang mengikuti model yang
ada di Cina dengan memberlakukan wajib militer dan di bawah komando langsung kaisar. Dalam peraturan yang diberlakukan tersebut setiap laki-laki dewasa baik dari kalangan petani maupun
76 www.hazmi.co.vu201311kebudayaan‐jepang.html?m=1 diakses pada tanggal 17 Maret 2013 pukul 15.39
WIB
Universitas Sumatera Utara
39
bangsawan, kecuali budak, diwajibkan untuk mengikuti dinas militer. Secara materi peraturan ini amat berat karena para wakil tersebut atau kaum milter harus membekali diri secara materi
sehingga banyak yang menyerah dan tidak mematuhi peraturan tersebut. Selain itu pula, pada waktu itu kaum petani juga dibebani wajib pajak yang cukup berat sehingga mereka melarikan
diri dari kewajiban ini. Pasukan yang kemudian terbentuk dari wajib militer tersebut dikenal dengan sakimori
yang secara harfiah berarti “pembela”, namun pasukan ini tidak ada hubungannya dengan samurai yang ada pada zaman berikutnya. Setelah tahun 794, ketika ibukota dipindahkan dari
Nara ke Heian Kyoto, kaum bangsawan menikmati masa kemakmurannya selama 150 tahun di bawah pemerintahan kaisar. Tetapi pemerintahan daerah yang dibentuk oleh pemerintah pusat
justru menekan para penduduk yang mayoritas adalah petani. Pajak yang sangat berat menimbulkan pemberontakan di daerah-daerah dan mengharuskan petani kecil untuk bergabung
dengan tuan tanah yang memiliki pengaruh agar mendapatkan pemasukan yang lebih besar.
77
Dikarenakan keadaan negara yang tidak aman, penjarahan terhadap tuan tanah pun terjadi baik di daerah dan di ibukota yang memaksa para shoen tanah milik pribadi mempersenjatai
keluarga dan para petaninya. Kondisi ini yang kemudian melahirkan kelas militer yang dikenal dengan samurai. Kelompok Toryo panglima perang di bawah pimpinan keluarga Taira dan
Minamoto muncul sebagai pemenang di Jepang bagian barat dan timur, tetapi mereka saling memperebutkan kekuasaan. Dalam hal ini, pemerintah pusat di bawah naungan keluarga
Fujiwara tidak mampu mengatasi polarisasi ini yang mengakibatkan berakhirnya kekuasaan kaum bangsawan. Kaisar Gonjo yang dikenal anti-Fujiwara mengadakan perebutan kekuasaan
dan memusatkan kekuasaan politiknya dari dalam o-tera yang dikenal dengan insei seiji. Kaisar Shirakawa menggantikan Kaisar Gonjo akhirnya menjadikan o-tera sebagai markas politiknya.
Secara lihai, ia memanfaatkan o-tera sebagai fungsi keagamaan dan fungsi politik. Tentara pengawal o-tera, souhei pun ia bentuk, termasuk memberi sumbangan tanah shoen pada o-tera.
Lengkaplah sudah o-tera memenuhi syarat sebagai “negara” di dalam negara. Akibatnya, kelompok kaisar yang anti pemerintahan o-tera mengadakan perlawanan dengan memanfaatkan
kelompok Taira dan Minamoto yang sedang bertikai. Keterlibatan Taira dan Minamoto dalam pertikaian ini berlatar belakang pada kericuhan yang terjadi di istana menyangkut perebutan
tahta, antara Fujiwara dan kaisar yang pro maupun kontra terhadap o-tera. Perang antara
77
Hazmi, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
40
Minamoto, yang memihak o-tera melawan Taira, yang memihak istana, muncul dalam dua pertempuran besar yakni Perang Hogen 1156 dan Perang Heiji 1159. Peperangan akhirnya
dimenangkan oleh Taira yang menandai perubahan besar dalam struktur kekuasaan politik. Untuk pertama kalinya, kaum samurai muncul sebagai kekuatan politik di istana. Taira pun
mengangkat dirinya sebagai kuge bangsawan kerajaan, sekaligus memperkokoh posisi samurainya. Sebagian besar keluarganya diberi jabatan penting dan dinobatkan sebagai
bangsawan. Keangkuhan keluarga Taira akhirnya melahirkan konspirasi politik tingkat tinggi antara keluarga Minamoto yang mendapat dukungan dari kaum bangsawan dengan Kaisar
Shirakawa, yang pada akhirnya mengantarkan keluarga Minamoto mendirikan pemerintahan militer pertama di Kamakura.
Ketika Minamoto Yoritomo wafat pada tahun 1199, kekuasaan diambil alih oleh keluarga Hojo yang merupakan pengikut Taira. Pada masa kepemimpinan keluarga Hojo 1199 -1336,
ajaran Zen masuk dan berkembang di kalangan samurai. Para samurai mengekspresikan Zen sebagai falsafah dan tuntunan hidup mereka. Pada tahun 1274, Bangsa Mongol datang
menyerang Jepang. Para samurai yang tidak terbiasa berperang secara berkelompok dengan susah payah dapat mengantisipasi serangan Bangsa Mongol tersebut. Untuk mengantisipasi
serangan Bangsa Mongol yang kedua tahun 1281, para samurai mendirikan tembok pertahanan di Teluk Hakata pantai pendaratan Bangsa Mongol dan mengadopsi taktik serangan malam.
Secara menyeluruh, taktik berperang para samurai tidak mampu memberikan kehancuran yang berarti bagi tentara Mongol, yang menggunakan taktik pengepungan besar-besaran, gerak cepat,
dan penggunaan senjata baru dengan menggunakan mesiu. Pada akhirnya, angin topanlah yang menghancurkan armada Mongol, dan mencegah Bangsa Mongol untuk menduduki Jepang.
Orang Jepang menyebut angin ini kamikaze dewa angin. Dua hal yang diperoleh dari penyerbuan bangsa Mongol adalah pentingnya mobilisasi pasukan infantri secara besar-besaran,
dan kelemahan dari kavaleri busur panah dalam menghadapi penyerang. Sebagai akibatnya, lambat laun samurai menggantikan busur-panah dengan “pedang” sebagai senjata utama
samurai. Pada awal abad ke-14, pedang dan tombak menjadi senjata utama di kalangan panglima perang. Pada Zaman Muromachi 1392-1573, diwarnai dengan terpecahnya istana Kyoto
menjadi dua, yakni Istana Utara di Kyoto dan Istana Selatan di Nara. Selama 60 tahun terjadi perselisihan sengit antara Istana Utara melawan Istana Selatan
nambokucho tairitsu. Pertentangan ini memberikan dampak terhadap semakin kuatnya posisi
Universitas Sumatera Utara
41
kaum petani dan tuan tanah daerah shogun daimyo dan semakin lemahnya Shogun Ashikaga di pemerintahan pusat. Pada masa ini, Ashikaga tidak dapat mengontrol para daimyo daerah.
Mereka saling memperkuat posisi dan kekuasaannya di wilayah masing-masing. Setiap han seolah terikat dalam sebuah negara-negara kecil yang saling mengancam. Kondisi ini melahirkan
krisis panjang dalam bentuk perang antar tuan tanah daerah atau sengoku jidai 1568-1600. Tetapi krisis panjang ini sesungguhnya merupakan penyaringan atau kristalisasi tokoh pemersatu
nasional, yakni tokoh yang mampu menundukkan tuan-tuan tanah daerah, sekaligus menyatukan Jepang sebagai “negara nasional” di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Tokoh tersebut
adalah Jenderal Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi. Oda Nobunaga, seorang keturunan daimyo dari wilayah Owari dan seorang ahli strategi militer, Nobunaga mulai menghancurkan
musuh-musuhnya dengan cara menguasai wilayah Kinai, yaitu Osaka sebagai pusat perniagaan, Kobe sebagai pintu gerbang perdagangan dengan negara luar, Nara yang merupakan “lumbung
padi”, dan Kyoto yang merupakan pusat pemerintahan Bakufu Muromachi dan istana kaisar. Strategi terpenting yang dijalankannya adalah Oda Nobunaga dengan melibatkan agama untuk
mencapai ambisinya. Pedagang Portugis yang membawa Agama Kristen, diberi keleluasaan untuk menyebarkan agama itu di seluruh Jepang. Tujuan strategis Oda dalam hal ini adalah agar
ia secara leluasa dapat memperoleh senjata api yang diperjualbelikan dalam kapal-kapal dagang Portugis, sekaligus memonopoli perdagangan dengan pihak asing.
78
Dengan memiliki senjata api yang paling canggih pada masa itu, Oda akan dapat menundukkan musuh-musuhnya lebih cepat dan mempertahankan wilayah yang telah
dikuasainya serta membentuk pemerintahan pusat yang kokoh. Oda Nobunaga membangun benteng Azuchi Momoyama pada tahun 1573 setelah berhasil menjatuhkan Bakufu Muromachi.
Strategi Oda dengan melindungi Agama Kristen mendatangkan sakit hati bagi pemeluk agama Buddha. Pada akhirnya, ia dibunuh oleh pengikutnya sendiri, Akechi Mitsuhide, seorang
penganut agama Buddha yang fanatik, pada tahun 1582 di Honnoji, sebelum ia berhasil menyatukan seluruh Jepang. Toyotomi Hideyoshi yang merupakan pengikut setia Oda,
melanjutkan penyatuan Jepang, dan tugasnya ini dituntaskan pada tahun 1590 dengan menaklukkan keluarga Hojo di Odawara dan keluarga Shimaru di Kyushu tiga tahun
sebelumnya. Terdapat dua peraturan penting yang dikeluarkan Toyotomi yaitu taiko kenchi
78 Riskyikki.wordpress.com20120831macam‐macam‐budaya‐di‐jepang diakses pada tanggal 18 Maret 2013
pukul 18.22 WIB
Universitas Sumatera Utara
42
peraturan kepemilikan tanah dan katana garirei peraturan perlucutan pedang bagi para petani. Kedua peraturan ini secara strategis bermaksud “mengontrol” kekayaan para tuan tanah dan
mengontrol para petani agar tidak melakukan perlawanan atau pemberontakan bersenjata. Keberhasilan Toyotomi menaklukkan seluruh tuan tanah mendatangkan masalah tersendiri.
Semangat menang perang dengan energi pasukan yang tidak tersalurkan mendatangkan ancaman internal yang menjurus kepada disintegrasi bagi keluarga militer yang tidak puas atas
kemenangan Toyotomi. Dalam hal inilah Toyotomi menyalurkan kekuatan dahsyat tersebut untuk menyerang Korea pada tahun 1592 dan 1597. Sayang serangan ini gagal dan Toyotomi
wafat pada tahun 1598, menandakan awal kehancuran bakufu Muromachi. Kecenderungan terdapat perilaku bawahan terhadap atasan yang dikenal dengan istilah gekokuj
ō ini telah muncul tatkala Toyotomi menyerang Korea. Ketika itu, Tokugawa Ieyasu mulai memperkuat posisinya
di Jepang bagian timur, khususnya di Edo Tokyo. Kemelut ini menyulut perang besar antara kelompok-kelompok daimyo yang memihak Toyotomi melawan daimyo yang memihak
Tokugawa di medan perang Sekigahara pada tahun 1600. Kemenangan berada di pihak Tokugawa disusul dengan didirikannya bakufu Edo pada tahun 1603.79
II.7. Sejarah Dominasi Kelas Samurai terhadap Politik Jepang