BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Menurut KBBI 2007 : 588, konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi
untuk memahami hal-hal lain. Di dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris, terdapat tiga padanan kata yang
mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise suara, voice dan sound Mu’in 2004:47. Di dalam istilah ilmu bahasa
pemakaiannya berbeda-beda. Dari kata lafz dipakai derivasi talafuz yang berarti pronunciation yakni pengucapan. Noise berarti I’aqah yaitu gangguan bunyi
bunyi gaduh. Dari kata jahr dipakai derivasi majhur sama dengan voice sound, yaitu bunyi bahasa yang disertai dengan bergetarnya pita suara atau disebut juga
bersuara. Menurut Kridalaksana 1984 : 31 bunyi secara umum berarti “kesan pada
pusat saraf sebagai akibat getaran gendangan telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.” Sederhananya bunyi adalah suatu
yang terdengar didengar atau ditangkap oleh telinga KBBI 1988 : 138. Adapun bunyi bahasa saut lugawi speed sound mempunyai pengertian terbatas,
menurut Harimurti bunyi bahasa yaitu satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan diamati dalam fonetik sebagai fon atau dalam fonologi sebagai fonem.
Universitas Sumatra Utara
2.2 Landasan Teori
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada, baik di lapangan maupun kepustakaan. Selain itu,
landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
2.2.1 Fonologi
Secara garis besar, Fonologi adalah suatu sub-disiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang bunyi bahasa. Lebih sempit lagi,
fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi
sebagai unsur-unsur linguistik. 2.2.2 Bunyi Bahasa
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi bahasa dapat pula diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan yang menghasilkan
gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga manusia. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat,
yakni sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan
pernapasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan nafas, paru- paru kita menghembuskan tenaga yang berupa arus udara. Arus udara itu dapat
mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan atau laring. Arus udara dari paru-paru itu dapat membuka kedua pita suara yang
merapat sehingga menghasilkan ciri-ciri bunyi tertentu.
Universitas Sumatra Utara
Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi oral; bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut bunyi sengau atau
bunyi nasal. Bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar melalui mulut dan sebagain keluar dari hidung disebut bunyi yang disengaukan atau dinasalisasi.
Apabila pita suara direnggangkan sehingga udara tidak tersekat oleh pita suara, maka bunyi bahasa yang dihasilkan akan terasa “ringan”. Macam bunyi bahasa
yang pertama itu umumnya dinamakan bunyi bersuara, sedangkan yang kedua disebut bunyi takbersuara.
2.2.3 Fonetik Artikulatoris
Seperti sudah disebutkan di muka, fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa meperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik
artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. http:SusiloFonologi Bahasa Indonesia 2009
Fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisi atau fenomena
alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya, sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana
mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dari ketiga jenis fonetik ini, yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik
artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana
Universitas Sumatra Utara
bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. http:SusiloFonologi Bahasa Indonesia 2009
Pike dalam Verhaar 1990 : 13 mengatakan bahwa fonetik artikulatoris organis menyelidiki bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan dengan alat-alat
tertentu. Hal pertama yang perlu diuraikan dalam fonetik artikulatoris ialah alat- alat bicara.
Di bawah ini disebutkan satu per satu alat ucap manusia yang berguna dalam membentuk bunyi bahasa.
Universitas Sumatra Utara
1. paru-paru lungs
2. tenggorokan trachea
3. pangkal tenggorokan larynx
4. pita suara vocal cords
5. krikoid cricoid
6. tiroid tyroid atau gondok laki
7. aritenoid arythenoid
8. rongga anak tekak pharynx
9. epiglotis epiglottis
10. akar lidah root of tangue
11. punggung lidah dorsum
12. tengah lidah medium
13. daun lidah lamina
14. ujung lidah apex
15. anak tekak uvula
16. langit-langit lunak velum
17. langit-langit keras palatum
18. gusi alveolum
19. gigi atas denta
20. gigi bawah denta
21. bibir atas labia
22. bibir bawah labia
23. mulut mouth
24. rongga mulut mouth cavity
25. rongga hidung nasal cavit
Bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama sesuai dengan nama alat ucap itu. Namun, tidak biasa disebut “bunyi gigi” atau
“bunyi bibir”, melainkan bunyi dental dan bunyi labial, yakni istilah berupa bentuk ajektif dari bahasa latinnya.
2.2.4 Produksi Bunyi Ujaran
Dalam proses pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat, yaitu :
1. Sumber tenaga udara yang dihembuskan oleh paru-paru
2. Alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru batang tenggorok,
kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung 3.
Artikulator penghambat
Universitas Sumatra Utara
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal
tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar, pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka. Setelah melalui pita suara, yang
merupakan jalan satu-satunya untuk bisa keluar, apakah melalui rongga mulut atau rongga hidung. Kalau udara yang dari paru-paru itu keluar tanpa mendapat
hambatan apa-apa, maka kita tidak akan mendengar bunyi apa-apa, selain bunyi nafas. Hambatan terhadap udara atau arus udara yang keluar dari paru-paru itu
dapat terjadi mulai tempat yang paling di dalam, yaitu pita suara, sampai pada tempat yang paling luar, yaitu bibir atas dan bawah.
Dalam proses artikulasi, biasanya, telibat dua macam artikulator, yaitu artikulator aktif dan artikulator pasif. Yang dimaksud dengan artikulator aktif
adalah alat ucap yang bergerak atau digerakkan, misalnya, bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah, sedangkan yang dimaksud dengan artikulator pasif adalah
alat ucap yang tidak dapat bergerak atau yang didekati oleh artikulator aktif, misalnya, bibir atas, gigi atas, dan langit-langit keras.
Agar lebih jelas proses terbentuknya bunyi bahasa, dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
Universitas Sumatra Utara
2.2.5 Klasifikasi Bunyi Ujaran Konsonan
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa terjadinya bunyi bahasa itu disebabkan oleh adanya hembusan udara dari paru-paru ke luar. Adapun macam
bunyi bahasa dan sifatnya, pada dasarnya ditentukan oleh ada tidaknya hambatan di dalam jalannya arus udara, cara dan tempat terjadinya hambatan, dan melalui
rongga mana udara itu mengalir ke luar. Faktor-faktor ini menjadi dasar peng- klasifikasian bunyi-bunyi bahasa.
Universitas Sumatra Utara
Ada tidaknya hambatan di dalam jalannya arus udara dari paru-paru keluar merupakan dasar klasifikasi yang pertama. Atas dasar ini, bunyi bahasa dibagi
menjadi tiga macam: vokal, konsonan, dan semi-vokal. Vokal adalah bunyi bahasa yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat
hambatanrintangan. Konsonan adalah bunyi bahasa yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat hambatanrintangan, sedangkan semi vokal
ialah bunyi bahasa yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi hanya karena waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu
disebut semi-vokal, dan oleh karena itu di dalam pembahasannya masih tetap masuk dalam kelompok bahasan konsonan.
Konsonan dapat dikategorikan berdasarkan tiga faktor: 1 keadaan pita suara, 2 daerah artikulasi, dan 3 cara artikulasi.
Bila ditinjau dari faktor keadaan pita suara sebagai alat artikulasi, maka konsonan dapat diklasifikasikan kepada konsonan bersuara dan konsonan tidak
bersuara. Cahyono agus 1995:84-88 dan Mu’in 2004: 67-71 a.
Konsonan bersuara Dalam bahasa Arab, konsonan bersuara disebut dengan “ “,
yaitu apabila pita suara turut bergetar pada saat pelafalan. Dalam bahasa Indonesia, bunyi-bunyi yang termasuk konsonan bersuara adalah: [b], [d], [j],
[g], [q], [z], [m], [n], [ ň], [r], [l], [w], dan [y]. Sementara dalam bahasa Arab,
yaitu bunyi-bunyi [ ﺏ]
[b]
,[ ﺩ]
[d]
, [ ﺫ]
[dz]
, [ ﺯ]
[z]
, [ ﺽ]
[dh]
, [ ﺝ]
[j]
, [ ﻅ]
[zh]
, [ ﺭ]
[r]
, [ ﻉ]
[?]
, [ ﻍ]
[gh]
, [ ﻝ]
[l]
, [ ﻡ]
[m]
, [ ﻥ]
[n]
, [ ﻭ]
[w]
, [ ﻱ]
[y]
.
Universitas Sumatra Utara
b. Konsonan tidak bersuara
Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “ “ yaitu apabila pita suara tidak turut bergetar ketika bunyi-bunyi itu diartikulasikan. Dalam bahasa
Indonesia, huruf-huruf konsonan yang tidak bersuara dimaksud adalah [p], [t], [c], [k], [f], [s], [sy], [x], dan [h]. Sementara dalam bahasa Arab konsonan yang
termasuk tidak bersuara adalah: [ ﻁ]
[th]
, [ ﺕ]
[t]
, [ ﻕ]
[q]
, [ ﻙ]
[k]
, [ ﺹ]
[sh]
, [ ﺱ]
[s]
, [ ﻑ]
[f]
, [ ﺙ]
[ts]
, [ ﺵ]
[sy]
, [ ﺥ]
[kh]
, dan [ ﺡ]
[h]
. Bila ditinjau dari faktor daerah artikulasinya, konsonan dapat bersifat
sebagai berikut: Cahyono Agus 1995:84-86 dan Mu’in 2004: 67-71 1.
Bunyi bilabial huruf bibir, yaitu bunyi yang dihasilkan
dengan cara mempertemukan antara bibir atas dengan bibir bawah. Kedua bibir tersebut terkatup rapat sehingga udara dari paru-paru tertahan untuk
sementara waktu sebelum katupan itu dilepaskan. Huruf-huruf yang dihasilkan adalah: [b], [p], [m], dan [w]. Dalam bahasa Arab adalah huruf-
huruf: [ ﺏ]
[b]
, [ ﻡ]
[m]
, dan [ ﻭ]
[w]
. Huruf-huruf: [ ﺏ], [b], dan [p]
dihasilkan melalui penghambatan udara secara sempurna, kemudian melepaskannya secara tiba-tiba, sehingga ia keluar dengan letupan, hanya
saja huruf [p] tidak bersuara. Sementara bunyi [ ﻡ] dan [m] termasuk nasal
dan bersuara, yaitu bibir atas dan bawah terkatup rapat, dan udara keluar melalui rongga hidung.
2.
Bunyi labiodental
, yaitu bunyi yang dihasilkan antara gigi atas dan bibir bawah. Bibir bawah ditekankan pada gigi atas sehingga
terjadi penyempitan udara. Jadi, hambatan udara tidak sempurna. Karena itu, udara keluar secara bergeser melalui sela-sela bibir dengan gigi dan
Universitas Sumatra Utara
melalui lubang-lubang di antara gigi. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [v] dan [f]. Dalam bahasa Arab adalah huruf [
ﻭ]
[w]
. Kosonan [v] diucapkan dengan bersuara, sedangkan [
ﻭ] dan [f] tidak bersuara. 3.
Bunyi dentalalveolar , yaitu bunyi yang dihasilkan
melalui sentuhan ujung lidah kepada pangkal gigi atas di depan gusi. Proses artikulasi ini melahirkan beberapa konsonan, dalam bahasa
Indonesia yaitu bunyi [t], [d], [l], [n], [s], [r], dan [z]. Dalam bahasa Arab dikenal dengan huruf-huruf: [
ﺕ]
[t]
, [ ﺙ]
[ts]
, [ ﺩ]
[d]
, [ ﺫ]
[dz]
, [ ﺭ]
[r]
, [
ﺯ]
[z]
, [ ﺱ]
[s]
, [ ﺹ]
[sh]
, [ ﺽ]
[dh]
, [ ﻁ]
[th]
, [ ﻅ]
[z]
, [ ﻝ]
[l]
, dan [ ﻥ]
[n]
. Bunyi [t], [d], [ ﺩ], dan [ﺽ] termasuk konsonan letup. Sementara [l],
[n], [ ﺕ], dan [ﻁ] tidak. Proses artikulasi [l] dan [ﻝ] bagian tengah rongga
mulut terhalang, dan udara keluar melalui kedua sisi lidah yang bersentuhan dengan bagain depan gusi. Sementara proses artikulasi [n] dan
[ ﻥ] anak tekak dan langit-langit lunak turun menutup udara ke rongga
mulut, sehingga udara keluar melalui rongga hidung. 4.
Bunyi velar حلقي , adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara
menempelkan belakang lidah artikulator aktif pada langit-langit lunak artikulator pasif. Dalam bahasa Indonesia, konsonan yang dihasilkan
adalah: [k], [g], [x], dan [kh]. Dalam bahasa Arab adalah bunyi: [ ﻙ]
[k]
, [
ﻍ]
[gh]
, [ ﻕ]
[q]
, dan [ ﺥ]
[kh]
. 5.
Bunyi palatal حنكي , adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara
menekan daun lidah pada langit-langit keras. Dalam bahasa Indonesia lahirlah bunyihuruf: [c], [j], [y], [sy] dan [ny]. Dalam bahasa Arab
lahirnya huruf-huruf: [ ﺝ]
[j]
, [ ﺵ]
[sy]
, dan [ ﻱ]
[y]
.
Universitas Sumatra Utara
6.
Bunyi glotal مزماري , adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara
merapatkan dua pita suara sehingga udara dari paru-paru yang melewati antara akar lidah dan dinding belakang rongga kerongkongan terhambat.
Proses artikulasi ini melahirkan huruf [h] dan [?] dalam bahasa Indonesia dan huruf [
ﺡ]
[h]
, [ ﻫ]
[h]
, [ ﻉ]
[?]
, dan [ ء]
[?]
dalam bahasa Arab. Jika dilihat dari sisi cara artikulasi, maka konsonan dapat dibedakan
menjadi: Cahyono 1995:86-88 dan Mu’in 2004: 63-65 1.
Hambat Letupan, Menurut Marsono dalam Abdul Muin, konsonan letup adalah:
“Konsonan yang terjadi dengan cara menghambat secara penuh arus udara, kemudian dilepaskan secara tiba-tiba.”
Dalam bahasa Indonesia, bunyi-bunyi yang termasuk konsonan letup adalah: [b], [d], [g], [p], [t], [k], [c], [j], dan [?]. Dalam bahasa Arab yaitu:
[ ﺏ]
[b]
, [ ﺽ]
[dh]
, [ ﺩ]
[d]
, [ ﻁ]
[th]
, [ ﻕ]
[q]
, [ ﺕ]
[t]
, dan [ ﻙ]
[k]
. 2.
Geseran atau frikatif Yaitu konsonan yang dihasilkan melalui penyempitan jalannya arus udara
yang dihembuskan dari paru-paru, sehingga jalannya udara terhalang, dan keluar dengan bergeser. Jadi, perbedaannya dengan konsonan letup yaitu,
konsonan letup penyempitan arus udara dilakukan secara sempurna, sementara pada konsonan geseran penyempitan udara tidak secara
sempurna tetap merenggang. Dalam bahasa Indonesia, bunyi-bunyi yang dihasilkan melalui konsonan
geseran adalah: [f], [v], [s], [z], [sy], [h], [kh], dan [x]. Sementara dalam
Universitas Sumatra Utara
bahasa Arab yaitu: [ ﻑ]
[f]
, [ ﺙ]
[ts]
, [ ﺱ]
[s]
, [ ﺵ ]
[sy]
, [ ﺡ]
[h]
, [ ﻫ]
[h]
, [ ﺥ]
[kh]
, [ ﺯ]
[z]
, [ ﺫ]
[dz]
, [ ﻅ]
[zh]
, [ ﻉ]
[?]
, dan [ ﻍ]
[gh]
. 3.
Sengauan atau nasal أﻥﻑﻱ Menurut Chaer, posisi artikulator di sini menghambat sepenuhnya aliran
udara melalui mulut, tetapi membiarkannya keluar melalui ronga hidung dengan bebas. Dalam bahasa Indonesia bunyi yang muncul adalah [m],
[n]. Sementara dalam bahasa Arab adalah bunyi [ ﻡ]
[m]
dan [ ﻥ]
[n]
, serta beberapa tanwin: [-
ً◌--]
[an]
, [- ٍ◌--]
[in]
dan [- ٌ◌--]
[un]
. 4.
Getaran اهﺕﺯاﺯ Bunyi getaran terjadi seiring dengan artikulator aktif melakukan kontak
beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Seperti konsonan [r] dalam bahasa Indonesia, atau
konsonan [ ﺭ]
[r]
dalam bahasa Arab. 5.
Sampingan atau lateral ﺝاﻥﺏﻱ Bunyi lateral dihasilkan oleh artikulator aktif menghambat aliran udara
pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Seperti konsonan [l] dalam bahasa Indonesia, atau konsonan [
ﻝ]
[l]
dalam bahasa Arab. 6.
Semi vokal ﻉﻝة ﺡﺭﻑ ﺵﺏه Bunyi ini dihasilkan oleh artikulator aktif dan pasif membentuk ruang
yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh karena
itu, bunyi yang dihasilkan sering disebut dengan semi-vokal. Yaitu bunyi [y] dan [w]. Dalam bahasa Arab adalah bunyi [
ﻱ]
[y]
.
Universitas Sumatra Utara
Peta Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.
Daerah Artikulasi
Cara Artikulasi Bilabial
Labio- Dental
Dental Alveolar
Palatal Velar
Glotal Faringal
Hambat Tidak Bersuara
Bersuara p
b ﺏ
t d
ﻁ – ﺕ ﺽ – ﺩ
c j
ﺝ k
g ﻙ - ﻕ
q ?
Frikatif Tidak Bersuara
Bersuara f
ﻑ s
z ﺙ – ﺱ -
ﺹ ﻅ – ﺫ – ﺯ
sy ﺵ
x ﺥ
ﻍ h
ﻫ
ء ﺡ
ﻉ Nasal
Bersuara m
ﻡ n
ﻥ ň
ŋ Getar
Bersuara r
ﺭ Lateral
Bersuara l
ﻝ Semi Vokal
Bersuara w
ﻭ y
ﻱ
Cahyono 1995:88 dan Mu’in 2004:74
Dari tabel di atas dapat diketahui peta persamaan, perbedaan dan kemiripan antara konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari KBBI 2003 : 1198. Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon
KBBI 2003 : 912.
Bunyi bahasa speech sound menurut Kridalaksana 2001:33 adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan diamati dalam fonetik sebagai fon
Universitas Sumatra Utara
atau dalam fonologi sebagai fonem. Bunyi-bunyi bahasa ini dipelajari dalam satuan bidang ilmu, yaitu fonologi. Kridalaksana 2001: 57 menyebutkan bahwa
fonologi merupakan bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Setiap bahasa mempunyai bunyi-bunyi bahasa yang sangat spesifik. Dikatakan spesifik karena bunyi bahasa yang ada dalam suatu bahasa belum tentu
dikenal dalam bahasa lain. Oleh karena itu, ada kecenderungan bahwa bunyi bahasa yang tidak dikenal dalam suatu bahasa oleh bahasa tertentu akan
disesuaikan dengan bunyi bahasa yang dekat dengan bahasanya Jawat 1999: 45. Menurut Mu’in 2004, untuk memudahkan penguraian dan penganalisaan
yang tepat, maka dipakai prinsip pembedaan dari segi tempat artikulasi makhraj sebagai pertama, kemudian dilanjutkan pada cara pengucapan dan berbagai
rinciannya. Makhraj merupakan pembeda yang prinsip, karena apabila dua konsonan dalam keseluruhan sifatnya memiliki persamaan sedangkan makhrajnya
berbeda atau berjauhan, maka tidak berarti dua konsonan itu sangat bermiripan, misalnya [z] dengan [
ﻉ] [?]. Tetapi sebaliknya, apabila dua konsonan itu memiliki makhraj yang sama atau berdekatan sekali, maka kemiripan itu dapat
terjadi, misalnya [t], [ ﻁ] [to] dan [ﺩ] [da], [s], [ﺹ] [sho], dan [za] atau [ﺱ]
[sa], [ ﺙ] [tsa], dan [z], [ﺫ] [dza].
Gustianingsih 2009 dalam disertasi yang berjudul “Produksi dan Komprehensi Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia pada Anak Autistic Spectrum
Disorder : Kajian Neuropsikolinguistik” mengatakan bahwa ternyata anak autis itu bunyi ujarannya tidak sama dengan bunyi ujaran anak normal, dalam
pengucapannya sering terjadi pelesapan bunyi, pertukaran bunyi, pernambahan
Universitas Sumatra Utara
bunyi dan metatesis. Ketidaknormalan itu disebabkan karena ada gangguan pada saraf-saraf bahasa anak tersebut.
Yeni. 2009 dalam skripsi yang berjudul “Interpretasi Lafal Fonem Bahasa Indonesia Penderita Bibir Sumbing” mengatakan bahwa bunyi vokal pada
PBSB mengalami gangguan, tetapi gangguan itu tidak sampai mengganggu fungsi fonem vokal tersebut. Gangguan yang dimaksud hanya berupa penambahan bunyi
sengau pada setiap vokal yang ada karena terdapat celah pada rongga hidung hingga langit-langit, yaitu a, i, u, e, é, o menjadi [ã, õ,
ĩ, ũ, e]. Semi vokal w dan y pada PBSB tidak hanya mengalami gangguan karena kerusakan alat ucap
PBSB tidak mempengaruhi bunyi tersebut. Kendala artikulatoris adalah kendala berupa kerusakan artikulator pada PBSB sehingga tidak dapat menghasilkan
bunyi-bunyi bahasa dengan baik. Kerusakan artikulator yang diderita oleh PBSB adalah bibir atas upper lip, rongga hidung nasal cavity, langit-langit palate,
dan gigi teeth. Lusna. 2004 dalam skripsi yang berjudul “Sistem Vokal Bahasa Melayu
Langkat Dialek Tanjung Pura Sebuah Studi Generatif.” mengatakan, penerapan teori Fonologi Generatif FG dalam sistem vokal Bahasa Melayu Langkat Dialek
Tanjung Pura BMLDTP tingkat presisinya lebih memadai untuk mengungkapkan berbagai fenomena fonoligis dari pada hasil penelitian sistem
vokal BMLDTP yang pernah diteliti oleh peneliti lain dengan menerapkan teori struktural. Dalam penganalisisannya pada bab II, BMLDTP memiliki 21 segmen
vokal, yaitu [i, I, ĩ, Ĩ, e:, u, U, ũ, Ũ, o:, ũ, ǝ, ǝ, ε, ε, ε:, ǝ, ǝ, ǝ:, ɔ, ɔ, ɔ:]. Berdasarkan
posisi lidah dan bentuk bibir, ciri vokal [i, ĩ], tinggi tegang, depan, tidak bundar,
segmen [I, Ĩ] tinggi kendur, depa, tidak bundar, segmen [U, Ũ], tinggi kendur,
Universitas Sumatra Utara
belakang, bundar, dan segmen [o:], sedang, belakang, bundar. Selanjutnya, segmen [ε, ε, ε:] bercirikan rendah, depan, tidak bundar, segmen [a, a, a:] rendah,
tengah, tidak bundar, dan segmen [ ɔ, ɔ, ɔ:] rendah, belakang, bundar.
Simanjorang. 2004 dalam skripsi yang berjudul “Refleksi Fonem dan Leksikon Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Karo” mengatakan PAN
sebagai bahasa asal atau bahasa induk ternyata memiliki banyak perubahan dalam BK sebagai bahasa tuturannya. Dalam penelitian ini, perubahan tersebut hanya
berkisar pada bidang fonoligi dan leksikonya. Fonem-fonem dalam BK ada yang merupakan inovasi dan ada juga yang merupakan pewarisan langsung antara lain
adalah a, u, ǝ dan yang mengalami inovasi adalah, a dan i. Konsonan yang
mengalami pewarisan linear adalah, b, d, g, k, l, m, p, r, s, t, w, ?, ƞ, yang
smengalami inovasi antara lain adalah h, j, n, z, ?. fonem diftong semuanyadiwariskan secara linear.
Universitas Sumatra Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi adalah letak atau tempat KBBI 2007:680. Lokasi penelitian ini adalah Masjid Al-Ihsan yang berada di Jl. Bromo Gg. Sukri No.2 Medan.
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan 20 Mei sampai 20 Juni 2013.
3.2 Sumber Data
Penelitian ini terdiri atas dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber datanya.
Data primer dalam penelitian ini bersumber dari tuturan lima orang anak yang sedang membaca Al-Qur’an di masjid Al-Ihsan. Usia sumber data yaitu 8 sampai
9 tahun. Data yang disaring adalah data yang berupa bunyi konsonan bahasa Arab melalui bacaan Al-Qur’an surat An-Nur ayat 26 – 38.
Data skunder adalah data tambahan yang dibutuhkan dari sumber yang telah ada. Dalam penelitian ini data skunder bersumber dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia KBBI yang diperlukan untuk membuat distribusi konsonan dalam bentuk kata dalam bahasa Indonesia, dan kamus bahasa Arab yang diperlukan
untuk membuat distribusi konsonan dalam bentuk kata dalam bahasa Arab. Penelitian ini sendiri termasuk dalam penelitian studi kasus. Studi kasus
yang akan dilakukan merupakan studi yang bersifat eksploratif Verdenbergt 1983
Universitas Sumatra Utara