Model Kegiatan Rehabilitasi yang Telah Ada

4.2.2. Model Kegiatan Rehabilitasi yang Telah Ada

Tingkat kerusakan hutan rawa gambut yang terjadi bervarisasi disebabkan oleh berbagai sebab antara lain penebangan, kebakaran dan konversi menjadi areal pengunaan lain, maka pola rehabilitasi hutan yang akan dilakukan juga bervariasi tergantung kondisi terkini tingkat kerusakan hutan. Di Kalimantan Tengah kegiatan rehabilitasi ekosistem hutan rawa gambut terlebih dahulu menyangkut aspek perbaikan hidrologi dengan cara membuat tabat (penyekatan saluran drainase). Kegiatan penabatan menciptakan prakondisi lingkungan yang baik untuk regenerasi hutan gambut. Regenerasi alami mulai terjadi, sehingga areal yang tadinya terbuka kembali menghijau dibanding sebelumnya. Untuk mempercepat proses revegetasi (pertumbuhan vegetasi kembali), dilakukan program penghijauan melalui penanaman yang didahului dengan pembibitan di persemaian.

Kegiatan restorasi hutan rawa gambut di Taman Nasional Sebangau blok SSI didahului dengan penabatan saluran drainase. Setelah penabatan dan penghijauan, dibangun dua pondok kerja di daerah tersebut. Satu pondok kerja terletak di Km 1 yang sekaligus berfungsi sebagai stasiun lapangan (field station), dan yang satunya terletak di Km 10. Kegiatan penabatan saluran/parit dimulai sejak tahun 2005 dengan tujuan untuk memperbaiki fungsi hidrologis hutan rawa gambut eks-HPH SSI. Saluran/kanal milik eks HPH Sanitra Sebangau Indah (SSI) mempunyai panjang

24 km, lebar 9 m dan kedalaman 4-5 m. Kanal ini dibangun pada tahun 1998 yang digunakan sebagai jalan bagi perusahaan HPH waktu itu untuk mengeluarkan kayu- kayu hasil tebangan untuk tujuan komersial. Tabat/kanal dibuat tidak hanya untuk mengontrol arus air keluar, tetapi juga memberi manfaat bagi nelayan untuk mencari 24 km, lebar 9 m dan kedalaman 4-5 m. Kanal ini dibangun pada tahun 1998 yang digunakan sebagai jalan bagi perusahaan HPH waktu itu untuk mengeluarkan kayu- kayu hasil tebangan untuk tujuan komersial. Tabat/kanal dibuat tidak hanya untuk mengontrol arus air keluar, tetapi juga memberi manfaat bagi nelayan untuk mencari

60 kanal/saluran air di kawasan Taman Nasional Sebangau. Penutupan saluran air (penabatan) adalah salah satu cara untuk menaikkan

permukaan air tanah (ground water level), agar pada musim kemarau kelembaban tanah tetap terjaga dan mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Apabila dibandingkan dengan kegiatan rehabilitasi pada tanah kering, maka kegiatan rehabilitasi di areal tanah gambut relatif lebih sulit. Tingkat kesulitan ini disebabkan karaktristik dari lahan hutan rawa gambut itu sendiri. Umumnya lingkungan tanah gambut mengalami fluktuasi genangan air, yang disebabkan oleh pengaruh pasang surut air laut pada tanah gambut dekat pantai, maupun oleh pengaruh musim, seperti adanya curah hujan yang tinggi.

Informasi yang diperoleh saat survey lapangan areal eks-HPH SSI sebagian telah dilakukan restorasi/rehabilitasi lahan rawa gambut bekas terbakar melalui program Gerhan. Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan pada areal LOA di TN. Sebangau dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat.

Sampai dengan tahun 2008, sudah dilakukan pembibitan di wilayah eks HPH SSI dengan berbagai jenis pohon diantaranya belangeran (Shorea balangeran), pulai (Alstonia sp.), pantung (Dyera lowii), Diospyros sp. beberapa tanaman karet dan akasia. Penanaman pertama dilakukan pada tahun 2005 di wilayah SSI (400 ha) dalam rangka proyek Gerhan dan tahun 2007 di wilayah Hulu Sebangau (262 ha). Jenis ramin belum merupakan jenis prioritas dalam rehabilitasi hutan rawa gambut. Salah satu kendalanya adalah sulitnya mendapatkan bibit anakan ramin untuk penanaman. Jenis-jenis yang tumbuh secara alami pada hutan rawa gambut terdegradasi berat adalah jenis tumih (Combretocarpus rotundatus) dan geronggang (Cratoxylon arborescens). Apabila di lokasi tersebut masih terdapat pohon induk jenis Shorea balangeran, Alstonia sp., Dyera lowii, Diospyros sp., maka permudaan dapat berlangsung secara alami.

Di lokasi kajian Taman Nasional Sebangau blok SSI jenis pohon yang ditanam adalah jenis belangeran dan pantung, ditanam berselang-seling dengan jarak tanam 3 x 3 m. Dari hasil observasi, pertumbuhan belangeran dan pantung terlihat lebih subur pada gambut lebih tebal. Untuk mengetahui keberhasilan tumbuh dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kesuburan tanah di TN Sebangau (eks HPH SSI) dan pertumbuhan penanaman belangeran dan pantung.

Gambar 22. Kegiatan rehabilitasi pada hutan rawa gambut terdegradasi dengan model Gerhan di eks-HPH PT. SSI, Kalimantan Tengah. A. Papan nama kegiatan rehabilitasi lahan di eks-HPH PT. SSI; B. S. balangeran dan Dyera lowii tahun tanam 2005.