Ring Piston Cincin Torak

Pada gambar berikut ini menunjukan penampang cicncin torak sisi paralel atau persegi panjang, yang biasanya mengalami kemacetan apabila tempratur alurnya melampai 200 C. sedangkan cincin tirus 2 sisi dapat bekerja dengan baik sampai 250 C. kelonggaran pada cincin kompresi tirus dua sisi, maka cincin kompresi tirus satu sisi berubah sesuai dengan gerakan torak sehingga dapat mengeluarkan endapan – endapan dari dalam alurnya.Oleh karena sisi bawah cincin dan permukaan alur cincin kompresi satu sisi adalah datar, maka penyekatan dapat dilakukan lebih baik, karena penampang cincin komprei satu sisi tidak simetris, maka sangat mudah terpuntir pada waktu terjadi defleksi. Hal tersebut dapat dicegah dengan mempergunakan kontruksi cincin kompresi tirus tak simetris. wiranto arismunandar koichi tsuda, 2004 : 98. Gambar 21. Jenis penampang cincin kompresi Sumber : wiranto arismunanndar “motor diesel putaran tinggi” hal : 98. Permukaaan kontak anatara cincin pertama dengan dinding silinder dan torak, yang nudah aus karena tempratur tekanan tinggi, biasanya dilapisi dengan khronium. Dalam hal ini, permukaan silinder dan alur yang bersangkutan tidak boleh dilapisi dengan khronium. Hal ini disebabkan karena dua permukaan yang terbuat dari bahan yang sama mudah melengket satu sama lain. wiranto arismunandar koichi tsuda, 2004 : 99. Minyak pelumas secukupnya. Keadaan paling keritis terjadi pada saat torak berada pada titik-titik matinya, yaitu dimana kecepatan toraknya sama dengan nol. wiranto arismunandar koichi tsuda, 2004 : 100. Pada gambar berikut dibawah ini menunjukan sebuah cincin minyak a yang dipasang pada torak b. apabila torak bergerak dari TMA ke TMB, tepi bawah E 1 menggaruk minyak pelumas dari dinding silinder dan mengalirkannya kedalam torak melalui saluran V 1 . sedangkan tepi E 2 menggaruk minyak pelumas dan memasukkannya ke dalam silinder melalui saluran S dan V 2 . Apabila torak bergerak dari TMB ke TMA, tepi E 3 menggaruk minyak pelumas dan menalirkannya melalui saluran S dan V 2 . meskipun demikian, proses penggarukan minyak pelumas tidak berarti menghilangkan sama sekali minyak pelumas dari permukaan silinder, tetapi masih harus meninggalkan lapisan Gambar 22. Cincin minyak celah beralur Sumber : wiranto arismunanndar “motor diesel putaran tinggi” hal : 101.

3. Batang Torak connecting rod

Batang torak connecting rod menghubungkan torak piston dengan poros engkol crankshaft sehingga gerakan torak piston yang tadinya gerak translasi lurus bolak-balik reciprocal kemudian diturunkan ke poros engkol crankshaft diubah menjadi gerak putar atau rotasi. Bagian dalam batang piston connectingrod berlubang yang berfungsi sebagai saluran minyak pelumas untuk pelumasan. Pada ujung batang piston connecting rod dipasang busing silinder sebagai bantalan pen piston yang dibuat dari perunggu timah hitam atau perunggu phosfor. Pangkal batang piston connecting rod dibuat terbagi menjadi dua bagian tempat dipasang bantalan-bantalan pena poros engkol crankshaft. Gambar 23. Batang torak connecting rod Sumber : http: blogspot.com200904komponen-utama-engine-dan- fungsinya.html Keterangan : 1. Rod small end 5. Rod nut 2. Rod bushing 6. Rod cap 3. I-Beam 7. rod bolt 4.Rod bearing insert 8. connecting rod

4. Pena Torak piston pin

Pena torak piston pin menghubungkan torak piston dengan bagian ujung yang kecil small end pada batang torak connecting rod, dan meneruskan tekanan pembakaran yang berlaku pada torak piston ke batang torak connecting rod. Pena torak piston pin berlubang didalamnya untuk mengurangi berat yang berlebihan dan kedua ujung ditahan oleh bushing pena torak piston pin boss. Pena torak piston pin ditahan oleh dua buah pengunci snap ring pada kedua ujungnya. Gambar 24. Pena torak piston pin Sumber : http:live-otomotif.blogspot.com201006kepala-silinder.html Keterangan : 1. Pin piston 4. Snap ring 2. Connecting rod 5. Snap ring

5. Mekanisme Katup valve mecanisme

Katup harus dapat ditutup rapat pada dudukannya oleh pegas katup supaya tidak terjadi kebocoran udara atau gas buang., katup dibuka oleh tuas penekan katup, yang digerakkan oleh poros kam dengan putaran tapet dan batang penekan. Tuas merupakan alat pengubah arah gerakan. Tuas tersebut dapat berayun pada batang tuas. Poros kam digerakkan oleh poros engkol dengan perantaraan transmisi roda gigi atau rantai. Kecepatan putar poros kam adalah setengah kecepatan putar poros engkol, untuk mesin empat langkah. Dibawah ini menunukan gambar meknisme katup-katup atas “over head valve gear”. Gambar 25. mekanisme katup Sumber : http:live-otomotif.blogspot.com201006kepala-silinder.html Pemuian pada tangkai katup dan bagian yang lain dari penggerak katup ketika mesin panas mempunyai kecendrungan untuk memegang katup keluar dari dudukannya dan beberapa tindakan harus dilakukan untuk mengatasi keadaan ini. Metoda yang paling umum digunakan untuk memungkinkan pemuaian ini adalah memberikan kelonggaran lash antara puncak tangkai katup dan mekanisme pengangkatan katup. Kelonggaran yang berlebihan akan menyebabkan operasi yang bising dan keusan berlebihan dan juga akan menyebabkan pengaturan waktu yang tidak tepat, karena katup akan membuka lebih lambat dan menutup lebih awal dari pada yang dilakukan dengan kelonggaran yang layak. Maleev, 1991 99-100

A. Pengaturan Celah Bebas Katup

Kelonggaran yang kurang baik akibatnya lebih gawat karena dapat menghalang duduknya katup dengan baik. Ini akan mengakibatkan kebocoran katup dan pembakaran permukaan dudukan katup dan bahkan dapat menghalangi pembakaran karena kehilangan kompresi. Semua mesin dilengkapi dengan alat untuk menyetel kelonggaran ini dalam penggerak katup disuatu tempat antara pengikut katup dan tangkai katup. Setelan katup yang terletak pada suatu ujung dari lengan ayun katup. Kelonggarannya diukur langsung dengan pengukur celah feeler gauge yang disisipkan pada ujung tangkai katup ril lengan ayun. Maleev, 1991 : 100 Tuas dilengkapi dengan baut penyetel kelonggaran katup dan kam. celah bebas katup yang tepat dapat diperoleh dengan memasukkan pelat pengukur jarak dianatara uujung batang katup dan tuas, sementara itu baut penyetel diputar. Sesudah itu sekrup penjamin dikokohkan kembali. Ujung baut penyetel dibuat bulat dan menempel pada ujung batang penekan katup yang cekung. Gambar 26. Menyetel celah katup Sumber : wiranto arismunanndar “motor diesel putaran tinggi” hal : 72. Semua gas pembakaran yang sudah tidak terpakai lagi diusahakan dapat dikeluarkan selama langkah buang, sedangkan udara dan bahan bakar diusahakan dapat dimasukkan sebanayak-banyak nya selama langkah isap. Jadi, bagi setiap mesin itu ditetapkan saat yang tepat kapan katup atau lubang itu menutup dan membuka, sebagaimana yang biasa dipakai pada motor bakar torak pada umum ya. wiranto arismunandar 1973 : 35 Tabel. 1 Saat pembukaan dan penutupan katup isap dan katup buang Sumber : wiranto arismunandar 1973…………………………hal : 35

B. Dudukan Katup

Pada dudukan katup memiliki besar sudut dudukan katup adalah 45 untuk katup buang, 45 , 30 , atau 15 untuk katup isap. Sudut dudukan katup isap lebih kecil dari pada sudut dudukan katup buang karena celah antara muka katup dan dudukan katup adalah h cos θ . Makin kecil θ makin besar h cos θ , sehingga luas penampang alirannya perlu dibuat seluas-luasnya supaya jumlah udara segar masuk mesin dapat diusahakan sebanyak-banyak nya. Oleh karena itu, maka diameter katup isap kadang-kadang juga dibuat lebih besar dari pada diameter katup buang. wiranto arismunandar 2004 : 68. Proses pembuangan terjadi pada beda tekanan yang lebih besar sehingga aliran gas buang dapat berlangsung lebih mudah. Maka berdasarkan hal tersebut diatas, katup buang dengan sudut θ = 45 cukup dibuat dengan diameter yang lebih kecil. Pemilihan sudut 45 ditentukan berdasarkan keinginan untuk memperoleh tekanan kontak yang lebih tinggi untuk menjamin kerapatan yang lebih baik, meskipun ada kerak-kerak pada bidang-bidang kontak tersebut. Makin besar sudut θ , yang dapat bervarisi antar 0 sampai 90 , makin tinggi tekanan bidang p.

a. b

c d. Gambar 27. Dudukan Katup Sumber : wiranto arismunanndar “motor diesel putaran tinggi” hal : 69. Keterangan : a. Kontak antara katup dan dudukannya. c. Tekanan dudukan katup b. Celah antara katup dan dudukannya d. Alur untuk mengasah muka katup.