24
Tabel 5. Aktivitas enzim spesifik pada suhu 30
o
C dan 37
o
empat hari inkubasi C selama
Kombinasi Waktu
hari Protease unitmg
Selulase+Xilanase nkatmg
30
o
37 C
o
30 C
o
37 C
o
C FLp1
1 13.7
15.3 2
6.9 7.4
3 1.4
0.0 4
0.0 0.0
FLs1+FLx3 1
11.2 9.3
2 19.3
15.3 3
31.9 24.5
4 13.5
7.8 FLp1+FLs1+FLx3
1 18.5
25.7 5.4
5.7 2
7.2 8.2
10.4 9.2
3 0.8
0.4 18.4
13.0 4
0.0 0.0
8.2 4.2
Aktivitas spesifik enzim protease tertinggi baik pada fermentasi menggunakan isolat FLp1 maupun pada kombinasi tiga spesies bakteri dihasilkan pada hari pertama inkubasi pada suhu
37
o
C kemudian terus menurun sampai hari ketiga dan pada hari keempat tidak ada lagi aktivitas enzim. Tingginya aktivitas spesifik pada suhu 37
o
C sejalan dengan aktivitas enzim. Hal ini dikarenakan pada suhu 37
o
C merupakan suhu optimum bakteri FLp1 sedangan suhu 30
o
Aktivitas spesifik selulase dan xilanase pada suhu 30 C
dibawah suhu optimum yang menyebabkan fungsi dan aktivitas enzim berkurang.
o
C lebih tinggi dibandingkan pada suhu inkubasi 37
o
C, hal ini serupa dengan aktivitas enzimnya. Suhu optimum bakteri FLs1 dan FLx3 berdasarkan aktivitas enzimnya yaitu pada suhu 30
o
C, pada suhu 37
o
C merupakan suhu diatas suhu optimum yang menyebabkan pada suhu tersebut enzim dapat mengalami denaturasi
yang menyebabkan fungsi dan aktivitas enzim berkurang.
4.2.3 TOTAL GULA DAN GULA PEREDUKSI
Total gula atau yang disebut juga dengan total karbohidrat merupakan jumlah dari keseluruhan gula sederhana, oligosakarida, polisakarida dan turunannya. Analisis untuk
menentukan total gula ini dilakukan dengan metode Fenol, bahan harus berupa cairan jernih direaksikan dengan fenol dalam asam sulfat pekat sehingga menghasilkan warna oranye-
kekuningan yang stabil Makfoeld, 2002. Kemampuan mereduksi gula dapat diketahui dengan adanya gugus aldehid yang bebas.
Pada Gambar 9 disajikan jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama hidrolisis. Glukosa atau xilosa sisa yang terdapat pada filtrat enzim diukur sebagai total gula tereduksi dimana gula yang
terukur adalah seluruh gula pereduksi yang terdapat pada filtrat baik yang sudah terdapat dalam media maupun hasil metabolisme mikroba selama fermentasi Makfoeld, 2002.
Perhitungan total gula dan gula pereduksi dilakukan pada hasil fermentasi dengan beberapa perlakuan yaitu lama inkubasi selama empat hari, suhu inkubasi yaitu suhu 30
o
C dan 37
o
C, dan kombinasi bakteri menggunakan bakteri tunggal proteolitik FLp1, kombinasi dua antara bakteri
selulolitik dan xilanolitik FLs1 dan FLx3, dan kombinasi bakteri proteolitik, selulolitik, dan
25
xilanolitik FLp1, FLs1, dan FLx3. Hasil pengujian total gula dan gula pereduksi pada bakteri tunggal FLp1 dijelaskan pada Gambar 9.
Gambar 9. Total gula dan gula pereduksi fermentasi menggunakan bakteri tunggal dalam media kulit kopi pada suhu 30
o
C dan 37
o
C Pada fermentasi menggunakan bakteri tunggal proteolitik FLp1, total gula dan gula
pereduksi yang dihasilkan selama empat hari inkubasi relatif konstan. Bakteri proteolitik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menghidrolisis kulit kopi untuk menghasilkan gula
pereduksi karena enzim protease tidak mempunyai kemampuan untuk menguraikan selulosa maupun hemiselulosa menjadi gula-gula sederhana, enzim protease yang dihasilkan lebih
spesifik mengubah protein-protein menjadi asam amino penyusunnya sehingga nilai total gula dan gula pereduksi yang dihasilkan relatif konstan.
Hal berbeda ditunjukkan pada total gula dan gula pereduksi yang dihasilkan pada fermentasi menggunakan kombinasi dua dan tiga spesies bakteri. Total gula dan gula pereduksi
pada kombinasi dua dan tiga spesies bakteri dijelaskan pada Gambar 10 dan 11.
Gambar10. Total gula dan gula pereduksi fermentasi menggunakan kombinasi dua spesies bakteri dalam media kulit kopi pada suhu 30
o
C dan 37
o
C 1000
1050 1100
1150 1200
1250 1300
1350 1400
1450
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
1 2
3 4
To tal
gu la
m g
m l
Gu la
P ered
u k
si m
g m
l
Waktu hari
Gula pereduksi, 30 Gula pereduksi, 37
Total gula, 30 Total gula, 37
1000 1100
1200 1300
1400 1500
1600
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
1 2
3 4
To tal
gu la
m g
m l
Gu la
P ered
u k
si m
g m
l
Waktu hari
Gula pereduksi, 30 Gula pereduksi, 37
Total gula, 30 Total gula, 37
26
Gambar 11. Total gula dan gula pereduksi fermentasi menggunakan kombinasi tiga spesies bakteri dalam media kulit kopi pada suhu 30
o
C dan 37
o
C Pada fermentasi menggunakan inokulum kombinasi dua dan tiga spesies bakteri, total gula
terus meningkat sampai hari ketiga dan kemudian menurun pada hari keempat. Hal ini sesuai dengan grafik aktivitas enzimnya. Besar kecilnya gula pereduksi yang dihasilkan berkaitan
dengan aktivitas enzim yang diproduksi. Tingginya kandungan gula pereduksi yang dihasilkan pada suhu 30
o
Aktivitas enzim selulase dan xilanase pada kombinasi tiga spesies bakteri lebih besar dibandingkan kombinasi dua spesies bakteri, hal ini sesuai dengan gula pereduksi yang
dihasilkan. Semakin besar aktivitas enzim selulase dan xilanase maka semakin banyak gula pereduksi yang dihasilkan. Selain suhu inkubasi, lama inkubasi juga mempengaruhi banyaknya
gula pereduksi yang dihasilkan. Kandungan gula pereduksi tertinggi dicapai pada hari ketiga fermentasi. Saat awal-awal inkubasi, jumlah gula pereduksi masih rendah, selaras dengan
aktivitas enzimnya. Pada awal fermentasi, glukosa maupun gula sederhana pada media dimanfaatkan untuk pertumbuhan bakteri maupun sintesis enzim. Pada hari kedua dan ketiga,
enzim yang menghidrolisis substrat selulosa dan hemiselulosa semakin meningkat, sehingga glukosa dan xilosa yang terbentuk semakin besar. Besarnya glukosa yang terbentuk merupakan
indikator tingginya aktivitas enzim. Selanjutnya pada hari keempat terjadi penurunan kadar gula pereduksi yang menunjukkan bahwa penggunaan glukosa sebagai sumber karbon lebih besar
dibandingkan dengan pembentuan gula pereduksi oleh bakteri Lestari et al., 2001. C dikarenakan aktivitas enzim selulase dan xilanase pada suhu ini lebih tinggi
sehingga lebih banyak selulosa dan hemiselulosa yang dirombak menjadi gula pereduksi.
4.2.4 SUSUT BOBOT