d. Hasil  penelitian  ini  dapat  dijadikan  masukan  dalam  penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pembelajaran bahasa Indonesia  di  sekolah  untuk  mengurangi  negatifnya  masalahnya
sikap bahasa.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada  bab  kajian  teori  akan  dijelaskan  landasan  teori  yang  mendukung penelitian  sikap  bahasa  siswa.  Teori  yang  akan  dijelaskan  antara  lain  mengenai
sikap,  bahasa,  sikap  bahasa,  serta  pembelajaran  bahasa.  Pada  bab  ini  juga disajikan hasil penelitian dari laporan penelitian yang relevan.
A. Sikap
Secara  historis,  istilah  sikap  attitude  digunakan  pertama  kali  oleh Herbert  Spencer  di  tahun  1862  yang  pada  saat  itu  diartikan  olehnya  sebagai
status  mental  seseorang.
1
Maka  dari  itu,  bagaimana  mental  seseorang ditentukan  oleh  bagaimana  mereka  bersikap.  Ketika  sikap  itu  positif  maka
mental  pun  akan  menjadi  positif  dan  terlihat  menjadi  lebih  tenang.  Namun sebaliknya,  jika  sikap  menunjukkan  sikap  negatif  maka  dampak  dari  sikap
tersebut adalah mental yang menjadi tidak tenang dan terlihat emosi. Menurut  pandangan  ini,  sikap  mempersiapkan  seseorang  untuk
bereaksi  terhadap  stimulus  dengan  suatu  cara  tertentu.  Kesiapan  yang dimaksudkan  merupakan  kecenderungan  untuk  potensial  untuk  bereaksi
dengan  cara  tertentu  apabila  individu  dihadapkan  pada  suatu  stimulus  yang mengehendaki  adanya  respons.
2
Terlepas  dengan  teori  di  atas  menunjukkan bahwa sikap adalah apa yang keluar dari jiwa seseorang ketika mendapatkan
respon.  Contohnya  adalah,  ketika  seseorang  senang  melihat  seekor  hewan seperti kucing, maka sikap  yang keluar adalah menjadi baik terhadap hewan
tersebut,  ingin  memeliharanya,  memberi  makan,  dan  sebagainya.  Beda dengan  seseorang  yang  membenci  atau  tidak  suka  terhadap  kucing  itu,  bisa
saja mereka akan acuh dan tidak peduli terhadap kucing tersebut, bahkan bisa saja ada yang mengusirnya agar tidak dekat-dekat dengannya.
1
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 3
2
Ibid, hlm. 5
6
Sikap  seseorang  terhadap  suatu  objek  adalah  berupa  perasaan mendukung  atau  tidak  mendukung.
3
Ketika  melihat  acara  pertunjukkan pemilihan  bintang  misalnya,  akan  ada  saja  orang  yang  suka  atau  tidak  suka.
Kedua sikap orang tersebut akan berbeda, orang yang suka dengan salah satu bintang  akan  memberikan  support  dengan  cara  mengirim  sms,  selalu
memujinya  misalnya,  lalu  bagaimana  dengan  yang  tidak  suka?  Dia  akan mengejek,  atau  bahkan  tidak  akan  melihatnya  sama  sekali  ketika  si  bintang
tersebut tampil. Pengertian  attitude  itu  dapat  kita  terjemahkan  dengan  sikap  terhadap
objek  tertentu,yang  dapat  merupakan  sikap  pandangan  atau  sikap  perasaan, tetapi  sikap  tersebut  disertai  oleh  kecendrungan  untuk  bertindak  sesuai
dengan sikap yang objek tadi itu. Jadi attitude itu tepat diterjemahkan sebagai sikap  dan  kesediaan  beraksi  terhadap  suatu  hal.  Attitude  itu  senantiasa
terarahkan  terhadap  suatu  hal,  suatu  objek.  Tidak  ada  attitude  tanpa objeknya.
4
Ketika  ada  sikap  maka  disitulah  terdapat  objek  yang  bisa  dinilai atau  diamati.  Ketika  objek  berbuat  aneh  maka  sikap  seseorang  pun  akan
menjadi  aneh.  Begitupun  sebaliknya,  ketika  objek  menjadi  lebih  baik  atau lebih ramah, maka seseorang itu pula akan menajadi baik atau ramah pula.
Setidak-tidaknya  terdapat  dua  pandangan  yang  saling  berkompetisi dalam  kaitannya  dengan  sikap.  Pandangan  pertama  diikuti  oleh  kaum
mentalis  yang  memandang  sikap  sebagai  suatu  keadaan  kesiapan  mental, suatu  variabel  antara  yang  menjembatani  suatu  stimulus  tertentu  dikenakan
pada seseorang dengan respon terhadap stimulus itu.
5
Sikap  dapat  dikatakan  suatu  reaksi  emosional  terhadap  suatu  objek psikologis.  Reaksi  yang  timbul  bisa  bersifat  positif  atau  negatif.  Sikap  juga
dapat  berupasuasana  batin  seseorang.  Seseorang  yang  menyetujui  terhadap suatu  objek  akan  menunjukkan  sikap  mendukung  atau  sebaliknya.  Sikap
bersifat  kompleks,  karena  pembentukannya  melibatkan  semua  aspek kepribadian,  yaitu  kognisi,  afeksi,  dan  konasi  secara  utuh.  Pada  komponen
3
Ibid, hlm. 4
4
Gerungan, Psikologi Sosiologi. Bandung: Eresco. 1988, hlm. 149
5
Sumarsono dan Paina Partana, sosiolinguistik, Yogyakarta: Sabda, 2002, hlm.