Kebijakan Lingkungan Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk. Pabrik Home Personal Care Liquid

8

2.5.1 Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999 limbah B3 adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya danatau beracun yang karena sifat danatau konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan danatau merusak lingungan hidup danatau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Sampai saat ini sektor industri merupakan penyumbang limbah B3 terbesar. Mengingat besarnya resiko yang dapat ditimbulkan, maka perlu diupayakan suatu pengelolaan terpadu dan berkesinambungan. Unsur manajemen akan memegang peranan penting dalam sistem penegelolaannya Soetiyono 2005. Pengelolaan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya danatau sifat racun Wentz 1995 dan Freeman 1988. PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999 mengatur tentang pengelolaan limbah B3 dan karakteristiknya. Karakteristik imbah yang termasuk limbah B3 adalah : 1. Limbah mudah meledak. 2. Limbah mudah terbakar. 3. Limbah yang bersifat reaktif. 4. Limbah beracun. 5. Limbah yang menyebabkan infeksi. 6. Limbah yang bersifat korosif. Jenis limbah B3 menurut sumber meliputi : 1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. 2. Limbah B3 dari sumber spesifik. 3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buagan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2.5.2 Limbah Cair

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingungan. Ada banyak parameter yang harus diukur untuk memastikan kualitas limbah cair industri. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010, ada beberapa parameter yang harus diukur dari hasil pemrosesan air limbah industri. Parameter tersebut antara lain pH, BOD, COD, kadmium, seng, mangan, timbal, sulfida, deterjen, minyaklemak, dan TSS. Semua parameter tersebut dipantau dan diukur untuk mengetahui kualitas air limbah industri. Dampak limbah cair yang mencemari badan air adalah berkurangnya oksigen yang ada di dalam badan air dan terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke dalam badan air.

2.5.3 Limbah Padat

9 Limbah padat adalah segala bentuk benda padat yang telah dikurangi atau dihabiskan nilai gunanya dari suatu kegiatan sehingga tidak terpakai. Limbah padat yang tidak dikelola dengan baik akan menumpuk sehingga menimbulkan timbulan. Timbulan tersebut akan mengurangi nilai estetika suatu kawasan dan menyebabkan gangguan lingkungan. PT Unilever Indonesia Tbk memisahkan antara limbah padat dengan limbah padat B3 sehingga diperlukan pengelolaan yang berbeda. Limbah padat B3 dikelola oleh pihak yang berkompeten agar limbah yang berbahaya tidak mencemari lingkungan yang ada.

2.5.4 Emisi Udara

Emisi udara adalah satu, beberapa atau kombinasi bahan pencemar di atmosfer seperti: debu, uap air, gas, bau, asap dan uap lainnya yang dalam kuantitas, sifat dan lama waktu keberadaanya dapat mengganggu kesehatan manusia, tumbuhan dan hewan atau gangguan pada kualitas benda atau bukan karena sebab lain maka kenyamanan hidup manusia dan biota terganggu Canter 1977. Sumber emisi udara dapat dibagi kedalam dua sumber, yaitu sumber bergerak seperti cerobong asap dan sumber tidak bergerak seperti kendaraan bermotor. Bahaya dari bahan pencemar partikulat adalah menyebabkan gangguan dan penyakit pada manusia, seperti: iritasi pada keongkongan, gangguan pada saluran pernapasan, penyakit paru-paru, jantung dan kanker, mengganggu proses fotosintesis, berbahaya untuk hewan, mengurangi visibilitas atmosfer, mempengaruhi iklim dan cuaca Miller 1979.

2.6 Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan

Pemantauan dan pengukuran merupakan perangkat pemeriksaan kinerja aktual penerapan SML dalam rangka memastikan kesesuaian penerapan SML terhadap rencana yang telah ditetapkan dalam tujuan dan sasaran lingkungan. Pemantauan adalah pemeriksaan berkala terhadap suatu proses atau kondisi yang telah berjalan. Pemantauan tidak harus memerlukan data kuantitatif yang akurat, sehingga seringkali disebut dengan pengukuran indikatif. Pengukuran menghasilkan data kuantitatif yang akurat dan cermat tentang suatu keadaan fisik maupun kimia dalam suatu proses. Dengan pemantauan dan pengukuran memungkinkan organisasi untuk: 1. Mengevaluasi kinerja lingkungan. 2. Menganalisis akar penyebab masalah. 3. Menilai penaatan peraturan lingkungan. 4. Menyempurnakan kinerja dan meningkatkan efisiensi. Menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pengelolaan lingkungan hidup adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Pada UU RI No. 23 tahun 1997 didefinisikan