Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah selliter. Pencacahan dilakukan dengan metode sapuan. Untuk memperoleh nilai
kelimpahan plankton digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: N :Kelimpahan plankton selliter
n :Jumlah pankton yang diamati pada Sedgwick Rafter Counting Call sel Vr :Volume air yang disaring pada botol contoh 30 ml
Vo :Volume sampel pada Sedgwick Rafter Counting Call 1 ml Vs :Volume air yang disaring 20 liter
Tabel 2 Metode dan alat-alat yang digunakan dalam pengukuran masing-masing parameter
No Parameter
Satuan Alat ukur
Analisis
Fisika
1 Suhu
o
C Termometer
In situ 2
Kecerahan cm
Sechhi disk In Situ
Kimia
3 pH
pH indikator In situ
4 DO
mgliter Titrasi
In situ 5
NO
2
mgliter Spektro
Lab 6
NO
3
mgliter Spektro
Lab 7
NH
3
mgliter Spektro
Lab 8
PO
4
mgliter Spektro
Lab 9
Total P mgliter
Spektro Lab
10 Total N
mgliter Spektro
Lab 11
Oksigen saturasi mgliter
Biologi
12 Produktivitas primer
mg Cm
3
jam Titrasi
In situ 13
Khlorofil-a mgliter
Spektro Lab
Biomassa fitoplankton dihitung berdasarkan prosedur analisis khlorofil-a dengan metode spektrofotometrik Boyd dan Tucker 1992 sebagai berikut :
Keterangan : Khlorofil-a: dalam mgm
3
A665 : Absorban pada panjang gelombang 665 nm
A750 : Absorban pada panjang gelombang 750 nm
V : Volume ekstrasi aseton ml
L : Panjang lintasan cahaya pada kuvet cm
S : Volume contoh air yang disaring
3.4 Analisa Data
3.4.1 Indek keanekaragaman
Keanekaragaman plankton dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Legendre and Legendre 1983 dalam Barus
2002
Diketahui: Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
n
i
= Jumlah individu spesies ke-i N
= Jumlah total individu Kisaran indeks keanekaragaman:
H’ 2.30 : keanekaragaman rendah, kesetabilan komunitas rendah
2.30 H’ 6.08 : keanekaragaman sedang, kesetabilan komunitas sedang
H’ 6,08 : keanekaragaman tinggi, kesetabilan komunitas tinggi
Legendre and Legendre 1983 dalam Barus 2002, menyatakan jika H’ =
0 maka komunitas terdiri dari satu genera atau spesies spesies tunggal. Nilai H’ akan mendekati nilai yang besar jika semua spesies terdistribusi secara merata
dalam komunitas.
3.4.2 Indeks Keseragaman
Untuk mengetahui penyebaran individu tiap genera yang mendominasi populasi maka digunakan indeks keseragaman Eveness sebagai berikut:
Keterangan: E
= indeks keseragaman H’
= Indeks keanekaragaman H’maks = ln S S = Jumlah spesies yang ditemukan
Kriteria yang digunakan:
E 0.4 : keseragaman kecil
0.4 E 0.6 : keseragaman sedang E 0.6
: keseragaman tinggi
3.4.3 Indeks Dominansi
Dominasi jenis ditentukan dengan menggunakan indeks dominasi Simpson Barus 2002, dengan persamaan:
Keterangan: C
= indeks dominansi simpson n
i
= Jumlah individu spesies ke-i N
= Jumlah total individu Pada umumnya perairan dengan keanekaragaman jenis yang rendah
cendrung memiliki keseragaman yang rendah pula. Nilai indeks keseragaman E dan indeks dominasi C berkisar antara 0-1. Jika indeks keseragaman mendekati 0,
maka nilai indeks dominasi akan mendekati 1. Hal ini jika keseragaman suatu populasi semakin kecil, maka ada kecendrungan suatu jenis mendominasi populasi
tersebut Odum 1993.
3.4.4 Stadia Suksesi
Untuk melihat stadia suksesi yang terjadi dalam komunitas fitoplankton
digunakan analisis Rank Frequency Diagram. Dalam analisis ini tiap genus fitoplankton diurutkan ranking dan diplot sehingga membentuk pola yang akan
dibandingkan dengan pola standar Frontier 1985 . 3.4.5
Produktivitas Primer
Produktivitas primer diukur dengan menggunakan metode botol gelap dan botol terang dan titrasi winkler. Kandungan oksigen terlarut dari botol inisial
diukur pada saat akan dilakukan inkubasi. Sedangkan kandungan oksigen botol terang dan botol gelap di ukur setelah inkubasi selama 4 jam. Waktu inkubasi
dilakukan didasarkan pada saat sinar matahari optimal yaitu pada pukul 10.00 –
14.00 WIB. Secara vertikal titik inkubasi berdasarkan kedalaman di bagi menjadi tiga titik yaitu pada permukaan, kedalaman Secchi dan kedalaman kompensasi
Perhitungan produktivitas primer fitoplankton dilakukan menurut Umaly dan Culvin 1988 dalam Hatta 2007 dengan menggunakan rumus :
Fotosintesis Bersih mgCm
3
jam = O
2
BT – O
2
BA x 1000 x 0,375 PQ x t