Rumusan Masalah Kerangka Teori C. Kerangka Konsep Hipotesis Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

Berdasarkan penelitian terhadap 115 ibu postpartum pada klinik Pediatrik 1994 ditemukan keberhasilan menyusui dan Menyusui Eksklusif pada kelompok suami yang tidak mengerti ASI adalah 26,9 dan pada kelompok yang mengerti ASI adalah 98,1 Roesli, 2008. Menurut survey awal yang dilakukan di Rumah Bersalin Delima di bulan Januari pada 6 ibu yang postpartum maka didapatlah data 3 ibu yang hanya memberikan ASI nya kepada bayi dan 3 ibu yang memberikan susu formula dikarenakan ASI yang tidak keluar, putting susu lecet, dan bayi yang selalu menangis pada saat disusui. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu “Bagaimanakah hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012” .

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden. Universitas Sumatera Utara b. Untuk mengidentifikasi tehnik menyusui pada ibu post partum di Rumah Bersalin Delima Tahun 2012 c. Untuk mengidentifikasi keberhasilan menyusui pada ibu post partum di Rumah Bersalin Delima Tahun 2012 d. Untuk Mengidentifikasi hubungan tehnik menyusui dengan keberhasilan menyusui pada ibu post partum di Rumah Bersalin Delima Tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian a. Bagi Pelayanan Kebidanan

Manfaat penelitian ini bagi pelayanan di Rumah Bersalin Delima diharapkan dapat memberikan masukan dalam memberikan asuhan bagi ibu post partum bagaimana cara menyusui dengan baik dan benar dalam upaya keberhasilan menyusui.

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para ibu-ibu menyusui di Rumah Bersalin Delima bagaimana menyusui bayinya dengan baik dan benar sehingga cakupan Menyusui meningkat.

c. Bagi Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa D-IV Bidan Pendidik USU bahwa tehnik menyusui berhubungan terhadap keberhasilan menyusui.

d. Bagi Penelitian Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis atau lebih lanjut dengan tema yang sama Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu ASI 1. Definisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi Kristiyanasari, 2009. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan Hubertin, 2003. ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf Yahya, 2007 Roesli 2005 mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah Menyusui secara Eksklusif saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan Universitas Sumatera Utara tim untuk jangka waktu sekurang- kurangnya selama 4 bulan , tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. ASI merupakan makanan utama bayi yang sangat baik dan tidak ada bandingnya, meskipun susu formula termahal dan terbaik. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terbukti bahwa ASI eksklusif memang lebih unggul dibandingkan susu formula. ASI mengandung zat- zat kekebalan yang tidak dimiliki oleh susu formula. Zat kekebalan ini sangat dibutuhkan oleh bayi pada bulan – bulan pertama setelah kelahirannya Prasetyono, 2009.

a. Payudara

Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub kutan superficial dan pofundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran akan bervariasi sesuai dengan aktifitas fungsiolanalnya. Ada 3 bagian utama payudara, korpus badan, areola, papilla atau putting. Areola mamea letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan beerwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap. Universitas Sumatera Utara

b. Bentuk –bentuk Payudara

Terkadang wanita berpikir, seperti apakah bentuk payudara yang ideal, hingga saat ini belum ada ketentuan pasti mengenai bentuk payudara ideal karena keindahan payudara bersifat relatif begi setiap orang. Terddapat berbagai macam bentuk payudara pada wanita: ada yang oval, lonjong, persegi, dan masih banyak yang lainnya yang diistilahkan dengan sebutan benda ataupun buah- buahan.

c. Putting Susu

Putting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang- lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat- serat otot uang longitudinal akan menarik kembali putting susu terebut. Ada 4 macam bentuk putting yaitu bentuk normalumum, pendek datar, panjang dan terbenaminverted. Namun bentuk- bentuk putting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau dot kedalam mulut bayi Struktur payudara terdiri dari tiga lapisan yaitu kulit, jaringan sub kutan, corpus mamae. Ada 15-20 duktus laktiferus, tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktulus. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing- masing dihubungkan dengan saluran air susu sehingga merupakan suatu pohon. Universitas Sumatera Utara

d. Proses Terbentuknya ASI

Pada hari kedua dan ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan padaa saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi. a Refleks prolaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin kedalam darah.melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar alveoli untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi oleh jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi dan lamanya bayi menghisap. b Refleks aliran Let Down Refleks Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormn prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehinffa memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu. Refleks let down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi Universitas Sumatera Utara apapun. Tanda- tanda lain dari let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Releks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.

2. Jenis ASI Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi:

a. Kolostrum

Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi lahir. Kolostrum mengandung banyak protein dan antibody. Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit. Pada masa awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok the. Meskipun sedikit, kolostru mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya, secara berangsur- angsur, produksi kolostrum berkurang saat air susu keluar pada hari ketiga sampai kelima Prasetyono, 2009.

b. Foremilk

Air susu yang keluar petama kali disebut susu awal foremilk. Air susu ini hanya mengandung sekitar 1-2 lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus pada bayi Prasetyono, 2009.

c. Hindmilk

Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hamper selesai. Hindmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin, sebagaiman hidangan utama setelah sup pembuka. Air susu ini Universitas Sumatera Utara memberikan sebagian besar 23nergy yang dibutuhkan oleh bayi Prasetyono, 2009.

3. Komposisi ASI Komposisi zat gizi dalam ASI adalah:

a. Karbohidrat

Karbohiodrat dalam ASI berbentuk laktosa gula susu yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari dan jumlahn ya lebih banyak dibandingkan dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7: 4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cendrung tidak mau minum MPASI. Dengan demikian, Menyusui semakin berhasil. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak. Serta pemberian 23nergy untuk kerja sel- sel saraf. Di dalam usus, sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah penyerapan kalsium dan mineral- mineral lain.

b. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun begitu “whey” dalam protein ASI hamper seluruhnya terserap oleh system pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan “ whey” ASI lebih lunak dan mudah dicerna dibandingkan “whey” PASI. Kasein yang tinggi dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relative keras dalam lambung bayi. Universitas Sumatera Utara

c. Lemak

Sekitar setengah dari energy yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan PASI. Hal ini karena ASI lebih banyak mengandung enzim pemecah lemak lipase. Kandungan total lemak dalam ASI ibu bervariasi satu sama lain, dan berbeda.- beda dari satu fase menyusui ke fase berikutnya.Pada mulanya, kandungan lemak rendah, kemudian meningkat jumlahnya. Komposisi lemak pada menit awal menyusui berbeda 10 menitr kemudian. Demikan halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua dan seterusnya yang akan terus berubah sesuai kebutuhan energy yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi. Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega 3, omega 6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel- sel jaringan otak. Meskipun produk PASI sudah dilengkapi dengan ketiga unsure tersebutt, susu formula tetap tidak mangandung enzim, karena enzim mudah rusak bila dinaskan.jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1. Asam Linoleat inilah yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf.

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relative rendah, tetapi bias mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75 dari zat besi yang terdapat dalanm ASI yang dapat Universitas Sumatera Utara diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat besi yang bias terserap dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5- 10 .

e. Vitamin

Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selam 6 bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.

4. Volume Poduksi ASI

Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan terus menerus menigkat pada 10-14 hari setelah melahirkan Prasetyono, 2009, hlm.102.

5. Manfaat ASI a. Bagi Bayi

1 Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik 2 Mengandung antibody 3 ASI mengandung komposisi yang tepat 4 Mengurangi kejadian karies dentis 5 Member rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi. 6 Terhindar alergi 7 ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi 8 Membantu perkembangan rahan dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara. Universitas Sumatera Utara

b. Bagi Ibu 1 Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung- ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofisis mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. 2 Aspek kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. 3 Aspek penurunan berat badan Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh.Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lwmak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. 4 Aspek psikologis Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. Universitas Sumatera Utara

c. Bagi Keluarga 1 Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. 2 Aspek psikologi Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. 3 Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.

d. Bagi Negara

1 Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi Adanya faktor protektif dan 27nergy27t yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. 2 Menghemat devisa Negara ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula. 3 Mengurangi subsidi untuk rumah sakit Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Universitas Sumatera Utara 4 Peningkatan kualitas generasi penerus Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

6. Upaya Memperbanyak ASI

Banyak hal yang mempengaruhi produksi ASI dan pengeluaran ASI yang dipengaruhi oleh dua hormon yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktrin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang dihasilkan juga banyak. Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi, semakin sering putting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran ASI. Hormone oksitosin sering digunakan sebagai horrmon kasih sayang. Sebab kadarnya sangat sipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, relaks. Hal- hal yang mempengaruhi produksi ASI: a. Makanan b. Ketenangan jiwa dan pikiran c. Penggunaan alat kontrasepsi d. Perawatan payudara e. Anatomis payudara f. Faktor fisiologi g. Pola istirahat h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan i. Faktor obat- obatan Universitas Sumatera Utara j. Berat lahir bayi k. Umur kehamilan saat melahirkankan

7. Jadwal Menyusui

Dalam 3 hari setelah melahirkan, hanya cairan kuning tebal kolostrum yang dihasilkan ibu, dan bayi mempunyai simpanan makanan sendiri. Dulu bayi disarankan untuk didekatkan ke payudara selama 3 sampai 5 menit, antara 3 dan 6 kali dalam 24 jam pertama, kemudian setiap 4 jam selama 2 hari berikutnya, untuk ,membantu agar air susu dapat ditelan. Bukti menunjukkan, pemberian air susu sebaiknya tidak rutin, Karena bayi akan tersedak apabila disusui dengan jarak waktu yang pendek selama bayi menginginkan, dan setiap Menyusui sebaiknya hanya berlangsung dengan singkat. Selama masa tersebut jangan memberikan makanan tambahan kepada bayi berupa air gula atau susu, karena akan mengurangi keinginannya untuk minum ASI. Jika ibu menyusu sesuai keinginan bayi, biasanya akan lebih mudah dari pada bayi disusui pada waktu- waktu tertentu.

B. Tehnik Menyusui

Kunci dari proses menyusui yang menyenangkan dan bebas masalah adalah mengetahui cara mengisap payudara dengan posisi mulut yang benar.jika bayi ,menghisap dengan posisi mulut yang benar, ia akan mendapatkan cukup ASI dan dapat menghindari masalah dengan payudara dan laktasi Stopard, 2006. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Universitas Sumatera Utara Tehnik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar Perinasia, 2003. Cara menghisap bayi pada payudara ketika menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui bayi, walaupun sudah dapat menghisap tetapi dapat mengakibatkan puting terasa nyeri. Selain itu mungkin masih ada masalah lain, terutama pada minggu pertama setelah persalinan. Saat ini ibu secara emosional lebih pekasensitif Sidi, et al. 2004. Hal 6.

1. Langkah- langkah menyusui yang benar

a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu Sidi, et al. 2004. . b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu payudara Ibu duduk dan berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak terganggu dan punggung ibu bersandar pada sandaran; Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu; satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu lagi didepan; perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara tidak hanya membelokkan kepala bayi; telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; ibu menatap bayi dengan kasih sayang Sidi, et al. 2004. Hal 8. c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menahan putting susu atau areolanya saja Sidi, et al. 2004. Hal 8. Universitas Sumatera Utara d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut rooting reflex dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi Sidi, et al. 2004. Hal 8. e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi Sidi, et al. 2004. Hal 9.

2. Posisi Menyusui

Ada tiga posisi dasar menyusui yang harus diketahui oleh ibu agar proses menyusui dapat proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan nyaman. Ketiga posisi yang dimaksud ini adalah:

a. Posisi Mulut Bayi dan Payudara Ibu Perlekatan

Ketika menyusui bayi, ibu kadang mengetahu cara menyusui yang tepat. Cara menyusui dianggap sudah benar, dan perlekatan bayi pun dikira sudah sesuaai prosedur yang sebenarnya, sehingga bayi bias menyusu sepuasnya. Pada saat menyusui, mungkin perlekatan mulut bayi ke putting payudara terlepas, sehingga bayi menangis. Seharusnya ibu berusaha mengarahkan kembali mulut bayi ke putting payudara. Namun, bayi sulit mengarahkan mulutnya ke putting payudara. Inilah pentingnya perlekatan yang baik agar ibu berhasil menyusui bayinya. Barbagai tata laksana perlekatan yang tepat adalah sebagi berikut: Universitas Sumatera Utara a Bayi datang dari arah kebawah, sehingga bayi mendongak dengan hidung bayi berhadapan dengan putting payudara. Dagu bayi ditempelkan pada payudara, dan pipi bayi tampak menggelembung. b Bibir bawah, dagu, atau pipi bayi dirangsang dengan payudara. Tindakan ini bertujuan agar mulut bayi terbuka lebar. Saat itu, bayi didekatkan ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi. Ibu tidak boleh menekan kepala bayi atau membenamkan seluruh bagian wajah bayi ke payudara, sehingga bayi sulit bernafas. c Ibu memastikan bahwa mulut bayi berada pada posisi sedemikian rupa, sehingga gusinya menggigit daerah areola atau di sekeliling putting payudara ibu. d Areola bagian atas mesti terlihat lebih luas ketimbang bagian bawah. Saat itu, mulut bayi terbuka lebar, sedangkan bibir bawahnya terputar keluar. Supaya ibu bisa menyusui dengan baik, ibu juga perlu mencermati perlekatan yang salah. Diantaranya adalah sebagi berikut: 1 Luas areola atas dan bawah terlihat sama, atau areola bawah tampak lebih luas ketimbang bagian atas. 2 Mulut bayi tidak terbuka lebar, serta bibir bawah ke dalam dan tidak berputar. 3 Dagu bayi tidak melekat pada payudara ibu 4 Jarak antara hidung dan dagu bayi ke payudara ibu sama jauhnya atau saling melekat. 5 Arah kepala bayi tampak lurus atau menunduk guna mencapai payudara. Universitas Sumatera Utara

b. Posisi Badan Ibu

Posisi bayi juga termasuk faktor pendukung perlekatan yang baik. Diantaranya ialah posisi perut ke perut. Tatalaksana posisi ini adalah bayi berbaring menyamping dengan wajah menghadap dada ibu, sehingga mulut bayi dekat dengan putting payudara ibu, sedangkan perutnya menempel pada perut ibu. Disini, telinga, bahu, lengan bagian atas, dan pinggul bayi harus berada pada satu garis lurus. Untuk lebih jelasnya, silahkan cermati uarain berikut: a Posisi Duduk Biasanya, kesulitan ibu dalam menyusui bayinya dikarenakan bayi tidak diposisikan pada payudara secara tepat. Bila sejak awal ibu bias melakukannya dengan baik, semua kesulitan bias diatasi. Beberapa posisi ibu menyusui bayi dalam keadaan duduk adalah sebagi berikut: 1 Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta kaki dipijakkan ke tanah secara rata. 2 Ibu bias menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk menyangga berat badan bayi, dan agar bayi sejajar payudara ibu. 3 Ibu menggendong bayi menggunakan lengan kanan bila menyusui dengan payudara kiri. Demikian pula sebaliknya. Pada posisi ini, kepala, leher, dan punggung bayi dalam keadaan lurus, dan dengan kepala agak terangkat ke belakang. 4 Ibu membuat pangkal leher dan kepala bayi leluasa bergerak ke belakang saat mengadah. Universitas Sumatera Utara 5 Ibu mengangkat bayi agar hidungnya sejajar dengan puting payudara. 6 Ibu menyentuh mulut bayi pada payudara dengan lembut. Sebaiknya, ibu menunggu bayi dalam beberapa waktu hingga ia membuka lebar mulutnya, misalnya saat ia menguap. 7 Ketika mulut bayi terbuka lebar, ibu segera mengarahkan mulut bayi ke payudara. Pada awalnya, ibu mengarahkan dagu bayi terlebih dahulu, keudian putting payudara diarahkan keatas mulut. Sebaiknya, ibu meletakkan bibir bawah bayi sejauh mungkin dari bagian bawah putting payudara, sehingga sebagian besar areola masuk kedaalam mulutnya. Lidah bayi mesti berada diatas gusi bawah, dan kepalanya tidak boleh berpaling.Bila bayi telah dapat menyusu dengan baik, ibu memindahkan bayi ke tangan sebelah. b Posisi ibu tidur miring Pada posisi miring, posisi payudara diatas kepala, sehingga mulut bayi sulit mencapai putting payudara ibu. Bila keadaan ini terus berlanjut, bayi akan frustasi dan mulai menangis. Oleh karena itu, jika ibu menyukai posisi miring, hendaknya ibu mengusahakan agar putting payudaranya sejajar mulut bayi, sehingga mulut bayi dapat lebih mudah mencapai putting payudara, dan ia pun lebih leluasa mengisapnya. Posisi miring dengan kepala bayi menghadap ke atas bias membuat bayi cepat lelah, karena ia harus menahan beban kepala. Posisi tersebut akan membuatnya menderita. Saat itu, tenaga daya isap lambat laun melemah, dan air susu yang diisap pun tidak Universitas Sumatera Utara maksimal. Supaya ibu lebih memahami posisi menyusui miring yang tidak tepat. c Posisi ibu tidur terlentang Sama halnya dengan posisi miring, posisi ibu tidur terlentang juga dinilai kurang tepat. Sebab, air susu yang diisap bayi seharusnya menurun, bukan ke atas. Hal ini akan membuat bayi bekerja keras sekuat tenaga untuk memompa naik air susu. gambar 2.1 Macam-macam posisi saat menyusui

c. Posisi Badan Ibu dan Bayi

Setelah perlekatan, bayi akan terlihat sangat bersemangat menyusu. Selanjutnya, gerakannya akan melambat, bahkan ia pun dapat tertidur saat menyusu kepada ibunya. Bila hal ini terjadi, sebaiknya ibu membangunkan bayi dengan menyentuh pipinya, menggoyang- Universitas Sumatera Utara goyangkan tangannya, atau menggelitik telapak kakinya agar ia menghisap ASI lagi. Boleh jadi, ibu kurang mengetahui cara perlekatan bayi yang tepat, sehingga ibu kadang merasa kesakitan ketika menyusui bayinya. Pada masa- masa awal menyusui, walaupun perlekatan sudah benar, putting payudara bias terasa agak nyeri, yang biasanya akan hilang setelah ibu terbiasa menyusui. Namun, bila ibu merasa sangat kesakitan atau putting payudaranya berdarah, hal itu merupakan indikasi kuat terjadinya perlekatan yang belum benar. Semestinya, menyusui terasa menyenangkan bagi ibu dan bayi, bukan menyakiti ibu. Semua ibu tentu ingin menyusui bayi dengan cara dan posisi yang tepat. Supaya itu bias terwujud, ibu harus memperhatikan beberapa tips berikut: a Saat duduk di sofa yang empuk, sebaiknya ibu meletakkan bantal- bantal kursi di punggung agar badan lebih maju. b Ibu meletakkan kaki diatas kursi kecil atau tumpukan buku telepon supaya pangkuan rata. c Bila tangan bayi terlalu sering bergerak, hendaknya lengan bayi dilingkarkan ke badan ibu. d Bayi diarahkan ke payudara, bukan payudara diarahkan ke bayi. Tindakan ini bertujuan agar ibu merasa nyaman, dan air susu bisa keluar dengan lancar. e Jika bayi tidak mau membuka lebar mulutnya, sebaiknya ibu menggesekkan putting payuda atau jari pada bibir atasnya dengan lembut untuk mendapatkan refleks menganga. Terkadang, tindakan Universitas Sumatera Utara tersebut perlu dilakukan berulang kali. Oleh karena itu, ibu harus lebih bersabar melakukannya. f Seluruh areola tidak harus masuk ke mulut bayi. Saat menyusui, sebaiknya areola bagian atas terlihat lebih luas ketimbbang bagian bawah. g Ibu tidak boleh meremas payudara dengan kuat. h Bila memerlukan penyangga ketika menyusui, ibu bias meletakkan tangan pada tulang rusuk. i Ibu tetap menyusui dengan salah satu payudara selama bayi masih terus mengisap. Setelah beberapa lama, ibu dapat menyusui dengan payudara lainnya, j Ibu bisa menyusui sambil berbaring bila telah berhasil menyusui sembari duduk. k Untuk melepaskan bayi dari putting payudara, ibu dapat meletakkan jari kelingking disudut mulut bayi untuk menghentikan isapannya. Ibu tidak boleh menarik mulut bayi dari payudara, karena ibu akan merasa kesakitan. l Bila ibu masih ragu untuk menentukan posisi menyusui yang benar, ibu bisa menemui para ahli.

3. Cara pengamatan tehnik menyusui yang benar

Menurut Suherni, dkk, 2009 Menyusui dengan tehnik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Universitas Sumatera Utara Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, perhatikan: bayi tampak tenang; badan bayi menempel pada perut ibu; mulut bayi terbuka lebar; dagu bayi menempel pada payudara ibu; sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak yang masuk; bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan; puting susu ibu tidak terasa nyeri; telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; kepala agak menengadah; melepas isapan bayi. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan, jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan kebawah; menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan yang dihisap terakhir; setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya; menyendawakan bayi yang bertujuan mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Caranya bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan Sidi, et al. 2004. Hal 9. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : a. Bayi tampak tenang b. Badan bayi menempel pada perut ibu Universitas Sumatera Utara c. Dagu bayi menempel pada payudara d. Mulut bayi terbuka cukup lebar e. Bibir bawah bayi juga terbuka lebar f. Areola yang kelihatan lebih luas dibagian atas daripada ibagian bawah mulut bayi. g. Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya, lembut dan tidak ada bunyi. h. Putting susu tidak merasa nyeri. i. Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus. j. Kepala bayi tidak pada posisi tengadah. Gambar 2.2 Perlekatan yang benar. Gambar 2.3 Perlekatan yang salah.

4. Lama dan frekuensi menyusui

Menurut kristiyanasari, 2009 Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain kencing, kepanasankedinginan atau sekedar ingin didekap atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara Universitas Sumatera Utara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang BH yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

5. Mitos Tentang Menyusui

Menurut kristiyanasari,2009 berkembangnya informasi yang tidak benar dan kurang tepat di masyarakat, ditambah lagi adanya mitos menyusui, dapat membuat ibu kurang percaya diri serta menurun semangatnya untuk menyusui. Yang sangat menyedihkan, mitos-mitos ini diajarkan secara turun temurun sehingga menjadi semacam budayaadat istiadat. Berikut ini mitos- mitos di seputar masalah menyusui: a. Menyusui mengubah payudara wanita Mitos ini tidak benar. Menyusu tidak mengubah bentuk payudara wanita secara permanen. Yang mengubah bentuk payudara adalah kehamilan.kehamilan menyebabkan dikeluarkannya hormone dan Universitas Sumatera Utara menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara. Payudara yang sudah penuh terisi air susu tentu akan berbeda bentuknya dengan payudara yang belum pernah terisi air susu Yuliarti, 2010 b. Menyusui menyebabkan kesukaran penurunan berat badan Mitos ini juga tidak benar. Data membuktikan menyusui dapat membantu ibu menurunkan berat badan lebih cepat daripada yang tidak memberikan ASI eksklusif. Dengan menyusui, timbunan lemak sewwaktu hamil akan digunakan dalam proses menyusui. Wanita yang tidak menyusui akan sukar menghilangkan timbunan lemak karena lemak memang khusus dipersiapkan tubuh untuk menyusui. c. ASI belum keluar pada hari- hari pertama sehingga perlu ditambah susu formula Pada hari pertama sebenarnya bayi belum memerlukan cairan atau makanan sehingga belum diperlukan pemberian susu formula, cairan lain, atau cairan prelactal feeding. Bayi pada usia 30 menit harus disusukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi nonnutritive sucking, tetapi untuk belajar menyusu atau membiasakan mengisap putting susu, dan guna mempersiapkan ibu mulai memproduksi ASI. Gerakan refleks menghisap pada bayi baru lahir mencapai puncaknya. d. Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif 4-6 bulan Ini tidak benar. Banyak ibu bekerja berhasil memberikan ASI eksklusif pada banyinya selama 4-6 bulan, tanpa cuti tambahan. Kuncinya adalah dengan memberikan ASI perah pada bayi selama ibu bekerja. Universitas Sumatera Utara e. Payudara kecil, tidak menghasilkan cukup ASI. Ini juga tidak benar. Besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak sedikitnya produksi ASI karena payudara yang besar hanya mengandung lebih banyak jaringan lemak dibandingkan yang kecil. f. ASI keluar pertama kali harus dibuang karena kotor ASI keluar pada hari ke-1 hingga hari ke-5 atau ke-7 dinamakan kolostrum atau susu jolong. Cairan jernih kekuningan ini mengandung zat putih telur atau protein dalam kadar tinggi, zat antiinfeksi, atau zat daya tahan tubuh immunoglobulin dalam kadar yang lebih tinggi daripada susu mature. g. ASI ibu kurang gizi, kualitasnya tidak baik Bayi dan ASI sebenarnya bersifat parasit. Sampai batas tertentu, kualitas dan kuantitas ASI akan tetap dipertahankan walaupun harus mengorbankan gizi ibu. Kulitas ASI baru berkurang apabila ibu menderita kekurangan gizi tingkat ke-3. h. ASI saya tidak cukup, ASI saya kering, bayi tidak cukup mendapat ASI karena minumnya banyak Dari 100 ibu yang mengatakan produksi ASI-nya kurang, berdasarkan penelitian ternyata hanya dua ibu yang benar- benar kurang. Yang lainnya mempunyai ckup ASI, tetapi kurang mendapat informasi manajemen laktasi yang benar, posisi menyusui masih kurang tepat, dan terpengaruh mitos- mitos menyusui sehingga produksi ASI terhambat. i. Takut memberikan ASI karena ASI mengandung residu pestisida dan bahan beracun Banyak ibu gelisah dengan adanya laporan menakutkan tentang tercemarnya susu sapi juga ASI oleh zat beracun, seperti dioxin atau logam Universitas Sumatera Utara berat berbahaya yang akan membahayakan bayi. Sebenarnya tidak ditemukan bukti- bukti secara kedokteran adanya bayi yang sakit karena ASI mengandung zat-zat beracun.

C. Keberhasilan Menyusui

Angka keberhasilan menyusui khususnya secara eksklusif meningkat dinegara maju, tetapi hal ini belum terjadi di Negara berkembang seperti di Indonesia. Menyusui dengan baik dan tepat akan membuat produksi ASI lancar dan banyak, dan anak menjadi puas dan tenang setelah menyusu. Banyak ibu yang merasa bahwa menyusu dengan cara apapun hasilnya akan sama, susu tetap bisa keluar dan bayi akan kenyang Wordpress, 2011.

1. Faktor- faktor yang berpengaruh Terhadap Keberhasilan Menyusui a.

Memberikan Informasi yang benar tentang ASI Informasi tentyang ASI perlu diperhatikan kepada siapa saja dan sedini mungkin agar terjadi lingkungan yang mendukung pemberian ASI. Pemberian informasi untuk usia kanak- kanak. Anak sekolah Taman Kanak- kanak dan Sekolah Dasar diperkenalkan tentang pemberian ASI dengan cara memperlihatkan dan menjelaskan bahwa semua makhluk yang melahirkan akan menyusui bayinya sendiri. Dengan demikian mereka akan tahu bahwa bayi manusia sewajarnya juga mendapat ASI ibunya sebagaiman sapi menyusui anak sapi Sidi, et al.2004 Pemberian informasi untuk usia remaja. Pada usia ini para remaja melalui pelajaran anatomi dan biologi yang diajarkan di SMP dan SMA diperkenalkan dengan anatomi dan fungsi payudara. Dijelaskan pada para remaja Universitas Sumatera Utara bahwa fungsi utama payudara adalah sebagai kelenjar endokrin yang akan menghasilkan ASI untuk bayi yang dilahirkan Sidi, et al. 2004. Hal 2. Pemberian informasi untuk petugas kesehatan. Di dalam kurikulum untuk petugas kesehatan selain anatomi payudara dan fisiologi laktasi, perlu dimasukkan materi mengenai manajemen laktasi dan teknik konseling untuk dapat membantu ibu yang bermasalah dalam menyusui, ibu hamil dan ibu menyusui Sidi, et al. 2004. Hal 2. Untuk ibu dan calon ibu perlu diinformasikan mengenai keunggulan ASI sebagai makanan untuk bayi, kerugian memberikan susu formula, manfaat ASI untuk bayi, ibu dan keluarga. Juga cara menyusui yang baik dan benar dengan posisi yang benar dan kapan waktunya memberikan makanan pendamping ASI. Hal ini dapat diberikan berupa seminar atau kursu ibu atau pada pelayanan di fasilitas tempat bersalin Sidi, et al.2004 Keluarga suami, nenek, bibi, dan sebagaimananya perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui, misalnya dengan menggantikan untuk sementara tugas rumah tangga ibu seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Ibu dan bayi memerlukan waktu untuk berkenalan baby-moon Sidi, et al. 2004. Hal 2. Majikan yang mengetahui tentang pentingnya ASI akan memberikan kesempatan dan fasilitas untuk para pekerja wanitanya yang masih menyusui untuk memerah dan menyimpan ASInya pada waktu bekerja Sidi, et al. 2004. Hal 2. Universitas Sumatera Utara b. Tatalaksana di Tempat Bersalin yang Mendukung ASI Rumah Sakit Sayang Bayi Setiap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan perawatan bayi baru lahir seharusnya mempunyai pedoman tertulis tentang menyusui, yang mencakup perawatan calon ibu, ibu yang baru melahirkan serta ibu yang menyusui. Pedoman ini hendaknya memperhatikan dan memasyarakatkan peraturanperundangan yang mendukung program peningkatan penggunaan ASI. Para petugas perlu menyadari sepenuhnya pentingnya menyusui dan untuk ini harus dibekali pengetahuan tentang manfaat menyusui serta keterampilan penatalaksanaan laktasi agar dapat melaksanakan tugas penyuluhan dan tata laksana laktasi yang baik dan benar Sidi, et al. 2004. Hal 3. Peranan tatalaksana di tempat bersalin sangat penting. Tatalaksana yang menunjang keberhasilan menyusui harus dilaksanakan, seperti: a Bayi segera diberikan kepada ibu Reflex hisap yang paling kuat adalah pada jam-jam pertama setelah lahir. Setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir tidak bermasalah maka sesegera mungkin dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir diberikan kepada ibunya untuk merangsang payudara. Rangsangan payudara ini akan mempercepat timbulnya refleks prolaktin dan mempercepat produksi ASI Sidi, et al. 2004. Hal 3. b Merawat bayi bersama ibunya ada fasilitas rawat gabung Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina dari kamar bersalin harus tetap dipertahankan dengan meletakkan bayi di samping ibunya, apakah Universitas Sumatera Utara satu tempat tidur atau di boks di samping tempat tidur ibunya sehingga mudah diraih ibu Sidi, et al. 2004. Hal 3. Keuntungannya adalah: mempererat hubungan ibu dan bayi; memberi kesempatan bayi menyusu sesering mungkin; mempercepat keluarnya ASI; mengurangi infeksi uterus; mengurangi infeksi nosokomial; memberi kesempatan ibu belajar merawat bayi sendiri; memberi kesempatan petugas melakukan tugas penyuluhan Sidi, et al. 2004. Hal 3. c Mengajarkan tehnik menyusui yang benar Tehnik menyusui yang salah dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, malah bisa terjadi penyumbatan saluran dan radang payudara. Untuk mengetahui apakah bayi telah menyusu dengan teknik yang benar dapat dilihat: bayi tampak tenang; perut dan badan bayi menempel pada perut ibu; mulut bayi terbuka lebar; dagu bayi menempel pada payudara ibu; sebagian besar areola terutama yang bagian bawah masuk kedalam mulut bayi; bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan tanpa mengeluarkan bunyi selain bunyi menelan; puting susu ibu tidak terasa nyeri; telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus; kepala tidak menengadah Sidi, et al. 2004. Hal 3. Universitas Sumatera Utara d Mengajarkan mengeluarkan ASI secara manual Bila bayi harus dirawat terpisah dari ibunya karena memerlukan perawatan khusus atau ibunya harus sudah mulai bekerja maka tidak adanya hisapan bayi yang merangsang puting akan menurunkan produksi ASI. Untuk itu ibu perlu diajarkan untuk memerah ASI setiap 3 jam. Pengosongan payudara akan merangsang pembentukan ASI. ASI yang dikeluarkan dengan cara demikian dapat disimpan dalam suhu ruangan antara 6-8jam dalam lemari pendingin selama 24-48 jam Sidi, et al. 2004. Hal 4. e Jangan memberikan makanan prelakteal Sering kali bila ASI belum keluar, bayi diberikan makanan prelakteal berupa air gula atau susu formula. Hal ini sangat merugikan karena akan menghilangkan rasa haus bayi sehingga bayi malas menyusu. Selain itu susu formula berasal dari susu sapi yang berupa protein asing yang dapat merangsang reaksi alergi bayi. Dalam keadaan normal, cadangan tenaga dan air dalam tubuh bayi baru lahir cukup untuk pertahanan bayi pada hari-hari pertama sebelum proses menyusui menjadi mantap Sidi, et al. 2004. Hal 4. f Jangan menjadwalkan pemberian ASI Biarkan bayi menyusui setiap dia ingin menyusu. Penjadwalan ketat akan membuat bayi frustasi. Perlu diberitahu kepada ibu bahwa keinginan bayi sering menyusu bukan karena ASI kurang, tetapi memang karena ASI cepat dicerna sehingga pengosongan lambung bayi setelah minum ASI terjadi dalam waktu 1-2 jam Sidi, et al. 2004. Hal 4. Universitas Sumatera Utara g Jangan memberikan kempengdot pada bayi Cara menghisap dari puting sangat berbeda dengan menghisap dari dot. Bila bayi telah diberi minum dari dot, maka dia tidak akan pandai menyusu dari ibu bingung putting. Bila bayi tidak dapat menyusu pada ibu oleh karena suatu hal maka pemberian ASI atau minuman lain diberikan dengan sendok, pipet, atau cangkir kecil Sidi, et al. 2004. Hal 4. h Mempunyai fasilitas klinik laktasi Klinik ini mengatasi semua masalah yang berhubungan dengan laktasi, dengan begitu sasarannya adalah ibu hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, pelayanan medis terutama adalah bimbingan persiapan menyusui yang pada prinsipnya mempersiapkan psikis dan fisik ibu. Persiapan psikis meliputi informasi manfaat ASI serta kerugian penggunaan susu formula, manfaat rawat gabung, menghilangkan mitos yang salah agar ibu termotivasi untuk menyusui. Persiapan fisik meliputi pengawasan kehamilan, pemeriksaan putting susu, dan penyuluhan gizi. Pada masa menyusui diberikan pengawasan pemberian ASI, pertumbuhan bayi dan konseling bila ada masalah Sidi, et al. 2004. Hal 4. i Membina kelompok pendukung ASI Kelompok ini terdiri dari ibu-ibu yang telah berpengalaman dan berhasil menyusui bayinya sendiri dan secara sukarela ingin membantu ibu- ibu lain agar dapat berhasil menyusui juga Sidi, et al. 2004. Hal 5. Universitas Sumatera Utara

c. Mengusahakan Keberhasilan Menyusui bagi Ibu yang Bekerja

Salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12 minggu, itupun 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Untuk menanggulangi ini perlu disiapkan hal-hal berikut; cuti melahirkan diperpanjang menjadi paling kurang 4 bulan untuk ibu yang menyusui, dengan jaminan gaji penuh selama cuti dan pekerjaan masih tetap terbuka bila cuti selesai; selama cuti ibu hanya memberi ASI, jangan memperkenalkan susu formula dengan alasan agar terbiasa karena akan ditinggal kerja; tempat bekerja disiapkan menjadi mother-friendly working place di mana terdapat fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI; Bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi Sidi, et al. 2004. Hal 5.

d. Menyediakan Fasilitas Menyusui di Tempat Umum

Masyarakat kita masih sungkan untuk menyusui di depan umum. Agar bayi tidak terganggu menyusu maka perlu disediakan fasilitas menyusui di tempat umum misalnya, di stasiun kareta api, bandara, mal, dan sebagainya Sidi, et al. 2004. Hal 5. Faktor keberhasilan menyusui adalah komitmen ibu untuk menyusui, dilaksanakan secara dini early initiation, posisi menyusui yang benar yang baik untuk ibu maupun bayi, menyusui atas permintaan bayi on demand, dan diberikan secara eksklusif. Afifah, 2007.

2. Parameter keberhasilan menyusui ditandai dengan cukupnya ASI bagi si bayi yang ditandai dengan:

a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya bersih jernih sampai kuning Universitas Sumatera Utara b. Bayi sering buang air besar bewarna kekuningan “berbiji”. c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup. Bayi setidaknya menyusui10-12 kali dalam 24 jam. d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui. e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu. f. Bayi bertambah berat badannya. g. Ibu dapat mendengarkan suara menelan bayi. h. Bayi tidak menangis pada saat disusui. i. Kulit bayi terasa lembut dan lembab. j. Ibu dapat mendengarkan suara pada saat bayi menelan Ambarwati, 2008.

3. Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui

Langkah- langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui secra eksklusif menurut Departemen Kesehatan RI 2005 adalah sebagai berikut: a. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui b. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan. c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang menfaat menyusui dan penatalaksanaanya, melalui unit rawat jalan kebidanan dengan memberikan penyuluhan: manfaat ibu hamil, KB,senam hamil dan senam payudara. d. Membantu ibu-ibu meulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukuan diruang bersalin. Apabila ibu mendapat narkose umum, bayi disusui setelah ibu sadar. Universitas Sumatera Utara e. Memperlihatkan kepada ibu- ibu bagaimana cara menyusui dan cara memperthankannya, melalui penyuluhan yangdilakukan di ruang perawatan. f. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. g. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersama anatara dokter, bidan, perawat, dan ibu. h. Memberikan ASI kepada bayi tanpa jadwal i. Tidak memberikan dot atau kompeng kepada bayi. j. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui, seperti adanya pojok laktasi yang mementau kesehatan ibu nifas dan bayi, payudara, dll. Universitas Sumatera Utara

A. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

B. C.

D. Sumber : Ambarwati, 2008; Roesli, 2006; Prasetyono, 2009;Stopard, 2006. • Tehnik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar • Tehnik menyusui yang benar sangat bermanfaat dalam pertumbuhan si bayi. Teknik menyusui yang benar dapat merangsang hormon prolaktin diproduksi dengan baik. KEBERHASILAN MENYUSUI Bayi kencing 6 kali sehari dan warnanya jernih sampai kuning muda. Payudara ibu terasa lembut atau kosong Bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji” Bayi menyusui 10-12 kali dalam 24 jam Berat badan bayi mengalami kenaikan dalam 2 minggu Universitas Sumatera Utara BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya.Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Skema 3.1 Kerangka Konsep.

B. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif Ha, dimana terdapat hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima tahun 2012. TEHNIK MENYUSUI KEBERHASILAN MENYUSUI Universitas Sumatera Utara

C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

NO Variabel Penelitian Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Tehnik menyusui Cara yang dilakukan berkenaan dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dalam menyusui Lembar Observasi Observasi 1.Benar bila responden mendapatkan skor 9-16 2. Salah bila responden mendapatkan skor 0-8. Nominal 2 Keberhasilan menyusui Sesuatu yang dicapai ibu dalam rangka menyusui bayinya yang dilihat dari cukupnya bayi mendapat ASI Lembar Observasi Observasi 1.berhasil bila responden mendapatkan skor 6-10 2.Tidak berhasil bila responden mendapatkan skor 0-5. Nominal Universitas Sumatera Utara BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penilitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Yang bertujuan untuk mengindentifikasi hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum..

B. Populasi dan Sampel