Latar Belakang Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap Keberhasilan Menyusui Pada Ibu Postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan program upaya kesehatan dalam rangka panjang salah satu tujuanya adalah meningkatkan status kesehataan reproduksi bagi wanita usia subur termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok melaksanakan upaya kesehatan reproduksi disemua unit pelayanan Dinas Kesehatan, 2006. Masa setelah melahirkan merupakan masa penting bagi seorang ibu. Sebab, saat itu ibu ,menyusui anaknya. Ibu memberikan Air Susu Ibu ASI secara eksklusif sejak hari pertama kelahiran anak hingga enam bulan kedepan. Pada periode ini , anak sangat membutuhkan nutrisi lengkap guna tumbuh kembangnya. Agar ASI yang diproduksi bagus, seorang ibu harus sehat dan mencukupi kebutuhan gizinya setiap hari Prasetyono, 2009. Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta- juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik.Walaupun demmikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukuan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah Roesli, 2000. Pada masa menyusui, seorang ibu harus berupaya mendapatkan informasi yang benar tentang penyusuan. Sayangnya, banyak ibu yang tidak menyadari pentingnya ASI bagi bayi, terutama ibu yang bekerja diluar rumah. Selain faktor kesibukan, ternyata kendala fisik juga turut menurunkan semangat ibu dalam menyusui anaknya Prasetyono, 2009. Universitas Sumatera Utara ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum usia enam bulan. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui ASI Eksklusif berhasil. Banyak alasan yang dikemukan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASInya tidak cukup, ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayinya. Informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar, Menyusui Eksklusif belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu Kristyanasari,2009. Oleh karena Menyusui sangat penting bagi tumbuh kembang bayi yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar tatalaksananya dilakukan dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif Depkes RI, 2006. Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif srlama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia WHO. Sentra laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia 2002- 2003 , hanya 15 ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di Indonesia , rata-rata ibu memberikkan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Ironisnya pada tahun 2005-2006 bayi di Amerika Serikat yang mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat menjadi 60-70 Yuliarti, 2010. Menurut World Health Organization WHO Tahun 2002 dalam Depkes 2005, pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan mutlak diperoleh melalui ASI bagi Universitas Sumatera Utara bayi dengan ASI eksklusif. Berdasarkan hal ini maka upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum dan pada masa Menyusui eksklusif. Selain itu Bank Dunia World Bank Tahun 2006 mengemukakan bahwa upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan didasarkan bahwa gizi kurang pada anak usia kurang dari 2 tahun akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kecerdasan, dan produktivitas, dan dampak ini sebagian besar tidak dapat diperbaiki. Menyikapi permasalahan pentingnya Menyusui bagi bayi, pemerintah Indonesia telah menggalakkan program Menyusui Esklusif sejak tahun 1990 yang dikenal dengan Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu PP-ASI. Sehubungan dengan itutelah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.450MENKESIV2004 tentang Menyusui secara eksklusif pada bayi Indonesia Depkes RI, 2005. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2002-2003, didapati data jumlah Menyusui eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64 dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni, 46 pada bayi usia 2-3 bulan dan 14 pada bayi usia 4-5. Yang lebih memprihatinkan, 13 bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan Media Indonesia, 2005. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT Tahun 2004, ditemukan berbagai alasan ibu-ibu menghentikan Menyusui Eksklusif kepada bayinya, diantaranya produksi ASI kurang 32, ibu bekerja 16, ingin dianggap modern 4, masalah pada puting susu 28, pengaruh iklan susu formula 16 dan pengaruh orang lain terutama suami 4 Tasya, 2008. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian terhadap 115 ibu postpartum pada klinik Pediatrik 1994 ditemukan keberhasilan menyusui dan Menyusui Eksklusif pada kelompok suami yang tidak mengerti ASI adalah 26,9 dan pada kelompok yang mengerti ASI adalah 98,1 Roesli, 2008. Menurut survey awal yang dilakukan di Rumah Bersalin Delima di bulan Januari pada 6 ibu yang postpartum maka didapatlah data 3 ibu yang hanya memberikan ASI nya kepada bayi dan 3 ibu yang memberikan susu formula dikarenakan ASI yang tidak keluar, putting susu lecet, dan bayi yang selalu menangis pada saat disusui. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah