IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Bogor merupakan salah satu Unit Kerja Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, yang
berkedudukan di Ibu kota Kabupaten Bogor di Cibinong. Secara geografis BKPH Parungpanjang terletak di 106
13’ 25’’ – 106 22’
23’’ BT dan 06 21’ 00’’ – 06
26’ 59’’ LS, dengan ketinggian berkisar antara 75- 323 m dpl, jenis tanahnya adalah Podsolik haplik, tingkat kesuburan tanah sampai
dengan sangat rendah, curah hujan rata-rata 3000 mmtahun, suhu antara 18
o
- 25,5
o
C. Secara fisiografis termasuk dataran dengan kelerengan bervariasi antara 0-8 .
Wilayah BKPH Parungpanjang memiliki luas 5.397,24 Ha yang terbagi ke dalam tiga Resort dengan luas masing-masing :
- RPH Tenjo
: 1.532,83 Ha -
RPH Maribaya : 2.104, 44 Ha
- RPH Jagabaya
: 1.705, 63 Ha Secara keseluruhan ketiga resort tersebut berbatasan dengan :
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Tangerang
- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Jasinga
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Tangerang
- Sebelah Timur dengan Kecamatan Leuwiliang
Wilayah KPH Bogor termasuk ke dalam wilayah DAS Ciliwung-Cisadane, sedangkan kawasan Kelas Perusahaan Mangium di KPH Bogor termasuk dalam
wilayah DAS Cidurian.
4.2 Potensi Sumberdaya Hutan
Berdasarkan hasil risalah tahun 2000, BKPH Parungpanjang ditetapkan sebagai Kelas Perusahaan dan pembagian kelas hutan berdasarkan RPKH jangka
waktu 2005-2010 disajikan dalam Tabel. 4 :
22
Tabel 4 Kelas hutan berdasarkan RPKH jangka waktu 2005-2010
No Kelas Hutan
Luas Ha I Produktif
KU X KU IX
KU VIII KU VII
KU VI KU V
KU IV KU III
KU II KU I
107.15 241.35
400.09 261.51
127.33 425.48
212.24 311.69
414.73 403.86
Jumlah KU 2.905,45
Masak Tebang Miskin Riap
5.84 8.32
Jumlah MT + MR 14.16
Jumlah Produktif 2.919,58
II Tidak Produktif
LTJL Lapangan Tebang Jangka Lampau TK Tanah Kosong
TKL tanaman Kayu Lain HAKL Hutan Alam Kayu Lama
TAMBK HAMBK
287.19 666.36
104.78 2.96
674.68 -
Jumlah I + II 4.655,55
III TBPTH Tak Baik Untuk Produksi Tebang Habis
- IV
Tak baik untuk Mangium -
V TJKL Tebang Jalur Kayu Lain
- VI Bukan
untuk Produksi
TBP Kawasan Hutan Tak Baik untuk Penghasilan LDTI Lapangan dengan Tujuan Istimewa
SAHW Suaka AlamHutan Wisata HL Hutan Lindung
144.23 597.46
- -
Jumlah IV
742.69 Jumlah I s.d VI
5.397,24
4.3 Peran HTI bagi Masyarakat di Sekitar HTI
Keberadaan BKPH memiliki arti yang penting bagi masyarakat yang tinggal di dekat area tersebut, karena sudah sejak lama menjadi sumber kehidupan
dan penghidupan masyarakat setempat, sehingga keberadaannya sangat berarti. Adanya pengelolaan hutan di BKPH Parungpanjang dari mulai persemaian hingga
pemeliharaan telah menjadikan solusi bagi masyarakat desa hutan untuk mencari penghasilan dengan menjadi tenaga kerja, sedangkan dengan adanya kegiatan
tebang habis, masyarakat desa hutan berperan aktif mendapatkan penghasilan langsung dan lokasi bekas tebangan dapat dijadikan lahan garapan bagi
masyarakat dengan bertumpangsari melalui sistem PHBM.
23
Kegiatan tumpangsari sejak lima tahun terakhir dapat membantu masyarakat sekitar hutan untuk mencukupi kehidupannya, kecuali pada tahun
2003 dan 2004 karena diberlakukannya moratorium logging sehingga tidak ada peluang bagi masyarakat untuk menggarap pada lahan bekas tebangan. Hasil dari
tumpangsari diperkirakan setiap tahunnya seluas 400 ha0.25 haorang = 1600 orang, dengan rata-rata produksi 2000 kgha x harga Rp. 2000,- maka pendapatan
masyarakat desa hutan yang menggarap di lahan Perhutani sebesar Rp. 1.600.000.000,- atau per orang Rp. 1.000.000,- dalam satu kali masa panen, ini
membuktikan bahwa peranan hutan sangatlah penting bagi kehidupan masyarakat.
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kadar Air