Pengujian Instrumen Penelitian SIMPULAN DAN SARAN A.

F. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validasi Instrumen soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Instrumen ini disusun berdasarkan indikator suatu kompetensi dasar. Oleh karena itu instrumen soal tes pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris dengan menggunakan pembelajaran permainan role-playing berbasis pengalaman ini disusun berdasarkan indikator tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto 2006: 67 bahwa “sebuah tes dikatakan validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan”. Lebih lanjut dikatakan bahwa “sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur” Arikunto, 2006: 59. Hal yang sama juga dikatakan oleh Sukmadinata 2006: 228 bahwa “suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur”. Ujicoba validasi soal tes ini dilaksanakan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri SDN Cimaung 2 Serang. Pelaksanaan validasi melalui ujicoba soal tes pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri SDN Cimaung 2 Serang dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati. Kegiatan ujicoba ini dimulai dengan memberikan penjelasan kepada peserta tes tentang tata cara menjawab soal tes dan peserta tes menyatakan siap untuk melakukan tes. Kemudian peneliti membagikan lembaran soal tes dan lembar jawaban kepada peserta tes. Setelah seluruh peserta tes selesai melakukan tugasnya, barulah peneliti mengumpulkan lembar soal dan lembar jawaban tersebut. Lembar jawaban ini merupakan data validasi soal tes yang siap untuk diolah. Untuk pengolahan validitas soal tes bentuk pilihan ganda, peneliti menggunakan uji korelasi menggunakan rumus product moment dari Pearson sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto 2006: 76, bahwa “kesejajaran dapat diartikan sebagai korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan teknik korelasi”. Lebih lanjut dikatakan bahwa koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Bila koefisiennya negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran. Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut: - Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi - Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi - Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup - Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah - Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah Arikunto, 2006: 75. Dengan demikian interpretasi untuk validitas suatu instrumen menurut tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Sebagaimana dijelaskan pula oleh Sukmadinata 2006: 229 bahwa validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid atau tidak valid. Dalam mengolah butir soal bentuk objektif skor untuk item biasa diberikan dengan 1 item yang dijawab benar dan 0 item yang dijawab salah, sedangkan skor total selanjutnya merupakan jumlah dari skor untuk semua item yang membangun soal tersebut Arikunto, 2006: 76 Berdasarkan uji validasi dengan menggunakan product moment dari Pearson yang menggunakan software SPSS 16 maka diketahui bahwa 10 item dari indikator keterampilan berbicara dari segi penguasaan vocabulary yang diujicobakan terdapat dua item yang rusak atau tingkat validitasnya sangat rendah 7 dan 10, sedangkan 8 item 1,2,3,4,5,6,8,9 memiliki kriteria valid lihat tabel 40. Pada indikator keterampilan berbicara dari segi pronunciation yang diujicobakan terdapat dua item yang rusak atau tingkat validitasnya sangat rendah 5 dan 7, sedangkan 8 item 1,2,3,4,6,8,9,10 memiliki kriteria valid lihat tabel 41. Pada indikator keterampilan berbicara dari segi interactive communication yang diujicobakan terdapat dua item yang rusak atau tingkat validitasnya sangat rendah 6 dan 10, sedangkan 8 item 1,2,3,4,5,7,8,9 memiliki kriteria valid lihat tabel 42.

2. Pengujian Reliabilitas

Selain uji validitas sebuah tes juga perlu uji reliabilitas. Sebagaimana Anderson dkk. dalam Arikunto, 2006: 87 yang menyatakan bahwa “persyaratan bagi sebuah tes yaitu validitas dan realibilitas ini penting. Validitas ini penting dan reliabilitas itu perlu karena menyokong terbentuknya validitas”. Lebih lanjut dikatakan bahwa sebuah tes yang valid biasanya reliabel. Sukmadinata 2006: 229 menyatakan bahwa “reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran”. Hal sama dikatakan oleh Arikunto 2006: 86 bahwa “reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes”. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan demikian suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen itu digunakan untuk mengukur aspek yang diukur dan ditandai dengan ketetapan hasil. Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah metode belah dua atau split-half method. Dikatakan oleh Sukmadinata dengan metode paruh 2006: 230. Peneliti hanya melakukan uji coba sekali, dilanjutkan dengan menskor nomor-nomor butir soal ganjil dikorelasikan dengan skor dari butir-butir soal genap. Sebagaimana dikatakan oleh Arikunto 2006: 92 bahwa “dalam menggunakan metode pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Salah satu cara yang digunakan dalam metode ini adalah membelah item-item genap dan item-item ganjil yang disebut dengan ganjil genap” Arikunto, 2006: 93. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes dengan metode belah dua, peneliti menggunakan teknik Spearman-Brown sebagai berikut: Keterangan: r ½½ = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes r 11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan 2 r ½½ r 11 = 1+r ½½ Dalam pengujian reliabilitas peneliti hanya menggunakan 20 item soal yang sudah memiliki kriteria valid dan berdasarkan indikator yang mempunyai perbandingan yang sama. Analisis butir soal untuk mencari reliabilitasnya yang menggunakan metode belah dua dapat dilihat pada lampiran. Hasil uji reliabilitas ini menggunakan software SPSS 16, dan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 38 halaman 163. Berdasarkan tabel tersebut bahwa terdapat N of cases yaitu jumlah sampel sebanyak 20 dengan indikator N of Items sebanyak 4 ganjil, genap, awal, dan akhir. Korelasi antara part 1 dengan part 2 adalah sebesar 1.00 dan Guttman Split Half adalah sebesar 1.00 yang berada di atas nilai r tabel untuk 20 sampel yaitu sebanyak 0.444. Dengan demikian dinyatakan bahwa butir-butir soal yang digunakan sebagai instrumen tes pada keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa adalah reliabel.

G. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI KAUMAN 2 MALANG

0 4 14

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IVB SDN GISIKDRONO 03 SEMARANG

1 8 188

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS V SDN PANDEAN 3 DAN SISWA KELAS V SDN PANDEAN 4 STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS V SDN PANDEAN 3 DAN SISWA KELAS V SDN PANDEAN 4 TAHUN PELAJARAN 2010/201

0 1 14

PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

5 34 31

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN TAKTAKAN 2.

0 3 26

PENERAPAN METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DI SDN PASIRWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 2 32

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR :Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V SDN di Kota Bandung.

0 0 46

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN WONOSARI 4 GUNUNGKIDUL.

0 3 168

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM DRAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN 6 TERBAN KUDUS SKRIPSI

0 0 19

PENERAPAN TIPE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

0 1 11