Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Tabel 1. Persentase Ketuntasan KD T.P. 20092010 dan T.P. 20102011 NO
Tahun Pembelajaran Rata-Rata
Persentase Ketuntasan Tuntas
Tidak Tuntas
1. 20092010
67,23 88,89
11,11 2.
20102011 68,55
67,44 32,56
Dari tabel di atas pada T.P. 20092010 terdapat 88,89 siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya 11,11 siswa belum tuntas dan
pada T.P. 20102011 terdapat 67,44 siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya 32,56 siswa belum tuntas. Meskipun persentase
siswa yang sudah mencapai KKM besar, namun nilai yang diperoleh siswa sudah ada nilai tambahan dari guru yaitu penilaian guru terhadap tugas
pribadikelompok, kehadiran siswa, dan disiplin siswa, sehingga hasil belajar siswa masih tergolong rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru fisika SMA Swasta Teladan Medan, dikatakan bahwa hal demikian bisa terjadi karena
perubahan jenjang dari siswa SMP menuju SMA. Ketika masih duduk di SMP mata pelajaran IPA lebih dominan mempelajari biologi daripada fisika yang
menyebabkan minimnya pengetahuan dasar siswa terhadap pelajaran fisika. Dalam proses pembelajaran cenderung menggunakan model pembelajaran
konvensional dan tidak menggunakan media pembelajaran. Penyebab yang lain adalah penggunaan laboratorium sekolah juga masih terbatas yang disebabkan
oleh kelengkapan alat-alat dalam laboratorium masih kurang dan kondisi alat yang tersedia sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya
minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Selain itu pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir siswa juga rendah sehingga menyebabkan siswa
kesulitan dalam mengerjakan persoalan fisika yang membutuhkan penyelesaian secara analisis dan matematis.
Hal senada juga terlihat pada observasi awal yang dilakukan pada salah satu kelas X di SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan pada 19 Mei 2012
dengan jumlah siswa 32 orang. Pada kelas tersebut diberikan 7 butir pertanyaan yang terdiri dari 3 butir pertanyaan pemahaman konsep dan 4 butir pertanyaan
berpikir kritis materi gerak lurus dengan rubrik penilaiannya berdasarkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis. Hasil yang diperoleh
menunjukan bahwa pemahaman konsep dan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah tersebut masih rendah. Secara umum, siswa memiliki
kemampuan yang baik dalam hal menuliskan variabel-variabel yang diketahui pada soal, dan juga hal yang ditanyakan, namun untuk menyelesaikan masalah,
menganalisis membedakan informasi, mensintesis menggabungkan informasi, siswa memiliki kemampuan yang rendah.
Sehubungan dengan masalah di atas, salah satu model pembelajaran yang dipilih dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer yang merupakan salah satu rumpun model pemrosesan informasi.
Advance organizer memiliki karakteristik interaktif, pengunaan contoh-contoh, penyajian materi secara deduktif dan berurutan serta pengkaitan informasi baru
dengan konsep yang ada pada struktur kognitif siswa. Model pembelajaran advance organizer dirancang untuk mengembangkan kemampuan mengolah
informasi dalam kapasitas untuk membentuk dan menghubungkan dengan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang telah ada serta rasa ketertarikan
untuk menyelidiki lebih lanjut dan membiasakan siswa untuk berfikir secara cepat dan belajar bermakna.
Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang
telah ada pada pembelajaran, artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemprosesan informasi
yang dikembangkan dalam pengetahuan ilmu itu. Advance organizer sebagai materi pengantar berfungsi untuk menjembatani jurang yang terjadi antara apa
yang telah diketahui siswa dan apa yang dibutuhkan sebelum siswa berhasil mempelajari tugas-tugas yang diberikan Slameto, 2003:127. Selanjutnya
Ausubel Dahar, 1991:117 mengatakan bahwa advance organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk
mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk menanamkan pengetahuan baru.
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi advance organizer dalam pembelajaran, yakni Ivie 1998, Novak 2008, Githua
dan Rachel 2008, Putri 2010, Pachpande 2012, serta Shihusa dan Fred 2009. Penelitian Ivie 1998 menyimpulkan bahwa advance organizer
mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi pada level analisis, sintesis dan evaluasi. Penelitian Novak 2008 menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa
menggunakan advance organizer dalam bentuk peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar dibandingkan metode konvensional. Penelitian Githua dan Rachel
2008 menyimpulkan bahwa Siswa yang diajarkan dengan advance organizer memperoleh nilai matematika yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Penelitian Putri 2010 menyimpulkan bahwa model pembelajaran advance organizer memiliki pengaruh
yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa dibandingkan dengan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selanjutnya
Pachpande 2012 dalam penelitiannya juga menemukan bahwa model advance organizer lebih efektif daripada metode konvensional pada pencapaian prestasi
siswa dalam pembelajaran matematika. Sementara Shihusa dan Fred 2009 menyimpulkan bahwa advance organizer meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance
Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction”