19 dalam bentuk kebijakan yang selanjutnya akan diimplementasikan oleh para
pelaksana kebijakan
14
.Kebijakan yang telah dilaksanakan tersebut selanjutnya akan dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu
memecahkan masalah
15
1.6.2. Pembuatan Kebijakan
. Dari semua proses tersebut, menurut penulis, implementasi kebijakan
merupakan tahap yang paling penting dan krusial sehingga harus mendapat perhatian lebih dari para pembuat maupun pelaksana suatu kebijakan. Tahap ini
merupakan kunci keberhasilan proses pembuatan suatu kebijakan akan mencapai tujuannya atau tidak. Jika sebuah kebijakan sudah diformulasikan dan dibuat
secara tepat kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi jika proses implementasi tidak berjalan dengan tepat. Bahkan sebuah kebijakan yang sangat
brilliant sekalipun jika diimplementasikan dengan buruk, maka kebijakan tersebut bisa gagal untuk mencapai tujuan para perancangnya.
Dalam mengamati kebijakan, banyak sisi maupun pendekatan yang dapat dipandang sebagai alat yang tepat dalam menganalisa maupun menjelaskan
permasalahan kebijakan sekalipun penggunaan alat tersebut disisi lain memiliki kekurangan, tetapi karena kebijakan itu sendiri tidak memiliki bentuk yang pasti
dan secara konseptual selalu berkembang seperti halnya teori Organisasi, cakupan
14
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Konsep Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. hal. 11.
15
Leo Agustino. 2008. Dasar – Dasar Kebijakan Publik.Bandung: Alfabeta. hal. 13..
20 ilmu Politik, Ekonomi, Sosiologi, Psikologi, Administrasi Niaga, dan juga
Administrasi Negara. Untuk menganalisa kebijakan tersebut, bidang analisa kebijakan dapat dipecah menjadi dua yakni :
1. Upaya untuk menganalisa proses dari pembuatan kebijakan yang lebih kepada uraian deskriptif.
2. Upaya untuk menganalisa proses pembuatan kebijakan yang deskriptif alternatif yang lebih cenderung tentang model elitmasa sistem-sistem
dan model institutional.
16
1. Persepsi dan Definisi
Adapun pengertian proses pembuatan kebijakan menurut Charles O Jones adalah sebagai berikut:
Tahap ini merupakan tahap kegiatan fungsional yang dianggap sebagai problem dalam pemerintahan, atau sejauh mana suatu isu dianggap
sebagai problem, dengan kata lain suatu fenomena terjadi maka seorang individu membuat cara pandang dari sudut tertentu, dan mendefinisikan
sebagai suatu permasalahan. 2.
Agregasi Agregasi didefinisikan sebagai sekumpulan isu-isu yang menjadi topik
untuk diangkut dan dikembangkan agar dapat terorganisir secara baik sehingga isu tersebut memiliki keberpihakan pada masyarakat sebagai
pemegang kedaulatan.
16
Charles O. Jones. 2005. Analiisis Kebijakan Publik: Bandung. Alfabeta. hal. 25.
21 3. Representasi
Merupakan salah satu konsep demokrasi yang fundamental, artinya perwakilan atau keterwakilan atas kepentingan masyarakat dibebankan
kepada sang wakil. Meski diingat wakil disini harus steril bersih dari kepentingan pribadi golongan dan dalam menyikapi permasalahan yang
ada. 4. Penyusunan Agenda Agenda yang disusun atas proses persepsi, agregasi
organisasi dan representasi mengenai isu-isu yang menjadi prioritas potensial dikedepankan dalam pembuatan kebijakan.
5.Formulasi Merupakan serangkaian aktivitas kebijakan yang bukan sekedar membuat perencanaan tetapi juga menetukan apa yang harus
dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang ada. 6. Legitimasi Didefinisikan sebagai pemberi kekuatan hukum, wewenang
atau penilaian terhadap sesuatu. Lolosnya sebuah formulasi ditandai dengan pemberian legitimasi. Legitimasi adalah eksistensi dari Negara
politik political state. Kegiatan legitimasi pada proses kebijakan mencakup persetujuan tata cara pengesahan dan pengesahan itu sendiri
untuk menghasilkan suatu keputusan atau program. Secara umum, yang terlibat dirancang mewakili kepentingan masyarakat, namun hal ini
tergantung pada konstitusi suatu Negara. 7. Penganggaran Secara sederhana penganggaran merupakan rencana
pemasukan dan pengeluaran budgeting process dalam proses kebijakan
22 yang bukan merupakan tahap yang berdiri sendiri. Penganggaran bisa
merupakan pendanaan untuk pelaksanaan kebijakan maupun terhadap proses kebijakan itu sendiri.
8. Implementasi Implementasi merupakan hal yang paling sukar dalam bentuk dan cara
memuaskan semua orang yang terlibat di dalamnya sesuai dengan interest kepentingan masing-masing pihak. Dalam hal ini, Jones
menyebutkan 3 kegiatan sebagai pilar-pilar implementasi, yakni : a. organisasi : Implementasi disalurkan melalui birokrasi sebagai
organisasi utama penerapan kebijakan. b. Interpretasi : Penerjemahan atau penafsiran yang lebih sederhana
tentang apa yang harus dilakukan. c. Penerapan : Ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran dan lain-
lain yang disesuaikan dengan tujuan penerapan merupakan aplikasi dari interpretasi.
9. Evaluasi Kegiatan evaluasi mencakup spesifikasi, pengukuran analisis dan rekomendasi. Spesifikasi mengidentifikasi tujuan serta kriteria yang
harus dievaluasi. Pengukuran merupakan pengumpulan informasi yang relevan menyangkut kualitas dan kwantitas. Analisis adalah penyerapan
dan penggunaan informasi yang dikumpulkan guna mengambil keputusan dan rekomendasi adalah penentuan mengenai apa yang
dilakukan selanjutnya ke depan. Demikianlah kebijakan ditinjau dari
23 model proses, urutan yang ada di atas menunjukkan urutan yang umum
terjadi namun tidak menutup kemungkinan proses itu terjadi berurutan.
17
1.6.3. Kebijakan Desa