B. Pembahasan
Pembahasan dilakukan berdasarkan hasil penelitian terhadap perawat dan yang telah menjawab pertanyaan penelitian tentang pengaruh supervisi kepala
ruangan terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya.
1. Analisis Univariat a. Supervisi Kepala Ruangan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 63,8 tabel 5.2 supervisi kepala ruangan tidak baik. Hal ini menunjukkan kepala ruangan
belum dapat melaksanakan tugas dan fungsi supervisi dengan baik sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suyanto 2010 bahwa kepala
ruangan bertanggung-jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien di ruang perawatan yang
dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang tersebut.
Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilaksanakan oleh pengelola manajer dari yang terendah, menengah dan
atas. Manajer yang melakukan fungsi supervisi disebut supervisor. Di rumah sakit manajer keperawatan yang melakukan fungsi supervisi adalah
kepala ruang, pengawas keperawatan, kepala seksi, kepala bidang dan
Universitas Sumatera Utara
wakil direktur keperawatan. Maka semua manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
supervisor Warsito, 2006 Menurut Handoko 2001 supervisi yang dilakukan oleh atasan
merupakan salah satu faktor penentu dalam sistem manajemen dengan tujuan memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga
bawahan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa 56,2 tabel 5.3
supervisi kepala ruangan dalam bentuk edukatif tidak baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan jawaban perawat yang mempersepsikan
bahwa kepala ruangan hampir tidak pernah mengarahkan dalam mendokumentasikan status psikososial-spritual klien, membimbing cara
merumuskan diagnosa keperawatan aktualpotensial, membimbing dalam membuat
rencana tindakan
berdasarkan diagnosa
keperawatan, membimbing dalam membuat rencana asuhan keperawatan yang
mencakup tindakan mandiri dan menjelaskan rencanan tindakan yang mengacu pada tujuan dengan kalimat yang terinci dan jelas. Namun
demikian menurut persepsi perawat kepala ruangan sering membimbing dalam membuat evaluasi keperawatan sesuai SOAP.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepala ruangan belum dapat membimbing perawat pelaksana untuk melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan dengan baik sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Halpern Mc.Kimm 2009 yang menyatakan bahwa supervisi
Universitas Sumatera Utara
edukatif sebagai pemberian bimbingan dan umpan balik pada hal pengembangan pribadi, profesional dan pendidikan dalam konteks
pengalaman perawat dalam memberikan perawatan pasien yang aman dan tepat. Semua supervisor wajib memiliki kemampuan dalam melakukan
supervisi edukatif. Fungsi supervisi edukatif mendorong dan membantu staf
merefleksikan kinerja
mereka sendiri,
mengidentifikasi proses
pembelajaran, kebutuhan pengembangan dan mengembangkan rencana atau mengidentifikasi peluang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Supervisi juga dapat meningkatkan pengembangan profesional staf dan memastikan staf memiliki keterampilan yang relevan, pengetahuan,
pemahaman dan kompetensi untuk melakukan pekerjaan serta kemajuan karir, memberikan umpan balik yang konstruktif Halpern Mc Kimm,
2009 Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa 65 tabel 5.3
supervisi kepala ruangan dalam bentuk suportif tidak baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan jawaban perawat yang mempersepsikan bahwa kepala
ruangan hampir tidak pernah memberikan penghargaanpujian jika perawat telah melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan, kepala sering
tidak menyediakan lembaran format dokumentasi asuhan keperawatan. Namun demikian kepala ruangan sering memotivasi perawat agar
mencatat dengan lengkap masalah yang dirasakan klien.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepala ruangan belum memberikan dukungan secara maksimal kepada perawat pelaksana dalam
proses pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa fungsi dukungan dapat membantu staf yang disupervisi
untuk meningkatkan peran staf dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi pada situasi tertentu, kejadian khusus atau masalah pribadi yang dapat
berdampak pada pekerjaan dan kinerja. Pemberian dukungan dan kesempatan untuk merefleksikan peran staf terhadap pekerjaan mereka
dapat mencegah persepsi negatif yang mempengaruhi mereka dan pekerjaan mereka Allen Amorel, 2010.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa 65 tabel 5.3 supervisi kepala ruangan dalam bentuk manajerial tidak baik. Hasil
penelitian ini sesuai dengan jawaban perawat yang mempersepsikan bahwa kepala ruangan hampir tidak pernah menjadikan kelengkapan
dokumentasi yang perawat buat sebagai salah satu tolak ukur kinerja. Namun demikian kepala ruangan sering mengarahkan perawat
mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar rumah sakit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepala ruangan belum menjalankan fungsi supervisi manajerial dengan baik sehingga
mendukung kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kepala ruang harus memiliki
keterampilan dalam komunikasi, kemampuan memberi motivasi kepada
Universitas Sumatera Utara
staf, keterampilan kepemimpinan, keterampilan mengatur waktu serta mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Disamping itu
seorang manajer keperawatan diharapkan dapat bertanggung jawab dan mampu
melaksanakan manajemen
keperawatan sehingga
dapat menghasilkan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Untuk dapat
menerapkan manajemen keperawatan di ruang rawat inap diperlukan seorang kepala ruang yang memenuhi standar sebagai manajerial Hubber,
2000. Menurut Hubber 2000 seorang manajer diharapkan mampu
mengelola pelayanan keperawatan di ruang rawat inap dengan menggunakan pendekatan manajemen keperawatan yaitu melalui fungsi
perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan
dan pengendalian.
b. Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 51,2 tabel 5.4 dokumentasi asuhan keperawatan tidak lengkap. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil observasi dimana didapatkan hasil perawat tidak melengkapi pengkajian status psikososial dan spritual klien, diagnosa keperawatan
yang mencakup masalah kurangnya pengetahuan klien, rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan keterlibatan klien dan keluarga, serta
respon klien terhadap tindakan keperawatan. Namun demikian perawat sudah melengkapi pendokumentasian pemeriksaan fisik, perumusan
Universitas Sumatera Utara
diagnosa keperawatan dengan benar, rencana asuhan yang mencakup tindakan terapi keperawatan, evaluasi diagnosa keperawatan sesuai SOAP.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan belum berjalan secara maksimal atau sesuai dengan standar
yang ditetapkan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa perawat memerlukan keterampilan dalam mendokumentasikan proses keperawatan.
Pendokumentasian merupakan metode yang tepat untuk mengambil keputusan yang sistimatis. Dokumentasi proses keperawatan mencakup
pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pendokumentasian proses keperawatan yang efektif menggunakan standar
terminology pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi, mengumpulkan dan mendokumentasikan data yang bermanfaat,
menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan klasifikasi dan analisis yang
akurat, mendokumentasikan
rencana asuhan
keperawatan, mendokumentasikan hasil observasi, mendokumentasikan evaluasi sesuai
dengan urutan waktunya serta merevisi rencana asuhan keperawatan berdasarkan hasil yang diharapkan Mastini, 2013.
Beberapa hambatan yang berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan menurut Depkes RI 2008 yaitu kurangnya
pemahaman dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Hal ini bisa terjadi karena latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, sehingga tidak
adanya keseragaman pelaksanaan dokumentasi keperawatan, kurangnya kesadaran akan pentingnya dokumentasi keperawatan, penulisan
Universitas Sumatera Utara
dokumentasi keperawatan tidak mengacu pada standar yang sudah ditetapkan sehingga terkadang kurang lengkap dan akurat.
2. Analisis Bivariat a. Hubungan karakteristik Perawat dengan Kelengkapan Dokumentasi