Perilaku merokok TINJAUAN PUSTAKA

21 menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rostica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007. Rokok berisi daun – daun tembakau yang telah dicacah, ditambah sedikit racikan seperti ngkeh, saus rokok, serta racikan lainnya. Untuk menikmati sebatang rokok perlu dilakukan pembakaran pada salah satu ujungnya agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lain Triswanto, 2007. Perilaku merokok ada 4 tahap sehingga mencapai tahap perokok, antara lain: a. Tahap Prepatory, seseorang mendapat gambaran yang menyenangkan dengan cara mendengar, melihat, dan membaca, sehingga menimbulkan minat untuk merokok. b. Tahap Innitation, tahapan dimana seseorang mulai merintis atau mencoba untuk merokok dan apakah akan melanjutkan perilku merokoknya. c. Tahap Becoming a Smoker, apabila seseorang mulai merokok sebanyak empat batang sehari, maka dia mempunyai kecenderungan untuk menjadi perokok. d. Tahap Maintenance of Smoking, pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu pengaturan diri self regulating. Dan merokok 22 dilakukan untuk memperolrh efek psikologis yang menyenangkan Clearly, 2000. Tipe perokok dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, antara lain: a. Perokok berat merokok lebih dari 20 batang dalam sehari. b. Perokok sedang merokok 10-20 batang dalam sehari. c. Perokok ringan merokok kurang dari 10 batang dalam sehari Bustan, 2007. Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok. Setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut diperkuat dangan pernyataan bahwa seseorang merokok karena factor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas social, gengsi, dan tingkat pendidikan Levy, 2004. Menurut Lewin perilaku merokok merupakan fungsi lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor – factor dari dalam diri juga disebabkan oleh lingkungan. Disebutkan juga bahwa merokok pada tahap awal dilakuakan dengan teman – teman 46, seorang anggota keluarga bukan orang tua 23, dan orang tua 14 Komasari, 2008. 2. Jenis-jenis rokok Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok. 23 Dalam peraturan PP Nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, pemerintah tidak menentukan kandungan kadar nikotin sebesar 1,5 mg dan kandungan kadar tar serbesar 20 mg pada rokok kretek. Dan rokok kretek menggunakan tembakau rakyat. Tetapi menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan Deperindag Yamin Rahman menyatakan kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Rokok kretek mengandung 60 –70 tembakau, sisanya 30 –40 cengkeh dan ramuan lain Pdpersi, 2003. Menurut Siahaan 2008 ada beberapa jenis rokok yang dapat diketahui, diantaranya : Rokok, Bidis, Cigar, Kretek. Seperti kita ketahui rokok adalah buatan pabrik dengan ratusan bahan kimia yang mengandung 4.000 racun, biasanya menggunakan filter di ujungnya. Bidis adalah tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang, tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Cigar adalah dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Kretek adalah campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh. 3. Kandungan rokok Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas 85 dan bagian partikel 15. 24 Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker, dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida CO. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya David, 2003. Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut : a. Nikotin Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ngml. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti Pdpersi, 2006. Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif dapat mengakibatkan 25 ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. b. Karbon Monoksida CO Gas karbon monoksida CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm parts per million sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2- 16 Sitepoe, 1997. c. Tar Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru- paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa 26 masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak Sitepoe, 1997. d. Timah Hitam Pb Timah Hitam Pb yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok isi 20 batang yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari Sitepoe, 1997. Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu waspada terhadap pemajanan jangka panjang. Gangguan kesehatan yang diakibatkan bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan hemoglobin. Gejala keracunan akut didapati bila tertekan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan. Konstipasi, lelah, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan Depkes, 2010. 4. Bahaya rokok bagi kesehatan Di Amerika Serikat, diperkirakan 500.000 perokok pertahunnya meninggal disebabkan serangan jantung: yakni sekitar 75 dari jumlah pasien yang meninggal karena serangan jantung padaumumnya. Bahaya terbesar yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok adalah rentannya jantung dan pembuluh darah perokok dalam mengalami gangguan yang 27 umumnya menyebabkan kematian. Nikotin yang dihisap seorang perokok mampu mengeluarkan catecholamines dari tubuh, yakni kumpulan zat kimiawi yang sangat dibutuhkan tubuh. Diantaranya adalah hormon adrenalin. Keluarnya adrenalin dalam jumlah besar ini mampu mempengaruhi kerja darah: diantaranya menyebabkan denyut jantung berdetak lebih cepat sekitar 15-20 kali lipat per menitnya dan berdampak pada meningkatnya tekanan darah hipertensi Husaini, 2007.

C. Health Belief Model

1. Pengantar Health Belief Model Becker 1979 dalam Notoatmodjo 2007 menyebutkan bahwa seseorang secara sukarela memilih terlibat dengan aktifitas yang berkaitan dengan kesehatan didasarkan pada tiga alasan utama yakni: b. Perilaku kesehatan health behavior, yaitu hal-hal berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga untuk mencegah sakit atau mendeteksi penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya. c. Perilaku sakit illness behavior, yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasakan sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehtannya atau rasa sakit, termasuk pengetahuan mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, dan pencegahan penyakit. d. Perilaku peran sakit sick role behavior, yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh 28 kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama pada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya. Health Belief Model HBM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950- an oleh kelompok psikolog yang bekerja di US Public Health Service. Mereka fokus dengan bagaimana meningkatkan penggunaan pelayanan preventif yang digalangkan oleh pemerintah, seperti vaksinasi influenza. Mengasumsikan bahwa tiap orang beresiko untuk terkena penyakit. Maka terdoronglah untuk mengambil langkah-langkah sehat dalam rangka untuk mengurangi resiko sakit perceived threat dan berharap serangkaian tindakan yang akan dilakukan menguntungkan dalam mengurangi resiko sakit atau keparahan penyakit selama keuntungan yang diperoleh melebihi hambatan yang ditemui ketika melakukan perilaku sehat. HBM diformulasikan untuk memprediksi kemungkinan individu akan melibatkan diri dalam perilaku sehat atau tidak. HBM telah banyak diaplikasikan pada penelitian-penelitian tentang berbagai macam perilaku kesehatan Rosenstock,1966 dalam Purijayanti,2012. Menurut Nejad et. al. 2005 dalam Pratama 2010, HBM digunakan untuk memprediksi tindakan seseorang, memilih tindakan kesehatan untuk mengurangi atau mencegah penyakit atau kematian dini. Berdasarkan HBM ada 2 tipe kepercayaan yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan: 29 a. Kepercayaan yang berhubungan dengan kesiapan untuk melakukan tindakan. b. Kepercayaan yang berhubungan dengan modifikasi faktor-faktor yang mendukung atau mempengaruhi tindakan. Dalam HBM seseorang akan melakukan tindakan untuk mencegah penyakit tergantung pada persepsi individu bahwa: a. Secara pribadi merasa rentan terhadap kondisi yang dirasakan, b. Konsekuensi dari kondisi tersebut dapat menjadi serius, c. Tindakan yang efektif untuk mencegah kondisi tersebut, d. Manfaat yang diambil untuk mengatasi ancaman dilihat dari biaya yang diambil Redding et. al, 2000 2. Teori Health Belief Model

Dokumen yang terkait

Perilaku Merokok Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Klinik Bambu Dua Medan

8 72 93

Gambaran perilaku siswa SMAN 1 Pintupohan Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Toba Samosir tentang seksual Pra nikah Tahun 2011

3 63 91

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Tentang Penatalaksanaan DM pada Pasien DM di Puskesmas Ciputat Timur

9 88 112

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIANHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 14

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 16

Pendidikan kesehatan ttg hipertensi dan pengaruhnya terhadap perubahan perilaku pada pasien hipertensi.

0 0 13

Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi dan Pengaruhnya terhadap Perubahan Perilaku Beresiko pada Pasien Hipertensi Halaman Awal

0 0 13

Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi dan Pengaruhnya terhadap Perubahan Perilaku Beresiko pada Pasien Hipertensi JURNAL PENELITIAN

0 2 15

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

0 0 6