mengelurkan malai bakal padi, cukup dengan diairi
dengan air hingga batang padi tenggelam supaya hama
keluar yang sering terjadi pada musim hujan
- Pengendalian terhadap wereng
dengan penggunaan perangkap yaitu lampu
minyak dilakukan di atas wadah berisi air sehingga
diharapkan wereng terkumpul.
- Pengendalian berbagai jenis
hama dan penyakit yang akan terjadi pada padi sawah
organik sistem SRI, misalnya bercak coklat dan blast
adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding
pengobatan, yaitu dengan cara pemilihat bibit yang
bersertifikat dengan mutu yang terjamin, pestisida
nabati dari tumbuhan dan pestisida hewan dari
hewan.
9 Panen
- Butir gabah menguning
mencapai sekitar 80 dan tangkainya sudah menunduk.
- Pemanenan dapat dilakukan
110-115 hari. -
Pemanenan dapat dilakukan sesuai jenis bibitnya, misalnya
: untuk bibit Ciherang setelah berumur 110 hari, dan Inpari 1
setelah berumur 105 hari
- Menggunakan sabit pemotong
- Perontokkan dilakukan
dengan Power Thresser alat mesin perontok yang dberi
alas berupa terpal atau juga dihalaman rumah yang sudah
dibersihkan untuk mengantisipasi dalam hal
meminimalisasi gabah banyak terbuang.
26.66 8 KK
Universitas Sumatera Utara
10 Pasca Panen
- Dilakukan pengeringan di
bawah sinar matahari sekitar 2-3 hari agar gabah tahan
lama disimpan -
Dilakukan penggilingan dengan alat mesin penggiling
- Penggilingan biasanya
dilakukan sebanyak 2 kali -
Penyimpanan beras dilakukan setelah pengemasan dalam
karung plastik
23.33 7 KK
Pada Tabel 20 dapat dikemukakan bahwa jumlah dan persentase petani yang menerapkan paket teknologi rumah kompos terhadap penggunaan kompos
dalam budidaya padi sawah sistim SRI adalah sedang, dimana petani padi sawah di Desa Sei Buluh masih berpedoman pada tradisi yang di lakukan selama ini atau
masih mengusahakan usahataninya secara tradisional. Hal ini dapat juga disebabkan karena umur terobosan penerapan paket teknologi ini yang masih
muda, jadi butuh waktu dan sinergi dalam mencapai target penerapan teknologi ini dalam merubah sikap, keterampilan dan perilaku petani di Desa Sei Buluh.
Pada Tabel 20 dapat dikemukakan bahwa keberhasilan pencapaian penerapan paket teknologi ini yang paling tinggi adalah kegiatan pemupukan
kimia yaitu 33.33 10 KK, pengolahan lahan 20 6 KK, pemilihan bibit 23.33 7 KK, penanaman 16.66 5 KK, perbanyakan anakan 16.66 5
KK, pemupukan kompos 23.33 7 KK, pemeliharaan 20 6 KK, pengendalian hama dan penyakit 13.33 4 KK, panen 26.66 8 KK, dan
pasca panen 23.33 7 KK.
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 21 dapat dilihat jumlah sampel yang mengadopsi unsur unsur komponen paket teknologi di daerah penelitian.
Tabel 21. Kriteria Penilaian Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos terhadap Budidaya Padi Sawah Sistem SRI Berdasarkan Skor dan Jumlah
Sampel yang Mengadopsi.
Jumlah Skor Kategori
Jumlah Sampel Yang mengadopsi
Persentase
≤ 16 Rendah
5 16.66
17-23 Sedang
20 66.66
24-30 Tinggi
5 16.66
Sumber : Data diolah dari lampiran 3
Pada Tabel 21 dapat dilihat dari 30 sampel terdapat 5 orang yang tingkat
adopsinya rendah 16.66, 20 orang yang adopsinya sedang 66,66 dan 5 orang yang adopsinya tinggi 16.66. Dari hasil penelitian maka dapat
disimpulkan teknologi rumah kompos terhadap penggunaan kompos dalam budidaya padi sawah sistim SRI yang dianjurkan oleh koordinator bekerjasama
dengan dinas pertanian terkait adalah sedang.
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Rumah Kompos Yang menjadi standar untuk menilai tinggi rendahnya tingkat adopsi
teknologi di daerah penelitian ada 10 komponen yang dianjurkan oleh koordinator pengurus rumah kompos dan pihak terkait lainnya. Penilaian tingkat
adopsi dilakukan dengan mengukur skor memberi nilai pada setiap parameter yang diukur terhadap kegiatan petani padi sawah dengan rentang skor 0-30 yang
dimulai dari penggunaan pengolahan lahan, pemilihan bibit, penanaman, perbanyakan anakan, pemupukan kompos, pemupukan kimia, pemeliharaan,
pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.
Universitas Sumatera Utara
Rataan yang diperoleh dari setiap skor tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah sistem SRI dapat dilihat pada Tabel 22 berikut.
Tabel 22. Skor Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos terhadap Budidaya Padi Sawah Sistem SRI
No. Teknologi Budidaya
Skor Harapan
Skor Rata Rata yang
Tercapai Persentase
Ketercapaian
1 Pengolahan Lahan
3 1.93
64.33 2
Pemilihan Bibit 3
2.03 67.66
3 Penanaman
3 1.76
58.66 4
Perbanyakan Anakan 3
1.9 63.33
5 Pemupukan Kompos
3 1.86
62 6
Pemupukan Kimia 3
2.06 68.66
7 Pemeliharaan
Tanaman 3
1.9 63.66
8 Pengendalian Hama
dan Penyakit 3
1.7 56.66
9 Panen
3 2.03
67.66 10
Pasca Panen 3
2.03 67.66
Jumlah 30
19.2 64
Sumber : Data diolah dari lampiran 3
Pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa belum seluruhnya teknologi rumah kompos terhadap budidaya padi sawah sistim SRI diterapkan oleh petani,
persentase ketercapain yang tertinggi diperoleh pada pemilihan bibit dan pemupukan kimia 67.66 -68.66, sedangkan dari rata rata keseluruhan adalah
64 . Data ini menunjukan bahwa tingkat adopsi teknologi rumah kompos dalam penggunaan kompos terhadap padi sawah sistim SRI di daerah penelitian dapat
dikategori sedang. Dengan kata lain tingkat adopsi petani terhadap teknologi
rumah kompos di daerah penelitian adalah sedang.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah terhadap Teknologi Rumah Kompos.
Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos Pada penelitian ini diduga bahwa ada hubungan antara umur yang
merupakan salah satu karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi rumah kompos. Semakin tinggi umur petani maka
semakin rendah tingkat adopsi teknologi rumah kompos. Petani yang berada dalam usia produktif lebih cenderung mencari inovasi
yang baru yang dapat meningkatkan produktivitas usahataninya. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur petani maka respon petani terhadap teknologi akan
semakin berkurang. Namun kenyataan dilapangan tidak selalu terjadi demikan.
Tabel 23. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Teknologi Uraian
Umur Tahun Tingkat Adopsi Skor
Range 26-65
14-26 Rata-rata
43 19.23
r
s
0.264 t
tabel
=1,701 t
hitung
= 1.448
Sumber : Data diolah dari lampiran 5
Melihat hubungan umur dengan tingkat adopsi teknologi budidaya rumah kompos maka dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman. Dari hasil
analisis diperoleh
r
s
= 0.264 dan t
hitung
= 1.448. Data ini menunjukkan bahwa t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1,701. Hal ini berarti H diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak ada hubungan antara umur dengan tingkat adopsi terhadap teknologi
rumah kompos. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan hubungan
antara umur dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Petani di daerah penelitian baik yang berumur tua maupun yang umur muda belum termotivasi untuk menerapkan teknologi rumah kompos dalam
usahatani padi sawah mereka. Hal ini disebabkan petani di Desa Sei Buluh masih menerapkan sistem usahatani secara tradisional, petani masih belum menerapkan
teknologi rumah kompos yang dianjurkan. Petani yang sudah mempunyai umur diatas 40 tahun merasa bahwa mereka tidak sanggup lagi untuk menerapkan
teknologi rumah kompos, karena teknologi rumah kompos memerlukan tenaga waktu serta biaya yang banyak sedangkan petani yang berumur muda terkendala
oleh biaya dalam menerapkan teknologi tersebut.
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos
Pada penelitian ini diduga bahwa lamanya pendidikan yang diterima oleh
petani memiliki hubungan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos, dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin
tinggi juga tingkat adopsinya. Tabel 24. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi
Uraian Tingkat Pendidikan Tahun
Tingkat Adopsi Skor
Range 6-12
14-26 Rata-rata
9 19.23
r
s
-0.244 t
tabel
=1,701 t
hitung
=-1.331
Sumber : Data diolah dari lampiran 5
Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis
statistik diperoleh nilai
r
s
= -0.244 dan nilai t
hitung
= -1.331. Data ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1,701. Hal ini berarti H diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi rumah
kompos. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan hubungan antara
tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos ditolak.
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan petani terhadap teknologi pertanian dan sebaliknya
tingkat pendidikan yang rendah akan menjadi kendala dalam proses adopsi teknologi pertanian. Pada umumnya petani di Desa Sei Buluh yang mempunyai
pendidikan lebih tinggi sudah termotivasi untuk menerapkan teknologi rumah kompos dengan tujuan supaya produksi padi sawah mereka meningkat.
Sedangkan petani yang pendidikannya rendah masih menerapkan sistem usahatani padi sawah secara tradisional.
Hubungan Lamanya Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos
Pada penelitian ini diduga bahwa lamanya berusahatani memiliki hubungan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos, artinya semakin tinggi
pengalaman petani dalam berusahatani padi sawah maka akan semakin tinggi adopsi teknologi rumah kompos yang dilakukan petani tersebut.
Tabel 25. Hubungan Lamanya Berusahatani dengan Tingkat Adopsi
Uraian Lamanya berusahatani Tahun
Tingkat Adopsi Skor
Range 5-47
14-26 Rata-rata
20 19.23
r
s
0.156 t
tabel
=1,701 t
hitung
= 0,835
Sumber : Data diolah dari lampiran 6
Universitas Sumatera Utara
Hubungan lamanya berusahatani dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis
statistik diperoleh nilai
r
s
= 0.156 dan nilai t
hitung
= 0.835. Data ini menunjukkan t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1,701. Hal ini berarti H diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak ada hubungan lamanya berusahatani dengan tingkat adopsi teknologi rumah
kompos. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan hubungan antara
lamanya bertani dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos ditolak.
Pada umumnya, semakin lama petani berusahatani maka petani akan mempunyai sikap yang lebih berani dalam menanggung resiko penerapan
teknologi pertanian. Artinya semakin lama berusahatani, petani lebih respon dan tanggap gejala yang mungkin terjadi dengan penerapan teknologi pertanian dan
apabila terjadi kegagalan dalam penerapanya maka yang bersangkutan akan lebih siap untuk menanggulaginya.
Hal ini dapat juga terlihat di Desa Sei Buluh, dimana petani sudah mempunyai pengalaman bertani padi sawah yang lama dan turun temurun dari
nenek moyang mereka. Akan tetapi setelah adanya teknologi rumah kompos yang dianjurkan, petani mulai termotivasi untuk menerapkan teknologi supaya produksi
padi mereka meningkat tanpa meninggalkan cara budidaya padi yang mereka terapkan sekian tahun. Selain itu petani padi yang telah lama melakukan usahatani
padi merasa bahwa apa yang telah dilaksanakannya selama ini belum cukup baik dan masih perlu perubahan dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas
usahatani padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos
Pada penelitian ini diduga bahwa frekuensi mengikuti penyuluhan sebagai satu karakteristik sosial ekonomi petani mempunyai hubungan dengan tingkat
adopsi teknologi rumah kompos, artinya semakin tinggi frekuensi mengikuti penyuluhan petani maka akan semakin tinggi tingkat adopsi teknologi rumah
kompos. Tabel 26. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Tingkat Adopsi
Teknologi Rumah Kompos
Uraian Frekwensi Mengikuti Penyuluhan Tingkat Adopsi Skor
Range 1-3
14-26 Rata-rata
2 19.23
r
s
-0.042 t
tabel
=1,701 t
hitung
= 0.222
Sumber : Data diolah dari lampiran 6
Hubungan frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai
r
s
= 0.042 dan nilai t
hitung
= 0,222. Data ini menunjukkan t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1,701. Hal ini berarti H diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos. Jadi, dapat
disimpulkan hipotesis yang menyatakan hubungan antara frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Tingkat Kosmopolitan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos
Pada penelitian ini diduga bahwa tingkat kosmopolitan memiliki hubungan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos, artinya semakin tinggi tingkat
kosmopolitan seorang petani maka akan semakin tinggi adopsi teknologi rumah
kompos terhadap budidaya padi sawah yang dilakukan petani tersebut. Dugaan ini didasari pada asumsi bahwa semakin tinggi tingkat kosmopolitan petani akan
mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatan terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga .
Tabel 27. Hubungan Tingkat Kosmopolitan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos
Uraian Jumlah Tanggungan orang
Tingkat Adopsi Skor
Range 18-36
14-26 Rata-rata
25.36 19.23
r
s
0.349 t
tabel
=1,701 t
hitung
= 1.97
Sumber : Data diolah dari lampiran 7
Melihat hubungan tingkat kosmopolitan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil
analisis statistik diperoleh nilai
r
s
= 0.349 dan nilai t
hitung
= 1.97. Data ini menunjukkan t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1,701. Hal ini berarti H ditolak dan
H
1
diterima, artinya terdapat hubungan tingkat kosmopolitan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos. Hal ini diungkapkan oleh Nasution 1989
menyatakan tingkat kosmopolitan dapat diukur dengan penggunaan sumber inovasi baru antara lain media elektronik televisi, radio, telepon, media cetak
Universitas Sumatera Utara
surat kabar, tabloid, majalah dan bepergiannya petani keluar daerah tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memasarkan hasil usahataninya juga untuk
mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertaian. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan hubungan antara tingkat kosmopolitan
dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos diterima.
Tingkat kosmopolitan petani yang tinggi terhadap keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar akan memberikan percepatan untuk
mengadopsi inovasi baru seperti teknologi rumah kompos di daerah penelitian
dalam menjalankan usahataninya.
Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos
Semakin luas lahan yang diusahakan oleh petani maka harapan untuk memperoleh produksi dan produktivitas usahatani padi sawah akan semakin
tinggi, dengan demikian petani berharap tingkat pendapatan akan semakin besar dengan memperluas usahataninya tersebut. Luas lahan yang diusahakan petani
sampel di daerah penelitian rata rata adalah 0.27 Ha dengan rentangan 0.12-2 Ha. Tabel 28. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi
Uraian Luas Lahan Ha
Tingkat Adopsi Skor
Range 0.12-2
14-26 Rata-rata
0.27 19.23
r
s
0.372 t
tabel
=1.701 t
hitung
= 2.120
Sumber : Data diolah dari lampiran 7
Hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik
Universitas Sumatera Utara
diperoleh nilai
r
s
= 0.372 dan nilai t
hitung
= 2.120. Data ini menunjukkan t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1.701. Hal ini berarti H ditolak dan H
1
diterima, artinya terdapat hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos. Hal
ini diungkapkan oleh Ginting 2002 menyatakan petani yang memiliki lahan luas lebih mudah untuk menerima inovasi baru karena keefisienan penggunaan sarana
produksi dibandingkan petani yang mempunyai lahan sempit. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan hubungan antara luas lahan dengan
tingkat adopsi teknologi rumah kompos diterima.
Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos
Pada penelitian ini diduga bahwa jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos. Hal ini berarti semakin
sedikit jumlah tanggungan maka akan semakin tinggi adopsi teknologi rumah
kompos. Tabel 29. Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Tingkat Adopsi
Uraian Jumlah Tanggungan orang
Tingkat Adopsi Skor
Range 1-6
14-26 Rata-rata
3 19.23
r
s
0.016 t
tabel
=1,701 t
hitung
= 0.084
Sumber : Data diolah dari lampiran 8
Hubungan jumlah tanggungan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis
statistik diperoleh nilai
r
s
= 0.016 dan nilai t
hitung
= 0.084. Data ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1,701. Hal ini berarti H diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak ada hubungan jumlah tanggungan dengan tingkat adopsi teknologi rumah
kompos. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan hubungan antara jumlah tanggungan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos ditolak.
Tingginya jumlah tanggungan keluarga akan memberikan motivasi bagi petani untuk meningkatkan pendapatannya melalui berbagai cara yang dapat
dilakukan termasuk pengadopsian teknologi pertanian. Petani di Desa Sei Buluh dalam mengelola usahatani padi sawah tidak melibatkan seluruh anggota keluarga
hanya dilakukan oleh orangtua saja.
Hubungan Produksi dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos
Pada penelitian ini diduga bahwa tingkat produksi memiliki hubungan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos, artinya semakin tinggi tingkat
produksi maka akan semakin tinggi adopsi teknologi rumah kompos. Tabel 30. Hubungan Produksi dengan Tingkat Adopsi
Uraian Produksi
Tingkat Adopsi Skor
Range 460-10000 Kg
14-26 Rata-rata
2185.66 19.23
r
s
0.386 t
tabel
=1.701 t
hitung
= 2.214
Sumber : Data diolah dari lampiran 8
Hubungan produksi dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik
diperoleh nilai
r
s
= 0.386 dan nilai t
hitung
= 2.214. Data ini menunjukkan t
hitung
Universitas Sumatera Utara
t
tabel
α = 0.05 = 1.701. Hal ini berarti H ditolak dan H
1
diterima, artinya terdapat hubungan produksi dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos. Hal ini
diungkapkan oleh Van Den Ban 2000 menyatakan dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para petani perlu mengadopsi
teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis
yang menyatakan hubungan antara produksi dengan tingkat adopsi teknologi
rumah kompos diterima.
Hubungan Produktivitas dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos
Pada penelitian ini diduga bahwa tingkat produktivitas memiliki hubungan dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos. Hal ini berarti semakin tinggi
tingkat produktivitas maka akan semakin tinggi adopsi teknologi rumah kompos. Tabel 31. Hubungan Produktivitas dengan Tingkat Adopsi
Uraian Produktivitas
Tingkat Adopsi Skor
Range 4166.66
14-26 Rata-rata
6875.00 19.23
r
s
-0.092 t
tabel
=1,701 t
hitung
= -2.597
Sumber : Data diolah dari lampiran 9
Melihat hubungan produktivitas dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis
statistik diperoleh nilai
r
s
= -0.092 dan nilai t
hitung
= -2.597. Data ini menunjukkan t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1,701. Hal ini berarti H diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak ada hubungan produktivitas dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan hubungan antara produktivitas dengan tingkat adopsi teknologi rumah kompos ditolak.
Masalah Masalah yang Dihadapi Petani dalam Mengadopsi Teknologi Rumah Kompos
1. Ketersediaan Waktu