Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PEMILIHAN METODE AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

RACHMADANI 090522128

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ ANALISIS PEMILIHAN METODE AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2012

NIM : 090522128 Rachmadani


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PEMILIHAN METODE AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA DI BEI

Penelitian ini berjudul “Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh tingkat underpricing

yang ditimbulkan dengan penggunaan metode akuntansi pada perusahaan barang dan konsumsi pada saat melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah underpricing

sebagai variabel dependen sedangkan penyusutan dan persediaan sebagai variabel independen.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan industry barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikan α = 5%. Pengerjaan analisis regresi linear berganda menggunakan program SPSS 17.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Industri Barang Konsumsi, Metode akuntansi persediaan yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana, tetapi metode akuntansi penyusutan yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

Kata Kunci : Penyusutan, Persediaan, initial public offering (IPO) dan tingkat Underpricing.


(4)

ABSTRACT

ELECTION ANALYSIS METHOD OF ACCOUNTING FOR STOCK EARLY IN BEI UNDERPRICING

This study entitled "Analysis of Accounting Method Selection Of Prime Rate underpricing shares in the Indonesia Stock Exchange". The purpose of this study is to analyze and determine the effect of the level of underpricing is caused by the use of the company's accounting methods and consumption goods at the time of IPO in Indonesia Stock Exchange.In this study the variables used as the dependent variable is underpricing, while depreciation and inventory as independent variables.

This study uses secondary data from company financial statements of consumer goods industry in Indonesia Stock Exchange 2007-2009 period. This study uses multiple linear regression analysis with significant level α = 5%. The execution of multiple linear regression analysis using SPSS 17.0 for windows.

The results of this study indicate that the Consumer Goods Industry, inventory accounting method used has a significant influence on the level of IPO underpricing, but the depreciation accounting method used is not on the level of underpricing.

Keyword: Depreciation, Inventory, initial public offering (IPO) and the level of underpricing.


(5)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :Analisis Pemilihan Metode Akuntansi terhadap Tingkat

Underpricing Saham Perdana di BEI.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungannya, terutama kepada kedua orang tua, ayahanda dan ibunda dan tak lupa kepada keluarga saya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak berupa dukungan moril, materiil, spiritual, maupun administrasi.Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafrudin Ginting, SE, Ak, MAFIS, CPA. Selaku ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak. Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Erwin Abubakar, MBA selaku Dosen Penilai yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada ayahanda (Ishak jaya negara Hasibuan ) dan ibunda (Juliana Siregar) yang telah sabar dan selalu mendukung penulis untuk disegala bidang. Terima kasih banyak untuk semua kasih sayang, doa, semangat, pengorbanan, serta pengertian yang sangat besar buat penulis, semoga unjuk bisa memberikan yang terbaik untuk ayah dan ibu. Kepada abang-abang saya Ahmad Sukri SH, Briptu Ibrahim dan kakak-kakak saya Deasi Maulina Spd, Dwi jelita sari SH. Serta adik saya Yopi terima kasih untuk doa dan dukungannya.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.


(7)

Medan, 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Rachmadani NIM: 090522128


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian……….5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis………... 7

2.1.1 Pasar Modal……….. 7

2.1.2 Saham……… 8

2.1.3 Go Public……… 10

2.1.4 Penawaran Umum……… 10

2.1.5 Harga Perdana……… 11

2.1.6 Underpricing……… 11


(9)

2.1.8 Metode Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap……… 15

2.1.9 Metode Akuntansi Persediaan……….. 16

2.2 Kerangka Konseptual……… 21

2.3 Hipotesis Penelitian……… 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……… 23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……… 23

3.3 Batasan Operasional……… 23

3.4 Defenisi Operasional……… 24

3.5 Skala Pengukuran Variabel……… 25

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian……… 26

3.7 Jenis Data………. 29

3.8 Metode Pengumpulan Data……… 29

3.9 Tekhnik Analisis Data……… 29

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisi Data……… 37

4.1.1 Uji Asumsi Klasik……… 37

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian……….. 50

4.2.1 Analisis Pengaruh Metode Akuntansi Penyusutan terhadapTingkat Underpricing Saham Perdana…... 50

4.2.2 Analisis Pengaruh Metode Akuntansi Persediaan terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana……. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 52

5.2 Saran……… 52 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….………….. 20 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Sampel……… 27 3.2 Nama-nama Sampel Penelitian Indistri Barang Konsumsi… 28 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin-Watson………… 32 4.1 Uji Normalitas pada Industri Barang Konsumsi One-Sample Kolmogrov-Simirnov Test……… ….. 40 4.2 Uji Multikolinearitas pada Industri Barang konsumsi…… 41 4.3 Uji Autokorelasi Dubin-Watson pada Industri Barang

Konsumsi... 42 4.4 Uji Glesjer pada Industri Barang Konsumsi……… 43 4.5 Uji Regresi Linear Berganda pada Industri Barang

Konsumsi……… 44 4.6 Tabel Hubungan Antar Variabel……… 45 4.7 Koefisien Determinasi pada Industri Barang Konsumsi…… 46 4.8 Uji Statistik T pada Industri Barang konsumsi……… 47 4.9 Uji Statistik F pada Industri Barang Konsumsi……… 49


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 21 4.1 Histogram Dependen t Variabel (LN underpricing)

Pada Industri Barang Konsumsi ... 38 4.2 Normal P-Plot Of Regression Standardized Residual

Depndent Variabel (LN underpricing ) Pada Industri Barang Konsumsi ... 39


(12)

DAFTAR SINGKATAN

UNDER = UNDERPRICING


(13)

ABSTRAK

ANALISIS PEMILIHAN METODE AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA DI BEI

Penelitian ini berjudul “Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh tingkat underpricing

yang ditimbulkan dengan penggunaan metode akuntansi pada perusahaan barang dan konsumsi pada saat melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah underpricing

sebagai variabel dependen sedangkan penyusutan dan persediaan sebagai variabel independen.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan industry barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikan α = 5%. Pengerjaan analisis regresi linear berganda menggunakan program SPSS 17.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Industri Barang Konsumsi, Metode akuntansi persediaan yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana, tetapi metode akuntansi penyusutan yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

Kata Kunci : Penyusutan, Persediaan, initial public offering (IPO) dan tingkat Underpricing.


(14)

ABSTRACT

ELECTION ANALYSIS METHOD OF ACCOUNTING FOR STOCK EARLY IN BEI UNDERPRICING

This study entitled "Analysis of Accounting Method Selection Of Prime Rate underpricing shares in the Indonesia Stock Exchange". The purpose of this study is to analyze and determine the effect of the level of underpricing is caused by the use of the company's accounting methods and consumption goods at the time of IPO in Indonesia Stock Exchange.In this study the variables used as the dependent variable is underpricing, while depreciation and inventory as independent variables.

This study uses secondary data from company financial statements of consumer goods industry in Indonesia Stock Exchange 2007-2009 period. This study uses multiple linear regression analysis with significant level α = 5%. The execution of multiple linear regression analysis using SPSS 17.0 for windows.

The results of this study indicate that the Consumer Goods Industry, inventory accounting method used has a significant influence on the level of IPO underpricing, but the depreciation accounting method used is not on the level of underpricing.

Keyword: Depreciation, Inventory, initial public offering (IPO) and the level of underpricing.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana dapat menggunakan berbagai metode akuntansi pada laporan keuangannya. Initial Public Offering (IPO) adalah penjualan saham suatu perusahaan kepada publik untuk petama kali. Bapepam menetapkan prosedur peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh perusahann tersebut salah satu elemen penting dari peraturan tersebut adalah persyaratan bahwa laporan keuangan auditan harus disediakan sebagai bagian dari prospektus. Menurut Nasirwan (2000). Informasi prospektus merupakan fenomena menarik bagi para peneliti keuangan di luar negeri untuk meneliti secara empiris perilaku para investor dalam pembuatan keputusan investasi di pasar modal. Dan juga IPO sering di tandai oleh kurang tersedianya informasi yang di publikasikan, sehingga pengungkapan laporan keuangan dalam prospectus menjadi penting pada proses pembelian harga saham (Neil et al. 1995).

Harga saham yang dijual di pasar perdana (saat IPO) telah ditentukan terlebih dahulu atas kesepakatan antara emiten dan underwriter, sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Dalam dua mekanisme penentuan harga tersebut, sering terjadi perbedaan harga saham yang sama antara pasar perdana dan pasar sekunder. Jika penetuan harga


(16)

saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama maka terjadi apa yang disebut Underpricing.

Kondisi underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan penawaran perdana di pasar sekunder, Karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum. Sebaliknya jika terjadi overpricing, investor akan rugi karena mereka tidak menerima initial return. Underprcing akan menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik perusahaan pada investor, sehingga pemilik perusahaan berusaha untuk meminimalkan terjadinya underpricing .

Beatty (1989) mengungkapkan bahwa underpricing disebabkan oleh adanya asimetri informasi. Asimetri informasi dapat terjadi antara emiten dengan underwriter, maupun antar investor. Untuk mengurangi adanya asimetri informasi, perusahaan yang akan go public menerbitkan prospektus yang berisi berbagai informasi perusahaan.

Watts dan zimerman (1986) dalam Nasrizal dan Hartono (2001) mengemukakan bahwa laba akuntansi adalah faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu, para peneliti memperediksi bahwa pemilihan metode akuntansi perusahaan IPO yang mempengaruhi laba dan dilaporkan dalam laporan keuangan akan berpengaruh pada reaksi pasar yang ditunjukan dengan tingkat underpricing.

Penelitian ini mencoba mengangkat isu pengaruh metode akuntansi yang digunakan perusahaan yang melakukan penawaran perdana terhadap tingkat


(17)

underpricing menurut Foster (1986) dalam Akbar dan Hartono (2001), Pemilihan metode akuntansi merupakan faktor yang mempengaruhi angka-angka laporan keuangan. Hasil penelitian empiris Neil et al (1995). Menunjukan bahwa perusahaan IPO yang menggunakan metode akuntansi Liberal (Income increasing) mengalami underpricing yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang menggunakan metode Konservatif (Income decreasing).

Hal ini disebabkan penjamin emisi dan penerbit saham berusaha untuk mengurangi resiko mereka. Metode Konservatif merupakan metode akuntansi yang mengakui pendapatan dan untung lebih lambat dan menilai aktiva dengan nilai yang rendah dan kewajiban dengan nilai yang tinggi. Sedangkan Metode akuntansi Liberal mengakui pendapatan dan untung lebih cepat dan menilai aktiva dengan nilai yang tinggi dan kewajiban dengan nilai yang rendah.

Studi ini menindaklanjuti studi Ali dan Hartono (2003). Metode akuntansi yang diteliti adalah sesuai dengan penelitian Neil et al (1995). Yaitu metode akuntansi untuk penilaian persediaan dan penyusutan aktiva tetap. Alasan untuk mereplikasi penelitian ini adalah adanya rekomendasi peneliti sebelumnya yang merasa penelitian yang digunakan terbatas pada perusahaan yang go public.

Perbedaan antara penelitian ini dengan sebelumnya berkaitan dengan sampel penelitiannya. Pertama, Pengelompokan perusahaan dimana sampel perusahaan yang digunakan akan dikelompokan menjadi perusahaan barang dan konsumsi. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari penelitian sebelumnya yang mengharapkan pada penelitian selanjutnya untuk memperhatikan karakteristik


(18)

industri perusahaan, karena secara teoritis karakteristik antara perusahaan barang konsumsi berbeda.

Alasan dilakukannya pengelompokan adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel-variabel independen menjelaskan variabel dependen pada perusahaan barang dan konsumsi. Kedua, perubahan sampel periode yang digunakan. Sampel yang digunakan pada penelitian sebelumnya sebanyak 129 perusahaan yang go public pada periode 1994-1999. Sedangkan sampel yang digunakan penelitian ini adalah perusahaan Barang Konsumsi yang go public

periode 2007-2009. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti ingin mengkaji fenomena tersebut lebih lanjut dalam penelitian mengenai “Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek indonesia”.

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yaitu:

1. “Apakah ada pengaruh metode akuntansi penyusutan yang digunakan terhadap tingkat underpricing saham perdana pada Perusahaan industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia?”. 2. “Apakah ada pengaruh metode akuntansi persediaan yang

digunakan terhadap tingkat underpricing saham perdana pada perusahaan industry Barang Konsumsi di bursa Efek Indonesia?”.


(19)

3. “Apakah ada pengaruh metode akuntansi penyusutan dan persediaan terhadap tingkat underpricing saham perdana pad perusahaan industry Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia?”.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan metode akuntansi penyusutan yang digunakan terhadap tingkat underpricing saham perdana di BEI.

2. Apakah ada pengaruh penggunaan metode akuntansi persediaan yang digunakan terhadap tingkat underpricing saham perdana di BEI.

3. Apakah ada pengaruh penggunaan metode akuntansi penyusutan dan persediaan terhadap tingkat underpricing saham perdana di BEI.

3. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam penambahan

wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh penggunaan metode akuntansi terhadap tingkat underpricing saham perdana di BEI.

2. Bagi Manajer dan Underwritter, hasil penelitian ini dapat

menunjukan apakah di dalam menentukan harga penawaran perdana, metode akuntansi perlu diperhitungkan.


(20)

3. Bagi Investor, hasil penelitian ini menunjukan apakah dalam

mengambil keputusan investasi pada perusahaan IPO perlu memperhatikan metode akuntansinya.

4. Bagi Bapepam, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan apakah

metode akuntansi yang digunakan perlu untuk diungkapkan secara wajib dan jelas di prospektus.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pasar Modal

Situmorang (2008:1) menyatakan bahwa pasar modal adalah sarana pengerahan dana atau tempat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang mengalami kekurangan dana dan terbentuk untuk memudahkan pertukaran uang antara penabung dan peminjam. Sedangkan Hanafi (2004:63) menyatakan bahwa pasar modal adalah pasar keuangan dimana diperdagangkan instrumen keuangan jangka panjang.

Samsul (2006:46) menyatakan ada empat jenis pasar yang ada di pasar modal, antara lain pasar perdana (primary market) yang merupakan tempat/sarana bagi perusahaan untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum dan pemesanan dilakukan melalui underwriter (agen penjual), pasar kedua (secondary market) yang merupakan tempat/sarana transaksi jual-beli efek antarinvestor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek., pasar ketiga (third market) yang merupakan sarana transaksi jual beli efek antara market maker serta investor, harga dibentuk oleh market maker, dan pasar keempat (fourth market) yang merupakan sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek.


(22)

2.1.2 Saham

a. Pengertian Saham

1 Untuk mendapatkan dana yang diperlukan guna membiayai kegiatan operasinya, maka suatu perseroan mengeluarkan sejumlah aktiva (biasanya berupa kas) yang besarnya tergantung pada jumlah lembar saham dan nilai tiap lembar saham yang dijual.

2 Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6) mendefinisikan saham sebagai ”tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas”.

b. Jenis-Jenis Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu:

1) Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:

a) saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi,

b) Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan yang tetap , tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.


(23)

2) Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas: a) Saham Blue Chip (Saham Unggulan) adalah saham-saham

perusahaan besar yang kinerjanya kuat. Perusahaan-perusahaan itu umumnya mampu mencetak untung besar dan rutin membagikan deviden.

b) Saham Pembagian Deviden (Income Stock) adalah saham-saham perusahaan yang rajin membagikan deviden dalam setiap tahunnya. Selain itu, nilai devidennya juga lebih tinggi dibanding dengan rata-rata deviden saham-saham lainnya.

c) Saham Pertumbuhan (Growth Stock) Emiten penerbitan saham-saham ini umumnya selalu membukuka n pertumbuhan penjualan atau pendapatan yang tinggi karena perusahaan-perusahaan ini umumnya menjadi pemimpin pasar di industrinya dimana pendapatannya cenderung naik. Harga saham-saham perusahaan ini biasanya juga cenderung terus meningkat.

d) Saham Spekulatif adalah saham-saham perusahaan yang tidak mampu memperoleh pendapatan secara konsisten dari tahun ke tahun. Tetapi, meskipun belum pasti, ia memiliki pot ensi untuk bisa menghasilkan pendapatan tinggi di masa depan. Saham ini cocok untuk investor yang bisa memikul resiko tinggi pada hakekatnya merupakan pemilik perseroan.


(24)

2.1.3 Go Public

Pengertian Go Public

Alasan perusahaan melakukan go public pada umumnya karena masalah keuangan. Suatu perusahaan struktur modalnya terdiri atas hutang yang lebih besar daripada modal sendiri, pada suatu saat perlu melakukan restrukturisasi pemodalnya.

Pengertian Go Public menurut Iskandar Z. Alwi (2003:11) adalah sebagai berikut:

Go Public adalah suatu perusahaan yang baru pertama kali menawarkan saham-sahamnya kepada masyarakat pemodal”.

Pengertian Go public menurut Sunariyah (2003:20) adalah sebagai berikut:

’’Go Public adalah Peristiwa penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaaan (emiten) kepada masyarakat umum (investor) untuk pertama kalinya”.

2.1.4 Penawaran Umum

Pengertian Penawaran Umum

Penawaran umum harus mendapat ijin dari badan yang mempunyai otoritas yang berwenang. Persyaratan perizinan tersebut harus lengkap, sebelum melakukan penawaran di pasar modal.


(25)

Menurut Sunariyah (2003:98) pengertian penawaran umum sebagai berikut: ’’Penawaran Umum adalah cara yang pada umumnya dilakukan untuk menawarkan surat berharga di pasar modal’’

2.1.5 Harga Perdana

Harga saham perdana biasanya dipengaruhi oleh biaya emisi dipasar modal. Menurut Hendry. M. Fahruddin (2008:50) pengertian harga perdana adalah ’’ Harga pada waktu suatu efek atau saham pertama kali dikeluarkan yaitu dipasar perdana”.

2.1.6. Underpricing

Hanafi (2004:88) menyatakan bahwa underpricing merupakan fenomena yang sering dijumpai dalam Initial Public Offering (IPO). Ada kecenderungan bahwa harga penawaran di pasar perdana pada saat perusahaan melakukan IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama perdagangan di bursa efek. Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjamin emisi (underwriter) dan emiten (issuers), sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran yang terjadi.

Menuru Sunariyah (2003:2005) pengertian Underpricing adalah ’’hasil dari ketidakpastian harga saham pada pasar sekunder”.


(26)

Sedangkan Menurut Handy.M Fakhrudin (2008:40) pengertian

underpricing adalah ’’Saham atau Surat-surat yang diperdagangkan dengan harga dibawah nilai wajarnya”.

Dari kedua penjelasan dapat disimpulkan bahwa underpricing

merupakan ketidakpastian harga yang dipengaruhi oleh adanya asimetri informasi antara investor yang tidak memiliki informasi dengan pihak yang memiliki informasi yang lebih banyak.

Besarnya tingkat underpricing diukur dengan menggunakan rumus dari Kuntz Aggrawal yaitu persentase selisih antara harga penutupan (closing price) hari pertama di pasar sekunder dan harga penawaran perdana (offering price) dibagi harga penawaran perdana (offering price). Underpricing dapat dirumuskan:

Closing Price (P1) – Offering Price (P0)

Underpricing = X 100

Offering Price (P0)

Underpricing = Selisih harga

Closing Price (P1) = Harga Saham di pasar sekunder

Offering Price (P0) = Harga Penawaran Saham Perdana

2.1.7. Metode Akuntansi

Metode Pencatatan akuntansi pada umumnya berdasarkan dua sistem yaitu basis kas dan basis akrual. Basis kas (Cash Basis) adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Basis


(27)

akrual (Accrual Basis) memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan.

Dalam dunia akuntansi, basis akuntansi menjadi pijakan penting dalam melakukan pencatatan. Basis akuntansi menentukan asumsi-asumsi yang dipakai dalam melakukan pencatatan dan pelaporan. Dalam praktik akuntansi pemerintahan, terdapat empat macam basis akuntansi yang biasa digunakan, yaitu basis kas, basis akrual, basis kas modifikasi, dan basis akrual modifikasi. Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan diakui ketika penjualan terjadi dan pengeluaran (belanja) diakui ketika barang atau jasa diterima.

Dengan kata lain, basis akrual mengakui transaksi pada saat transaksi. Sedangkan dalam basis kas, pendapatan diakui ketika uang/kas telah diterima dan pengeluaran diakui ketika telah dilakukan pembayaran kas. Selain itu, dalam basis akrual juga mengakui adanya transaksi-transaksi non-kas, seperti pengakuan beban penyusutan piutang tak tertagih dan sebagainya.

Accrual Basis mendasarkan konsepnya pada dua pilar, yaitu:

1. Pengakuan Pendapatan. Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan. Dalam konsep accrual basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan kas benar-benar diterima. Makanya dalam accrual basis kemudian muncul adanya estimasi piutang tak


(28)

2. Pengakuan Biaya. Saat pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi. Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut untuk senantasa menggunakan konsep accrual basis ini.

Cash Basis

Dalam metode cash basis, pendapatan diakui ketika kas diterima sedangkan beban diakui pada saat kas dibayarkan, artinya perusahaan mencatat beban didalam transaksi jurnal entry ketika kas dikeluarkan atau dibayarkan dan pendapatan dicatat ketika kas masuk atau diterima.

Dalam metode kas basis, beban tidak diakui sampai uang dibayarkan walaupun beban terjadi pada bulan itu. Demikian juga dengan pendapatan, tidak diakui sampai uang diterima. Sehingga metode cash basis tidak mencerminkan besarnya uang yang ada sebenarnya.

Cash basis mendasarkan konsepnya pada dua pilar, yaitu:

1. Pengakuan Pendapatan. Saat pengakuan pendapatan pada cash basis adalah pada saat perusahaan menerima pembayaran secara kas. Dalam konsep kas basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan munculnya hak untuk menagih. Makanya dalam kas basis kemudian muncul adanya metode penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.


(29)

2. Pengakuan Biaya. Saat pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan pembayaran secara kas. Sehingga dengan kata lain, pada saat sudah diterima pembayaran maka biaya sudah diakui pada saat itu juga. Untuk usaha-usaha tertentu masih lebih menggunakan cash basis ketimbang accrual basis, contoh : usaha relatif kecil seperti toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter, pedagang informal, panti pijat, dll.

2.1.8. Metode Akuntansi Penyusutan dan Aktiva tetap

PSAK Mendefinisikan Penyusutan sebagai alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang di estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ada beberapa metode akuntansi penyusutan yang dapat digunakan. Penelitian ini memfokuskan pada penggunaan metode penyusutan garis lurus

(straight line methode), dan saldo menurun (decreasing balanced method).

1) Metode garis Lurus

Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”, metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva


(30)

yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan, peralatan kantor.

Aktiva tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.

Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.

2.1.9. Metode Akuntansi Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aktiva yang mempunyai nilai yang cukup besar. Persediaan juga akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba /rugi, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur. Oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang dapat dibebankan sebagai biaya (Harga Pokok Penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan laba/rugi dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam neraca.

Pemilihan metode akuntansi persediaan di Indonesia mengacu pada PSAK 14 (IAI, 2004) yang menyatakan bahwa diberlakukannya tiga metode akuntansi persediaan yaitu First In First Out (FIFO), rata-rata tertimbang (Weighted Average), dan Last In First Out (LIFO). Namun UU Perpajakan Indonesia No.7


(31)

tahun 1983 Jo UU No.10 tahun 1994 tentang pajak penghasilan hanya mengakui metode FIFO dan Weighted Average.

Salah satu alasan dipilihnya metode akuntansi persediaan oleh perusahaan adalah untuk memenuhi keinginan para investor yang berkaitan dengan market value perusahaan, sehingga dalam memilih metode tersebut akan memberikan pada tingkat return yang diharapkan investor.

a Metode FIFO

Metode FIFO didasarkan pada asumsi barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adala yang dibeli atau diproduksi kemudian. FIFO dianggap sebagai suatu pendekatan yang logis dan realistis mengenai arus biaya, yaitu dalam hal identifikasi biaya-biaya yang spesifik dianggap tidak praktis atau tidak mungkin dilaksanakan.

b. Metode Rata—Rata

Metode rata-rata tertimbang (weighted average method) didasarkan pada asumsi biaya setiap barang ditentukan berdassarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Pendekatan ini dapat dianggapn pendekatan parallel dengan arus fisik barang, khususnya jika unit-unit persediaan yang identik ternyata campur baur


(32)

c. Metode LIFO

Metode LIFO didasarka pada asumsi barang yang dibeli atau di produksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu. Metode ini dikembangkan di Amerika Serikat pada akhir tahun 1930 sebagai suatu metode yang memungkinkan dilakukannya penundaan laba persediaan yang menyesatkan dalam periode terjadinya kenaikan harga.

2.1.10. Teori akuntansi yang berhubungan dengan penelitian

1. Positive Acounting Theory adalah teori yang dikembangkan oleh Watts dan Zimmerman pada tahun 1978 yang dipublikasikan lewat tulisannya pada tahun 1978 dan tahun 1979. Positive Accounting Theory menemukan bahwa pada aturan akuntansi yang diterapkan pada praktek sehari-hari (misalnya pilihan metode akuntansi) memiliki hubungan dengan variabel perusahaan lainnya seperti analisa leverage dan besarnya ukuran perusahaan merupakan suatu variabel yang paling konsisten digunakan.

Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi. Misalnya teori menjelaskan mengapa lebih banyak perusahaan menggunakan FIFO dibanding LIFO, Sedangkan prediksi (Prediction) berarti teori harus mampu memprediksi berbagai fenomena praktik akuntansi yang belum dijalankan. Sebagai contoh teori akuntnsi yang dapat menyediakan


(33)

hipotesis tentang atribut perusahaan yang menggunakan metode FIFO dengan LIFO sehingga dapat di uji dengan penggunaan historis

2. Sebetulnya jauh sebelum Positive Acounting Theory dikembangkan oleh Watts dan Zimmerman, pada tahun 1960 Ball dan Brown telah melakukan penelitian tentang Modern Positive Accounting. Beaver pada tahun 1968 juga telah memperkenalkan suatu metode keuangan untuk akuntansi keuangan. Inti riset mereka adalah bahwa data-data akuntansi dapat memberikan informasi berarti bagi keputusan investasi pada pasar sekuritas sehingga akan mempengaruhi harga saham. Dari riset ini kemudian lahirlah istilah Information perspective yaitu bahwa pasar akan mengambil keputusan investasi berdasarkan informasi yang mereka dapat dari laporan keuangan perusahaan publik. Secara internal, laporan keuangan tersebut merupakan hasil dari pilihan metode akuntansi yang dipilih. Metode akuntansi di sini antara lain adalah metode persediaan dan penyusutan aktiva tetap.

Jika dihubungkan dengan teori keuangan, sebenarnya pemilihan metode persediaan dan penyusutan tidaklah berpengaruh terhadap nilai suatu perusahaan sebagaimana pula tidak berpengaruh terhadap pajak. Lagipula jika dihubungkan dengan teori MM (Modigliani dan Miller) dan CAPM (Capital Asset Pricing Model), information perspective

tidak sejalan karena menurut MM informasi akan mudah didapat


(34)

Tabel 2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Variabel yang

digunakan Hasil Penelitian 1. Gerinta

wirawan (2003)

Penyebab Underpricing

Pada Penawaran Perdana di BEJ

Reputasi Underwriter, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Nilai Penawaran, Financial Leverage, Secara simultan, variabel-variabel bebas dalam penelitian, tidak berpengaruh pada tingkat

underpricing.

2. Umbara (2008)

”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing

Pada Saat inital return Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Laba, Umur Perusahaan

Secara parsial, hanya pertumbuhan laba yang berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sedangkan untuk variabel lain, tidak ada pengaruh ukuran perusahaan, dan umur perusahaan,.

3. Zulyana (2011)

” Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Underpricing Financial Laverage, Ukuran, Umur dan Nilai penawaran Perusahaan

Secara simultan dan parsial variabel financial laverage, umur, ukuran dan nilai penawaran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan.


(35)

2.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

“Kerangka konseptual merupakan penjelasan secarateoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti, yang di susun dari berbagai teori yang di deskripsikan. (Sugiyono, 2006: 49) Untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing saham perdana, maka penulis menyusun kerangka konseptual (theoretical framework) sebagai berikut:

Gambar 2.1

Sumber : Diolah Peneliti 2012

2.3. Hipotesis Penelitian

Erlina (2007:41) mendefinisikan hipotesis sebagai proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian.

Metode Peesediaan (X2)

Metode Penyusutan (X1)

Tingkat Underpricing (Y)


(36)

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Metode Penyusutan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham

perdana.

H2 : Metode Persediaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham

perdana.

H3 : Metode Penyusutan dan Metode Persediaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham perdana.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian asosiatif, dimana penelitian asosiatif merupakan penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variable atau lebih. Dalam penelitian ini, diteliti sejauh mana pengaruh antara Metode akuntansi Penyusutan, Metode akuntansi Persediaan terhadap Tingkat

Underpricing Saham Perdana pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui maedia internet dengan menggunakan situs www. Dunia investasi.com dan www.idx.co.id. Penelitian ini dimulai pada Januari 2012 sampai dengan Maret 2012.

3.3 Batasan Operasional

Keterbatasan teori-teori dan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka ditetapkan batasan operasional dari penelitian sebagai berikut:

a. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Variabel Terikat yaitu Underpricing

2) Variabel Bebas yaitu Metode akuntansi Penyusutan dan Metode akuntansi Persediaan.


(38)

b. Data yang digunakan adalah data sekunder pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

c. Menggunakan data laporan keuangan tahun 2007-2009

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Variabel –variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Variabel Terikat (variabel Dependen) Underpricing ( Y )

Underpricing terjadi akibat adanya perbedaan harga saham di pasar primer dan pasar sekunder. Underpricing adalah persentase selisih antara harga penutupan hari pertama di pasar sekunder (P1) dan harga penawaran perdana

(offering price) (P0) dibagi harga penawaran perdana.

Closing Price (P1) – Offering Price (P0)

Underpricing = X 100

Offering Price (P0)

Underpricing = Selisih harga

Closing Price (P1) = Harga Saham di pasar sekunder

Offering Price (P0) = Harga Saham penawaran Perdana.

b. Variabel Bebas ( Variabel Independen )

Menurut Sugiyono (2005:3). Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen


(39)

atau variabel terikat. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode akuntansi yang dipakai pada perusahaan barang konsumsi.

1. Metode akuntansi penyusutan aktiva (X1 ),

pada penelitian sebelumnya metode akuntansi ini dikelompokan menjadi dua kategori yaitu metode pembebanan menurun sebagai kebijakan penurunan pendapatan (income decreasing policy) dan metode garis lurus sebagai kebijakan pendapatan meningkat (income increasing policy).

2. Metode akuntansi penilaian persediaan (X2),

Metode Penilaian persediaan akan memberikan hasil yang berbeda pada laporan keuangan perusahaan. Perbedaan yang terjadi dalam penilaian persediaan neraca akan diikuti oleh perbedaan-perbedaan laba dalam perhitungan rugi-laba periode bersangkutan dan juga perbedaan arus kasnya.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono,2003:84). Skala pengukuran

underpricing adalah menggunakan skala rasio dan pada metode akuntansi penyusutan dan persediaan adalah menggunakan skala nilai nominal. Dengan menggunakan laporan keuangan sebagai instrument untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti.


(40)

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006:72). Populasi penelitian ini adalah Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003: 78).

Kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti dalah sebagai berikut:

1. Perusahaan-Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI

2. Perusahaan yang melakukan IPO di BEI

3. Data perusahaan yang Lengkap dengan Laporan keuangan tahun 2007 sampai 2009


(41)

Tabel 3.1

Jumlah Sampel berdasarkan seleksi kriteria sampel

Dari periode pengamatan yang dilakukan dari tahun 2007 – 2009 diperoleh sebanyak 32 populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan penawaran umum perdana nama-nama perusahaanya dapat di lihat dalam lampiran I, 3 populasi dikeluarkan karena data keuanganya tidak lengkap dapat di lihat pada lampiran II, 7 populasi perusahaan dikeluarkan karena data metode akuntansi penyusutan dan persediaan yang digunakan lebih dari satu dapat di,lihat pada lampiran III. Dan terakhir 3 populasi Perusahaan yang dikeluarkan karena nilai underpricingnya negatif dan nol dpat di lihat pada lampiran IV. Sehingga dari 32 populasi perusahaan Industri Barang Konsumsi yang dapat digunakan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 19 sampel.

perusahaan yang mengalami underpricing pada penawaran saham perdana (IPO). Adapun daftar nama-nama dari perusahaan yang menjadi sampel, sebagai berikut :

o.

Kriteria sampel Jumlah

1

Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar dan melakukan IPO di BEI selama tahun 2007-2009

32

2 Perusahaan yang dikeluarkan karena data laporan keuangan tidak lengkap.

(3)

3 Perusahaan yang dikeluarkan karena menggunakan metode akuntansi penyusutan dan persediaan lebih dari satu jenis

(7)

Perusahaan yang underpricingnya bernilai negatif dan nol

(3)


(42)

Tabel 3.2

Nama-Nama Perusahaan dalam Sampel Penelitian O. K ODE NAMA PERUSAHAAN G GRM

PT. GUDANG GARAM, Tbk. H

MSP

PT. H.M. SAMPOERNA, T.bk M

RAT

PT. MUSTIKA RATU, Tbk U

NVR

PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk. A

DES

PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL, Tbk. T

SPC

PT. TEMPO SCAN PASIFIC, Tbk. C

EKA

PT. CAHAYA KALBAR, Tbk. D

LTA

PT. DELTA DJAKARTA, Tbk. D

VLA

PT. DARYA VARIA,Tbk

0

K LBF

PT.KALBE FARMA, Tbk.

1

M LBI

PT. MULTI BINTANG INDONESIA, Tbk.

2

M ERCK

PT. MERCK, Tbk.

3

T CID

PT. MANDOM INDONESIA, Tbk. 4

S TTP

PT. SIANTAR TOP, Tbk.

5

S CPI

PT. SCHERING PLOUGH INDONESIA, Tbk.

6

M YOR

PT. MAYORA INDAH, Tbk.

7

S QBB

PT.TAISHO PHARAMACEUTICAL,Tbk. 18 RMBA PT. BENTOEL INTERNASIONAL INVESTAMA, Tbk

9

U LTJ

PT. ULTRA JAYA MILK, Tbk Sumber : www. Idx. co.id (Februari 2012)


(43)

3.7 Jenis Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif (data yang berbentuk angka). Data ini diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan yang merupakan hasil publikasi Bursa Efek Indonesia, buku-buku referensi, internet dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan bahasan penelitian.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka, yakni jurnal akuntansi, serta buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dan studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh melalui media internetelalui situs

3.9 Tekhnik Analisis Data

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.9.1 Uji Asumsi Klasik

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan persamaan regresi berganda (multiple regression). Analisis data dilakukan dengan manggunakan SPSS 17 (Statistical Package for Social Science). Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis.

3.9.1.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas menurut Ghozali (2005:110) adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual


(44)

memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat ditentukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya.

Proses uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov :

1) jika angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan normal,

2) jika angka signifikan < taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal.

Uji normalitas data juga dapat dilihat dengan memperlihatkan penyebaran data (titik) pada normal P Plot of Regression Standardized Residual

variabel independen, dimana:

1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2) jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.


(45)

3.9.1.2. Uji Multikolonieritas

Tujuan uji multikolonieritas menurut Ghozali (2005:91) adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan lawannya, serta

Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10.

3.9.1.3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi menurut Ghozali (2005:95) bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria keputusan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl≤d≤du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada autokorelasi negatif No Decision 4-du≤d≤4-dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du<d<4-du Sumber: Situmorang (2008:86)


(46)

3.9.1.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menurut Ghozali (2005:105) bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisistas, antara lain:

1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan heteroskedastisitas,

2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas.

Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.9.2. Analisis Regresi Linear Berganda

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi berganda dihasilkan dengan cara memasukkan input data variabel ke fungsi regresi. Persamaan regresi berganda yang digunakan dapat dinyatakan sebagai berikut :


(47)

Y = α + b1x1 + b2 x2 + e

Dimana:

Y = Tingkat underpricing

α = Koefisien konstanta x1 = penyusutan aktiva tetap

x2 = peenilaian pesediaan

b1,2 = Koefisien regresi variabel independen

e = error

3.9.2.1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi Adjusted R Square maka akan semakin baik bagi model regresi karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar.

3.9.3. Pengujian Hipotesis

3.9.3.1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hipotesis statistik yang diajukan adalah:


(48)

Ho : bi = 0 : tidak ada pengaruh

Ha : bi ≠ 0 : ada pengaruh.

Signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilihat dari nilai probabilitas (nilai Sig.) dari t rasio masing-masing variabel independen pada taraf uji α = 5% (0,05). Kesimpulan dapat diterima atau tidaknya Ha sebagai pembuktian adalah:

1) jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak, Ha dapat diterima,

2) jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak.

Signifikansi juga dapat dilihat dengan membandingkan dengan thitung,

dengan ketentuan:

1) jika thitung > ttabel(α = 5%) maka Ho ditolak, Ha dapat diterima,

2) jika thitung < ttabel(α = 5%) maka Ho diterima, Ha tidak ditolak.

3.9.3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk untuk menguji hubungan linear dari seluruh variabel bebas secara bersama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi dari model persamaan regresi, apakah terdapat hubungan signifikan antara X dan Y. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:


(49)

Ho : bi = b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0 : semua variabel independen tidak

berpengaruh secara bersama.

Ha : b0 = b1 = b2 = b3 = b4 = b5 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh

secara bersama.

Signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilihat dari nilai probabilitas (nilai Sig.) dari F rasio seluruh variabel independen pada taraf uji α = 5% (0,05). Kesimpulan dapat diterima atau tidaknya Ha dapat diketahui dengan pembuktian sebagai berikut:

1) jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima,

2) jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak.

Signifikansi juga dapat dilihat dengan membandingkan Fhitung, dengan

ketentuan:

1) jika Fhitung > Ftabel(α = 5%) maka Ho ditolak, Ha diterima,


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan analisis persamaan regresi sederhana. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian klasik dan pengujian menggunakan regresi. Pengujian ini menggunakan software SPSS versi 17. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. 4.2.2 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah data yang memepunyai pola seperti distribusi normal Ghozali (2005 :110) Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogrov-Smirnov. Apabila diperoleh nilai signifikan uji Kolmogrov-Simirnov lebih besar dari (>) 0,05 maka data dinyatakan normal (situmorang et al, 2010:97).

a. Analisis Grafik

Uji normalitas yang digunakan dalam analisis grafik ini adalah dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot.


(51)

Gambar 4.1

Gambar 4.1 : Histogram

Sumber : Hasil Olahan SPSS 17,11 Maret 2012

Gambar 4.1 menunjukan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Hal ini berarti data residual mempunyai distribusi normal.


(52)

Uji normalitas dapat juga dilakukan dengan analisis statistik selain dengan analisi grafik histogram melalui grafik normal p-p plot of regression standardized residual seperti yang di sajikan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2

Gambar 4.2 : Normal P-Plot

Sumber : Hasil OLahan SPSS 17, 11 Maret 2012

Gambar 4.2 menunjukan bahwa titik-titik pada scatter plot menyebar di sekitar garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.


(53)

b.Analisis statistik

Analisis statistic memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan analisis grafik. Uji normalitas yang digunakan dalam analisis statistik adalah uji statistik non parametric one-sample kolmogrof-smirnov test

Tabel 4.1 menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) masing-masing bernilai 0,357 yang lebih besar dibandingkan taraf nyata (α) yaitu 0,05. Hal ini

berarti model regresi variabel dependen dan independen memepunyai distribusi normal.

Tabel 4.1

One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 57

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.92310598

Most Extreme Differences Absolute .123

Positive .123

Negative -.054

Kolmogorov-Smirnov Z .927

Asymp. Sig. (2-tailed) .357

a. Test distribution is Normal. b.Calculated from data.


(54)

4.2.2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk menunjukan ada tidaknya hubungan linear di antara variabel bebas dalam model regresi. Gejala multikolinieritas dapat dideteksi atau dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF). Hasil pengujian dijelaskan dalam table 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas

Sumber : Hasil Olahan SPSS17, 11 Maret 2012

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa semua variabel bebas tidak terkena masalah multikolinieritas. Hal ini dilihat dari semua variabel bebas sesuai dengan kriteria keputusan.

4.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear teredapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) Ghozali (2005 :95) Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin Watson test. Kriteria yang

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 10.066 .653 15.419 .000

PENYUSUTAN -1.535 1.168 -.160 -1.314 .194 .990 1.011

PERSEDIAAN -2.395 .715 -.408 -3.349 .001 .990 1.011


(55)

menunjukan bahwa tidak terjadi autokorelasi adalah du<DW<4-du. Hasil Pengujian autokorelasi yang dilakukan dengan SPSS 17 di tampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Uji Autokorelasi

Sumber : Hasil Olahan SPSS 17, 11 Maret 2012

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1,627 sedangkan pengujian menurut tabel adalah sebagai berikut:

N= jumlah sampel =57

K=jumlah variabel bebas =2

Pada tingkat signifikan α=0,05 diperoleh du sebesar 1,46 sehingga diperoleh keputusan du<DW<4-du sebesar 1,46<1,627<2,54 sehingga yang diambil adalah bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

4.2.4. Uji Heteroskedasitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainya. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali,

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .454a .206 .176 1.95840 1.627

a. Predictors: (Constant), PERSEDIAAN, PENYUSUTAN b. Dependent Variable: LN_UNDER


(56)

2005:105) Cara melihat apakah heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan pendekatan statistik dengan uji glesjer. Hasil pengujian heteroskedasitas dilihat pada table 4.4.

Tabel 4.4 Uji Glesjer

Sumber : Hasil Olahan SPSS 17, 11 Maret 2012

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa semua variabel bebas tidak signifikan terhadap variabel terkait. Hal ini di tunjukan oleh nilai signifikansi α (sig>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data bebas dari heterokedastisitas.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 30474.074 8280.090 3.680 .001

PENYUSUTAN -18740.040 14811.875 -.168 -1.265 .211

PERSEDIAAN -11671.812 9070.384 -.170 -1.287 .204


(57)

4.3.2 Regresi Linear berganda

Model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = α + b1x1 + b2 x2 + e

Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi

Sumber : Hasil olahan SPSS 17, 11 Maret 2012

Pengolahan data tersebut menghasilkan suatu model regresi berganda sebagai berikut :

Y = 10,066 – 1535 + 0,2395 + e Persamaan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Konstanta sebesar 10,066 menyatakan bahwa jika pemyusutan dan persediaan adalah nol, maka nilai tingkat underpricing yang terjadi adalah 10,066.

b. Koefisien regresi variabel penyusutan adalah -1,535. Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan 1 satuan penyusutan maka nilai tingkat underpricing akan berkurang sebesar 1,535.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.066 .653 15.419 .000

PENYUSUTAN -1.535 1.168 -.160 -1.314 .194

PERSEDIAAN -2.395 .715 -.408 -3.349 .001


(58)

c. Koefisien regresi variabel persediaan adalah -2,395. Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan 1 satuan persediaan maka nilai tingkat underpricing akan berkurang sebesar 2,395.

4.3.2.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R square) menunjukan seberapa besar variabel independen menjelaskan dependennya. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0,5 dan mendekati 1. Nilai R square adalah nol sampai dengan satu, apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen, dan sebaliknya

Tabel 4.6

Tabel Hubungan Antar Variabel

Sumber : Situmorang, (2007:113)

Nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi disajikan dalam tabel 4.7

Nilai Interpretasi

0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat

0,2 – 0,39 Tidak Erat

0,4 – 0,59 Cukup Erat

0,6 - 0,79 Erat


(59)

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Sumber : Hasil Olahan SPSS 17, 11 Maret 201

R = 0,454 berarti hubungan (relation) antara metode akuntansi penyusutan, dan metode akuntansi persediaan terhadap tingkat underpricing sebesar 45,4% artinya hubunganya cukup erat.

4.3.2.2. Pengujian Hipotesis Penelitian 4.3.2.2.1. Uji-t (secara parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variable independen secara individual (secara parsial) dalam menerangkan variasi dependen.

Bentuk pengujian :

H0 : b1 = b2 = 0, artinya variabel Metode akuntansi penyusutan, dan metode

akuntansi persediaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .454a .206 .176 1.95840

a. Predictors: (Constant), PERSEDIAAN, PENYUSUTAN b. Dependent Variable: LN_UNDER


(60)

H1 : b1 # b2 # 0, artinya variabel metode akuntansi penyusutan, dan metode

akuntansi persediaan, secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana.

Tabel 4.8

Hasil Uji Parsial (Uji T)

Sumber : Hasil Olahan SPSS 17, 11 Maret 2012

Tabel diatas menunjukan nilai t hitung untuk masing-masing variabel independen. Nilai t hitung tersebut akan dibandingkan dengan nilai t tabel.

H1: Metode Penyusutan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham

perdana.

Tabel 4.8 menunjukan bahwa besarnya thitung untuk variabel metode

penyusutan adalah sebesar 1,314 dengan nilai signifikansi 0,194. Hasil uji statistik tersebut menunjukan bahwa thitung adalah 1,314 sedangkan ttabel adalah 2,109

sehingga thitung < ttabel (1,314 < 2,109). Signifikansi penelitian ini menunjukan

angka 0,194 dimana yang lebih besar dari 0,05 (0,194 > 0,05), maka H1 tidak

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.066 .653 15.419 .000

PENYUSUTAN -1.535 1.168 -.160 -1.314 194

PERSEDIAAN -2.395 .715 -.408 -3.349 .001


(61)

dapat diterima, artinya tidak terdapat pengaruh metode akuntansi penyusutan terhadap tingkat underpricing saham perdana.

H2: Metode Persediaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham

perdana

Tabel 4.8 menunjukkan besarnya thitung untuk variabel metode persediaan

adalah sebesar 3,349 dengan nilai signifikansi 0,001. Hasil uji statistik tersebut menunjukan bahwa thitung adalah 3,349 sedangkan ttabel adalah 2,109 sehingga

thitung > ttabel (3,349 > 2,109). Signifikansi penelitian ini menunjukan angka 0,001

dimana lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka H2 dapat diterima, artinya

terdapat pengaruh metode akuntansi persediaan pada tingkat underpricing saham perdana.

4.3.2.2. Uji F (F test) atau Uji simultan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujian :

H0 :b1 = b2 = 0, artinya variabel Metode akuntansi penyusutan, dan metode

akuntansi persediaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana.


(62)

H1 : b1 # b2 # 0, artinya variabel metode akuntansi penyusutan, dan metode

akuntansi persediaan, secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana.

Tabel di atas menunjukan nilai f hitung untuk masing-masing variabel lindependen. Nilai f hitung tersebut akan dibandingkan dengan nilai f tabel

Tabel 4.9

Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 53.642 2 26.821 6.993 .002a

Residual 207.107 54 3.835

Total 260.749 56

a. Predictors: (Constant), PERSEDIAAN, PENYUSUTAN b. Dependent Variable: LN_UNDER

Sumber : Hasil Olahan SPSS 17, 11 Maret 2012

Kriteria pengambilan keputasan :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada % 5 = α

Ha diterima jika F hitung > Ftabel pada % 5 = α

Pada tabel 4.9 memperlihatkan bahwa nilai sig.F adalah sebesar 0,002, (lebih kecil dari 0,05) sehingga dapat dinyatakan Ho ditolak dan H1 diterima,

artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (Penyusutan, Persediaan ) terhadap variabel terikat (underpricing) pada industri ba F hitung > F tabel (6,993>2,81) sehingga dapat dinyatakan Ho ditolak


(63)

dan H1 diterima yang artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang

signifikan antar variabel bebas terhadap variabel terikat.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1. Analisis Pengaruh Metode Akuntansi Penyusutan terhadap tingkat Underpricing Saham Perdana

Variabel metode akuntansi penyusutan secara parsial memiliki koefisien yang negatif, dan tidak signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana. Sehingga tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham perdana. Ini berarti bila metode penyusutan digunakan maka tidak akan mempengaruhi tingkat underpricing. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neil, et al (1995) dan Jogiyanto Hartono dan Syaiful Ali (2002) yang menunjukan metode pilihan akuntansi penyusutan yang bersifat income-increasing (liberal) berhubungan secara positif dengan tingkat underpricing.

Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) menunjukan bahwa nilai sig F sebesar 0,002 tingkat signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan variabel metode akuntansi penyusutan sama-sama dapat mempengaruhi underpricing saham perdana.

4.4.2. Analisis Pengaruh Metode Akuntansi Persediaan terhadap tingkat Underpricing Saham Perdana.


(64)

Dari Hasil penelitian menunjukan bahwa metode persediaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana. Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien negatif

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jika penggunaan metode akuntansi persediaan meningkat maka tingkat underpricing saham perdana akan menurun.

Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) menunjukan bahwa nilai sig F sebesar 0,002 > tingkat signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan variabel metode akuntansi persediaan sama-sama dapat mengestimasi underpricing saham perdana.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan penulis, maka hasil penelitian ini menunjukan pengujian hipotesis dengan uji serempak menunjukan bahwa pemilihan metode akuntansi terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh metode akuntansi penyusutan yang signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana, tetapi pada metode akuntansi persediaan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana.

2. Secara simultan, variabel metode akuntansi penyusutan dan persedaiaan terdapat pengaruh signifikan terhadap tingkat

underpricing saham perdana pada industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

5.2Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:

1) Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambah variabel independen yang diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti net profit margin, ROA, net income, informasi perusahaan yang jelas dan memperluas tahun


(66)

pemilihan sampel untuk memperoleh sampel yang lebih banyak agar dapat merepresentasikan populasi dengan lebih baik.

2) Bagi peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan perusahaan manufaktur dan non manufaktur sehingga sampelnya banyak dan memungkinkan dapat terlihat pengaruh penggunaan metode akuntansi.

3) Hendaknya jumlah tahun pengambilan sampel lebih dari lima tahun sehingga hasil yang di dapat akan lebih signifikan.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. 2006. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.

Erlina dan Mulyani, S. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, USU Press, Medan, hal 41 dan 62.

Ghozali, H. Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi, M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Martani, Dwi. 2003. Pengaruh Informasi Selama Proses Penawaran Terhadap

Initial Return Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Jakarta dari Tahun 1990-2000.

Nasirwan. 2002. Reputasi Penjamin Emisi, Return Awal, Return 15 Hari Sesudah IPO, dan Kinerja Perusahaan Satu Tahun Sesudah IPO di BEJ. Kumpulan Makalah Nasional Akuntansi III. Jakarta. hal 573-598.

Neil, John. D, Susan G, Phorciao dan Thomas schaefer 1995, Accounting Methode Choice and IPO Valuation. Accounting Horizone.9 September (68-80)

Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.

Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portfolio. Jakarta: Erlangga.


(68)

Simamora, K Zulyana 2011. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi tingkat

Underpricing saham perdana di BEI. Skripsi Ekonomi Strata-1 Universitas Sumatera Utara

Situmorang, Syafrizal Helmi, Doli M. Ja’far, Iskandar Muda, Muslich Lufti, dan Syahyunan. 2009. Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS).

Medan: USU Press.

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Kelima. Bandung:CV.Alfabeta

Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal,Edisi Kelima,Penerbit UPPSTIM YKPN

Umbara, Christian Aditya. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Saat Initial Public Offerings (IPO) . Skripsi Ekonomi Strata-1. Universitas Diponegoro Semarang.

Watts, R. L, and Zimmerman ,j,L.(1990). “Possitive Accounting Theory. Aten Years Perspective”. The Accounting Review, 60 (1) : 131-156

Yasa, Gerianta Wirawan. Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta (1990-2001). Universitas Udayana.


(1)

pemilihan sampel untuk memperoleh sampel yang lebih banyak agar dapat merepresentasikan populasi dengan lebih baik.

2) Bagi peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan perusahaan manufaktur dan non manufaktur sehingga sampelnya banyak dan memungkinkan dapat terlihat pengaruh penggunaan metode akuntansi.

3) Hendaknya jumlah tahun pengambilan sampel lebih dari lima tahun sehingga hasil yang di dapat akan lebih signifikan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. 2006. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.

Erlina dan Mulyani, S. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, USU Press, Medan, hal 41 dan 62.

Ghozali, H. Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi, M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Martani, Dwi. 2003. Pengaruh Informasi Selama Proses Penawaran Terhadap

Initial Return Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Jakarta dari Tahun 1990-2000.

Nasirwan. 2002. Reputasi Penjamin Emisi, Return Awal, Return 15 Hari Sesudah IPO, dan Kinerja Perusahaan Satu Tahun Sesudah IPO di BEJ. Kumpulan Makalah Nasional Akuntansi III. Jakarta. hal 573-598.

Neil, John. D, Susan G, Phorciao dan Thomas schaefer 1995, Accounting Methode Choice and IPO Valuation. Accounting Horizone.9 September (68-80)

Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.


(3)

Simamora, K Zulyana 2011. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi tingkat

Underpricing saham perdana di BEI. Skripsi Ekonomi Strata-1 Universitas Sumatera Utara

Situmorang, Syafrizal Helmi, Doli M. Ja’far, Iskandar Muda, Muslich Lufti, dan Syahyunan. 2009. Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS).

Medan: USU Press.

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Kelima. Bandung:CV.Alfabeta

Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal,Edisi Kelima,Penerbit UPPSTIM YKPN

Umbara, Christian Aditya. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Saat Initial Public Offerings (IPO) . Skripsi Ekonomi Strata-1. Universitas Diponegoro Semarang.

Watts, R. L, and Zimmerman ,j,L.(1990). “Possitive Accounting Theory. Aten Years Perspective”. The Accounting Review, 60 (1) : 131-156

Yasa, Gerianta Wirawan. Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta (1990-2001). Universitas Udayana.


(4)

LAMPIRAN I : SAMPEL PENELITIAN PADA INDUSTRI BARANG KONSUMSI

NO KODE EMITEN TAHUN

IPO

KRITERIA SAMPEL

1 ADES Akasha Wira International, Tbk

1994

S

1

2 CEKA Cahaya Kalbar, Tbk

1996

S

2

3 DLTA Delta Djakarta, Tbk

1988

S

3

4 DAVO Davomas Abadi, Tbk

1994

-

-

5 ICBP Indofood cbp Sukses Makmur, Tbk

2010

-

-

6 INDF Indofood Sukses Makmur, Tbk

1994

-

-

7 MLBI Multi Bintang Indonesia, Tbk

1994

S

4

8 MYOR Mayora Indah, Tbk

1990

S

5

9 ROTI Nippon Indosari Corporindo, Tbk

2010

-

-

10 HMSP H.M. Sampoerna, Tbk

1990

S

6

11 INAF Indofarma, Tbk

2001

-

12 PSDN Prasidha Aneka Niaga, Tbk

1994

-

-

13 SKLT Sekar Laut, Tbk

1993

-

14 STTP Siantar Top, Tbk

1996

S

7


(5)

17 RMBA Bentoel Investama, Tbk

1990

S

10 18 DVLA Darya-Varia Laboratories, Tbk

1994

S

11

19 KLBF Kalbe Farma, Tbk

1991

S

12

20 MERCK Merck, Tbk

1981

S

13

21 PYFA Pyridam Farma, Tbk

2001

-

22 TCID Mandom Indonesia, Tbk

1993

S

14

23 MBTO Martina Berto, Tbk

2011

-

-

24 MRAT Mustika Ratu, Tbk

1995

S

15

25 TSPC Tempo Scan Pacific, Tbk

1994

S

16

26 UNVR Unilever Indonesia, Tbk

982

S

17

27 SQBB Taisho Pharmaceutical, Tbk

1983

S

18

28 SCPI Shering Plough Indonesia, Tbk

1990

S

19

29 KDSI Kedaung Setia Industrial, Tbk

1996

-

-

30 KICI Kedaung Indah Can, Tbk

1993

-

31 KAEF Kimia Farma, Tbk

2001

-


(6)

LAMPIRAN II : SAMPEL METODE AKUNTANSI PERUSAHAAN BARANG

KONSUMSI

NO.

KODE

EMITEN

PENYUSUTAN

PERSEDIAAN

1

GGRM Gudang Garam, Tbk

0

1

2

HMSP

H.M Sampoerna, Tbk

0

1

3

MRAT

Mustika Ratu, Tbk

0

1

4

UNVR

Unilever Indonesia, Tbk

0

0

5

ADES

Akasha Wira

0

1

6

TSPC

Tempo Scan Pacific, Tbk

0

1

7

CEKA

Cahaya Kalbar, Tbk

0

1

8

DLTA

Delta Djakarta, Tbk

0

1

9

DVLA

Darya-Varia Laboratoris, Tbk

0

1

10

KLBF

Kalbe Farma, Tbk

0

1

11

MLBI

Multi Bintang, Tbk

0

1

12

MERCK Merek, Tbk

0

1

13

TCID

Msandom Indonesia, Tbk

0

1

14

STTP

Siantar Top, Tbk

0

1

15

SCPI

Schering Plough Indonesia, Tbk

0

0

16

MYOR

Mayora Indah, Tbk

0

1