Analisis Tingkat Underpricing Saham Pada Saat Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT PENAWARAN UMUM PERDANA

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

TRISNA NURHIDAYAT SIBARANI 120521142

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

(3)

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

120521142 Trisna N.Sibarani

Skripsi ini membahas fenomena underpricing yang terjadi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah : pertama, untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing. Kedua, mengetahui dan menganalisis pengaruh dari jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap tingkat underpricing.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014, sehingga didapat 76 sampel dari 123 perusahaan melalui teknik sampel dan menggunakan metode analisis regresi berganda.

Hasil analisis membuktikan bahwa jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap underpricing. Namun, secara parsial hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

Kata kunci : underpricing, jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar, profitabilitas perusahaan.


(4)

ABSTRACT

AN ANALYSIS THE UNDERPRICING OF INITIAL PUBLIC OFFERING IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

120521142 Trisna N.Sibarani

This thesis discussed the phenomenon of underpricing that occurred in Indonesia. The purpose of this research is: the first, to know and to analyze the number of shares offfered, size of the issue, market capitalization companies and profitability simultaneously affect the level of underpricing. The second, to know and to analyze the number of shares offfered, size of the issue, market capitalization companies and profitability partially affect the level of underpricing.

This research done on the company that performs initial public Offering (IPO) in Indonesia Stock Exchange on 2010-2014, and obtained 76 samples of 123 companies use by a sampling technique and using the method of multiple regression analysis.

The results of this analysis prove that from all variable used, only size of issue that significantly affect the level of underpricing. Taken together, all variables effect the level of underpricing

Keywords: Underpricing, the number of share offfered, size of issue, market capitalization, profitability of Issue.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan berkat dan kebaikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Penulisan skripsi ini bertujuan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME., dan Dra. Marhayanie, SE.,Msi., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE.,Msi., dan Dra. Friska Sipayung, SE., Msi., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini.


(6)

5. Ibu Nisrul Irawaty MBA, selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan kritikan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

6. Teristimewa untuk Ayah, P. Sibarani dan Ibunda S. Hutapea yang telah membantu penulis dalam dukungan doa dan dana serta semangat hingga selesainya pengerjaan skripsi ini.

7. Kepada teman seperjuangan, khususnya Manajemen Ekstensi 2012 yang juga memberikan dukungan semangat dari awal pengerjaan sampai terselesainya, kiranya kita semua sukses dalam cita dan cinta

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat menghargai saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu dan memperluas pengetahuan di bidang Manajemen Keuangan.

Medan, Juli 2012


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Pasar Modal ... 12

2.2. Penawaran Umum Saham (go public) ... 14

2.3. Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) ... 16

2.4. Underpricing ... 24

2.3.1. Pengertian Underpricing ... 24

2.3.2. Faktor-faktor Underpricing ... 29

2.5. Penelitian terdahulu ... 31

2.6. Kerangka Konseptual ... 38

2.7. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian... 41

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

3.3. Batasan Operasional... 41

3.4. Operasionalisasi Variabel ... 42

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 46

3.7. Metode Pengumpulan data ... 46

3.8. Teknik Analisis data ... 48

3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 48

3.8.2. Uji Asumsi Klasik ... 48

3.8.3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 51

3.8.4. Pengujian Hipotesis ... 52

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sampel ... 55

4.2. Pengujian Data ... 59


(8)

4.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 61

4.2.3. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 65

4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 67

4.3. Pembahasan Analisis ... 71

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 76

5.3. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 1.2 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12

Perkembangan Initial Public Offering periode 2010-2014 ... Data 5 (lima) Perusahaan yang mengalami Underpricing ... Perbedaan Perusahaan Go Public dan tidak Go Public ... Ringkasan Penelitian Terdahulu ... Operasionalisasi Variabel ... Kriteria Sampel ... Gambaran Umum IPO Perusahaan Sampel ... Hasil Uji Statistik Deskriptif ... Hasil Uji Normalitas Data Sebelum Transformasi ... Hasil Uji Normalitas Data Sesudah Transformasi ... Hasil Uji Heteroskedastisitas ... Hasil Uji Autokorelasi ... Hasil Uji Multikolinearitas ... Hasil Analisis Regresi Berganda ... Hasil Uji Hipotesis Regresi Berganda ... Hasil Uji Simultan ... Hasil Uji Parsial ... Hasil Uji Koefisien Determinasi ...

2 5 15 35 44 46 70 60 62 62 63 64 65 66 66 68 69 70


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 39


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8

Tingkat Underpricing Perusahaan Sampel ... Data Variabel Perusahaan Sampel ... Hasil Uji Statistik Deskriptif ... Hasil Uji Normalitas ... Hasil Uji Heteroskedastisitas ... Hasil Uji Autokorelasi ... Hasil Uji Multikolinearitas ... Hasil Uji Regresi Berganda ...

81 85 87 88 89 90 91 92


(12)

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

120521142 Trisna N.Sibarani

Skripsi ini membahas fenomena underpricing yang terjadi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah : pertama, untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing. Kedua, mengetahui dan menganalisis pengaruh dari jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap tingkat underpricing.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014, sehingga didapat 76 sampel dari 123 perusahaan melalui teknik sampel dan menggunakan metode analisis regresi berganda.

Hasil analisis membuktikan bahwa jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap underpricing. Namun, secara parsial hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

Kata kunci : underpricing, jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar, profitabilitas perusahaan.


(13)

ABSTRACT

AN ANALYSIS THE UNDERPRICING OF INITIAL PUBLIC OFFERING IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

120521142 Trisna N.Sibarani

This thesis discussed the phenomenon of underpricing that occurred in Indonesia. The purpose of this research is: the first, to know and to analyze the number of shares offfered, size of the issue, market capitalization companies and profitability simultaneously affect the level of underpricing. The second, to know and to analyze the number of shares offfered, size of the issue, market capitalization companies and profitability partially affect the level of underpricing.

This research done on the company that performs initial public Offering (IPO) in Indonesia Stock Exchange on 2010-2014, and obtained 76 samples of 123 companies use by a sampling technique and using the method of multiple regression analysis.

The results of this analysis prove that from all variable used, only size of issue that significantly affect the level of underpricing. Taken together, all variables effect the level of underpricing

Keywords: Underpricing, the number of share offfered, size of issue, market capitalization, profitability of Issue.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembangan Globalisasi dan Teknologi terus terjadi terutama pada tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang termasuk bidang perekonomian dunia, hal ini didukung oleh peningkatan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Sejalan dengan perkembangan tersebut, semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan usaha agar dapat memasuki pasar global serta menghadapi persaingan yang ada didalamnya.

Perusahaan dalam mengembangkan usahanya memerlukan dana sehingga dalam rangka pemenuhan kebutuhan dana tersebut perusahaan berupaya melakukan kegiatan-kegiatan untuk dapat meraih dana, seperti: mencari pinjaman atau tambahan, mencari partner untuk melakukan penggabungan usaha, menjual perusahaan atau menutup/mengurangi sebagian kegiatan usaha. (Sitompul, 2004:10).

Penerbitan saham di pasar modal telah menjadi salah satu alternatif serta pertimbangan yang menarik bagi perusahaan guna memperoleh dana tambahan untuk kegiatan ekspansi atau operasi perusahaan bukan hanya bagi perusahaan, bagi investor pasar modal juga menjadi salah satu alternatif untuk menanamkan modalnya (berinvestasi) dengan membeli sejumlah efek dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang disebut dengan initial return dari hasil kegiatan tersebut.


(15)

Selama beberapa waktu terakhir, pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan sehingga semakin banyak saham-saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini mengakibatkan meningkatkan jumlah saham di pasar modal sehingga investor dapat memilih saham yang akan dibelinya, keadaan ini tentu memerlukan strategi tertentu untuk membeli saham yang sekiranya akan menguntungkan dan saham-saham yang dijual pada pasar perdana dapat menjadi pilihan untuk berinvestasi.

Kegiatan perusahaan untuk menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat luas termasuk investor melalui pasar modal disebut dengan Penawaran Umum (Go Public), perusahaan penerbit saham disebut emiten atau investee dan pembeli saham disebut investor. Penjualan saham oleh perusahaan yang dilakukan untuk pertama kali disebut sebagai Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana. Istilah go public (Penawaran Umum) tidak lain adalah istilah hukum yang ditujukan bagi kegiatan suatu emiten untuk memasarkan dan menawarkan dan akhirnya menjual efek-efek yang diterbitkannya, baik dalam bentuk saham, obligasi atau efek-efek lainnya. Berikut Penawaran umum perdana perusahaan pada tahun 2010-2014, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Perusahaan yang melakukan Initial Public Offering Tahun 2010-2014

No Tahun Jumlah Perusahaan IPO

1. 2010 23

2. 2011 25

3. 2012 22

4. 2013 30

5. 2014 23

Total 123


(16)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat, bahwa tahun 2010 sampai 2011, terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang melakukan penawaran perdananya di pasar modal Indonesia yaitu berjumlah 23 dan 25, sedangkan tahun 2012 mengalami penurunan namun tidak terlalu drastis hanya berjumlah 22 perusahaan saja. Pada tahun 2013 perusahaan yang melakukan penawaran perdana semakin meningkat yaitu ada 30 perusahaan. Sementara itu pada tahun 2014, perusahaan yang menawarkan saham perdananya berjumlah 23. Adanya kondisi seperti ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada perusahaan yang terus berkembang karena dengan melakukan penawaran perdana perusahaan memperoleh tambahan dana agar dapat melakukan perluasan (ekspansi) usahanya.

Menurut Handayani (2008) dalam jurnal, transaksi penawaran umum perdana atau IPO dilakukan oleh emiten (perusahaan go public) untuk pertama kalinya dilaksanakan di pasar perdana (primary market) dengan tujuan agar perusahaan mendapatkan dana sebesar saham yang ditawarkan, kemudian diperjualbelikan di pasar sekunder (secondary market) yang bertujuan untuk menyelenggarakan perdagangan saham yang sudah ada di tangan investor, sehingga investor yang ingin menjual atau membeli sejumlah saham terlaksana.

Melalui kegiatan IPO diharapkan akan berakibat pada membaiknya prospek perusahaan yang terjadi karena ekspansi yang akan dilakukan dan membaiknya prospek perusahaan akan membuat harga saham yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Selain itu, melalui kegiatan go public dapat menaikkan modal perusahaan serta menciptakan suatu pasar publik dimana pendiri dan pemegang saham lain mengkonversi sebagian besar saham mereka dalam bentuk


(17)

tunai dengan segera pada suatu saat dimasa depan dan juga meningkatkan publikasi yang memainkan peran pelengkap bagi sebagian perusahaan.

Suyatmin dan Sujadi (2006) dalam jurnal menyatakan, permasalahan yang dihadapi perusahaan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah penentuan besarnya harga penawaran perdana. Di satu pihak perusahaan ingin menerapkan harga jual tinggi agar memperoleh penerimaan dari hasil penawaran (proceeds) yang tinggi pula, di sisi lain harga saham yang mahal mempengaruhi minat investor untuk membeli saham tersebut, dan mahalnya harga saham mengakibatkan saham yang ditawarkan menjadi kurang menarik karena investor ingin mendapatkan initial return dari selisih antara harga saham di pasar sekunder dengan pembelian saham di pasar perdana tersebut, sehingga kondisi ini tidak menguntungkan bagi emiten, karena emiten telah mengorbankan return yang seharusnya didapat. Adanya initial return mengindikasikan terjadi fenomena underpricing di pasar perdana.

Apabila harga saham pada pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama, maka akan terjadi fenomena harga rendah di penawaran perdana yang disebut underpricing. Underpricing harga saham tergantung dari permintaan dan penawaran pada hari pertama saham tersebut ditransaksikan di bursa. Harga yang dipergunakan bisa menggunakan offering price (Harga IPO) atau closing price pada transaksi hari pertama di pasar sekunder. Bila harga yang ditawarkan ke publik pada pasar perdana adalah sebesar Rp. 395 per saham dan pada hari pertama saham tersebut ditransaksikan dengan harga penutupan sebesar Rp. 550 per saham maka harga


(18)

saham ini dianggap underpricing. Artinya, harga wajar perusahaan adalah harga permintaan dan penawaran sebesar Rp.550.

Menurut Beatty (1989) dalam jurnal, kondisi underpricing menimbulkan dampak yang berbeda bagi perusahaan dan investor. Perusahaan akan tidak diuntungkan apabila terjadi underpricing karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum. Sedangkan bila terjadi overpricing investor yang akan merugi karena mereka tidak menerima initial return yaitu keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana saat IPO dengan harga jual yang bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder.

Berikut tabel perhitungan 5 (lima) data perusahaan yang mengalami underpricing dari 76 sampel yang digunakan pada tahun 2010 sampai 2014:

Tabel 1.2

Data Underpricing, Total Aktiva, Kapitalisasi Pasar dan ROA pada 5 (lima) Perusahaan yang underpricing tahun 2010-2014 No. Perusahaan Harga

IPO

Closing Price

Jumlah saham yang ditawarkan

Total Asset (juta)

Kapitalisasi Pasar

(Rp)

ROA

1. Minna Padi

Investama Tbk

395 550 300.000.000 256,373 1,404,000,000 4.86 %

2. Bekasi Fajar

Industrial Estate Tbk

170 285 1.765.000.000 1.643,945 6,366,000,000 7.27 %

3. Wismilak Inti

Makmur Tbk

650 800 629.962.000 1.207,751 1,596,000,000 6.40 %

4. Waskita

Karya (Persero) Tbk

380 445 3.082.315.000 8.366,244 4,335,000,000 3.04 %

5. Saraswati

Griya Lestari Tbk

185 200 550.000.000 733,883 607,000,000,000 -1,89%


(19)

Pada Tabel 1.2 dapat dilihat kondisi underpricing yang terjadi pada 5 (lima) perusahaan yang underpriced pada tahun 2010-2014 dimana harga IPO yang ditawarkan pada hari I di pasar perdana lebih rendah dari harga penutupan (closing price) saham pada saat hari I diperdagangkan di pasar sekunder. Investor yang membeli saham pada IPO selalu menginginkan harga sahamnya mengalami peningkatan di pasar sekunder terutama pada hari pertama agar investor memperoleh pengembalian saham. Tingkat pengembalian saham pada hari pertama dikenal dengan tingkat pengembalian awal (initial return). Namun karena kondisi underpricing yang terjadi pada pasar modal di Indonesia, seperti terlihat pada Tabel 1.2, sudah tentu dapat merugikan perusahaan yang go public, karena dana yang diperoleh dari publik tidak maksimal akibatnya investor dapat merugi karena tidak menerima initial return.

Initial Return adalah return yang diperoleh dari aktiva di penawaran perdana mulai dari saat dibeli di pasar primer sampai pertama kali didaftarkan di pasar sekunder. Pembelian aktiva, misalnya saham di pasar primer belum dapat dijual sampai aktiva tersebut terdaftar di pasar sekunder, seetelah masuk di pasar sekunder, saham tersebut mulai diperdagangkan dalam bentuk jual beli (Jogiyanto, 2000:33).

Terjadinya kondisi ini pada umunya disebabkan oleh berbagai faktor baik melalui rasio keuangan (ROA, DER,ROE) ataupun non-keuangan (harga saham, jumlah saham, total aktiva yang dimiliki dan kapitalisasi pasar, dan lain-lain) seperti pada Tabel 1.1.


(20)

Fenomena underpricing terjadi karena adanya beberapa faktor, yang pertama underpricing yang sengaja dilakukan untuk menarik investor di pasar perdana. Selain itu, untuk memberikan keuntungan kepada underwriter dan faktor selanjutnya adalah karena adanya informasi asimetri. Informasi Asimetri bisa terjadi antara emiten dan penjamin emisi maupun antar investor. Untuk mengurangi adanya informasi asimetri maka dilakukanlah penerbitan prospektus oleh perusahaan. Prospektus memuat rincian informasi serta fakta material tentang penawaran umum emiten baik berupa informasi yang sifatnya keuangan maupun non keuangan (Suyatmin dan Sujadi, 2004).

Penelitian tentang tingkat underpricing merupakan hal yang menarik bagi peneliti keuangan untuk mengevaluasi secara empiris perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi di pasar modal. Riset-riset sebelumnya mengenai tingkat underpricing (initial return) telah banyak dilakukan di bursa saham Indonesia maupun luar negeri. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu tersebut, tingkat underpricing sangat banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dan dari beberapa penelitian tersebut terdapat perbedaan hipotesis pada beberapa variabel diantaranya, jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas perusahaan.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) menyatakan, perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi maka akan menawarkan saham dengan nilai besar. Demikian pula sebaliknya, perusahaan kecil yang baru berdiri dengan tingkat pertumbuhan usaha yang relatif kecil maka


(21)

akan menawarkan saham dengan nilai kecil. Dengan demikan semakin besar jumlah saham yang ditawarkan (shared offered) kapada masyarakat maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham. Penelitian ini juga dilakukan yang dilakukan Aini (2009) dan Suyatmin dan Sujadi (2006) menyatakan variabel OFFER berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing sedangkan Diananingsih (2002) menyatakan variabel OFFER berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

Faktor ukuran perusahaan (issue of size) juga berperan dalam memberikan keyakinan untuk investor maupun underwriter dalam menilai harga saham sehingga tingkat underpricing dapat diperkecil. Hal ini juga diteliti oleh Sjahruddin dan Fahtoni (2012), Ghozali dan Mansyur (2002), menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi underpricing dengan arah negatif. Sedangkan penelitian oleh Kusumawati dan Sudento (2005) serta Yolana dan Martani (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.

Faktor Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization) juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seperti penelitian yang dilakukan oleh Bansal dan Khana (2012) yang menyatakan bahwa kapitalisasi pasar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat underpricing.

Faktor profitabilitas (ROA) dianggap berpengaruh karena ROA menunjukkan tingkat kemampulabaan perusahaan terhadap aset yang dimilikinya sehingga semakin tinggi nilai ROA maka investor maupun underwriter akan dapat menilai lebih harga saham perusahaan tersebut yang dapat memperkecil tingkat


(22)

underpricing. Suyatmin & Sujadi (2006) menyatakan variabel ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan Setianingrum (2005) menyatakan variabel ROA berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing.

Meskipun studi tentang underpricing telah banyak, namun penelitian ini masih dianggap masalah yang menarik untuk diteliti karena adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat underpricing saham khususnya pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode waktu penelitian yang digunakan adalah tahun 2010-2014. Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis mengambil judul: Analisis Tingkat Underpricing Saham Pada Saat Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia.

1.2.Rumusan Masalah

Berbagai penelitian terdahulu juga telah dilakukan untuk mengkaji fenomena underpricing, namun terdapat perbedaan terhadap hasil penelitian-penelitian tersebut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing saham. Ketidakkonsistenan tersebut menimbulkan permasalahan. Untuk menjawab faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingkat underpricing¸ maka diajukan rumusan masalah untuk penelitian ini:

1. Apakah jumlah saham yang ditawarkan (shared offered), ukuran perusahaan (issue of size), Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization) dan Profitabilitas


(23)

Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap tingkat Underpricing saham pada saat Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering)?

2. Apakah jumlah saham yang ditawarkan (shared offered), ukuran perusahaan (issue of size), Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization) dan Profitabilitas Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap tingkat Underpricing saham pada saat Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering)?

1.3. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari jumlah saham yang ditawarkan (shared offered), ukuran perusahaan (issue of size), Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization) dan Profitabilitas Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap tingkat Underpricing saham pada saat Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering).

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari jumlah saham yang ditawarkan (shared offered), ukuran perusahaan (issue of size), Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization) dan Profitabilitas Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap tingkat Underpricing saham pada saat Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering).

1.4.Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para: 1. Kalangan Akademis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi yang memberikan informasi untuk menambah pengetahuan dan dijadikan


(24)

acuan untuk mengadakan penelitian serupa di masa yang akan datang, khususnya mengenai tingkat underpricing pada penawaran saham perdana perusahaan di Bursa Efek Indonesia ( BEI ).

2. Investor

Bagi investor maupun calon investor penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dalam menentukan strategi investasi di pasar modal serta untuk pengambilan keputusan investasi.

3. Perusahaan

Bagi perusahaan (emiten) diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham, yang mendukung demi keberhasilan dalam melakukan IPO.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal

Pasar Modal atau yang disebut juga Bursa Efek sejak lama telah menjadi suatu lembaga yang diperhitungkan bagi perkembangan perekonomian mengingat fungsinya sebagai perantara antara pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang kelebihan dana (investor). Menurut UU No.8 tahun 1995 “pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Pasar Modal dapat diartikan suatu tempat dimana bertemunya pembeli dan penjual efek yang terdaftar di bursa (listed stock) (Sitompul 2004:6). Sedangkan Simatupang (2010:13) menyatakan pasar modal adalah sebagai bagian dari pasar keuangan yang memperdagangkan surat-surat berharga jangka panjang seperti saham, surat utang obligasi, reksa dana dan produk pasar modal lainnya. Menurut Widoatmojo (2009:11) pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang ketertarikannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, pasar modal dapat dijelaskan sebagai suatu pasar yang kegiatannya memperjualbelikan surat-surat berharga jangka panjang (lebih dari satu tahun) seperti: saham, obligasi, reksa dana, waran, right serta produk berjangka seperti opsi, kontrak berjangka, dan lain-lain.


(26)

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 3) mengenai pasar modal, menyatakan bahwa keberadaan pasar modal memberikan banyak manfaat diantaranya:

1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya

diversifikasi.

3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara. 4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan

masyarakat menengah.

5. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik.

7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi 8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol

sosial.

9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

Jogiyanto (2003:15), mengemukakan tentang jenis pasar modal, ada empat jenis antara lain:

1. Pasar Perdana (Primary Market) adalah surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar perdana. Surat berharga yang baru dijual dapat


(27)

berupa penawaran perdana ke publik (Initial Public Offering atau IPO) atau tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah going public (sekuritas tambahan ini sering disebut seasoned new issues).

2. Pasar Sekunder (Secondary Market), setelah surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar perdana, selanjutnya surat berharga tersebut diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar sekunder.

3. Pasar Ketiga (Third Market), pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup.

4. Pasar Keempat (Fourth Market), pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan antara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi dari broker.

2.2.Penawaran Umum Saham (Go Public)

Penawaran Umum (Go Public) adalah kegiatan yang dilakukan dengan menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan, melalui berbagai cara dimana salah satunya adalah dengan penjualan saham yang dikeluarkan perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat (investor). Widjaja dan Risnamanitis (2009:6) menyatakan bahwa penawaran umum tidak lain adalah kegiatan emiten untuk menjual efek yang dikeluarkan kepada masyarakat, yang diharapkan akan membelinya dengan demikian memberikan pemasukan dana kepada emiten baik untuk mengembangkan usahanya, membayar utang, atau kegiatan lainnya yang diinginkan oleh emiten tersebut.

Pada perusahaan yang go public status perusahaan dapat berubah dimana pada awalnya adalah perusahaan tertutup (tidak go public) menjadi perusahaan


(28)

terbuka (go public). Pasar modal menjadi fasilitas perubahan tersebut melalui instrumen hukum pasar modal.

Tabel 2.1

Perbedaan Perusahaan Go Public dan tidak Go Public

No Aspek Perusahaan tidak Go

Public

Perusahaan Go Public

1.

Persyaratan pengungkapan minimum (minimum disclosure requirements)

Tidak mutlak Mutlak ditaati

2. Jumlah pemegang saham Biasanya terbatas Lebih dari 300 pemegang saham

3.

Kewajiban menyampaikan laporan (reguler maupun insidentil)

Tidak mutlak Mutlak

4. Pemisahaan antara pemilik dan manajemen

Bukan merupakan kebutuhan mendesak

Merupakan Kebutuhan 5. Pergantian kepemilikan

saham Rendah Tinggi

6. Tindakan manajemen Tidak selalu menarik perhatian masyarakat

Menjadi perhatian masyarakat Sumber: Widjaja dan Risnamanitis (2009)

Keuntungan perusahaan melakukan penawaran umum saham (Go Public), antara lain:

1. Emiten yang melakukan penawaran umum akan memperoleh dana yang relatif besar dan dapat diterima sekaligus. Hal ini lebih baik dibandingkan emiten harus menggunakan fasilitas kredit dari bank karena akan dibebankan dengan tingkat bunga yang cukup besar.

2. Meningkatkan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham utama dan pemegang saham minoritas

3. Meningkatkan nilai pasar dari perusahaan karena umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik likuiditasnya akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan perusahaan yang masih tertutup


(29)

4. Penawaran umum saham dapat meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan. Hal ini tentu menguntungkan bagi emiten karena tidak perlu membuang biaya untuk membayar jasa advertising yang lumayan mahal

5. Biaya penawaran umum saham relatif murah dengan proses yang relatif lebih cepat

6. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan sehingga tidak ada pihak bagi emiten, pemegang saham utama emiten, ataupun investor publik yang akan dirugikan

7. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen emiten

Setiap perusahaan yang melakukan penawaran umum juga mempunyai konsekuensi atau akibat sebagai berikut:

1. Perusahaan atau calon emiten dituntut untuk lebih terbuka dan harus mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan 2. Segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan baik pemasukan maupun

pengeluaran harus tercatat secara terperinci dan dapat dipertanggungjawabkan 3. Perusahaan atau calon emiten harus selalu membuat pelaporan yang

diwajibkan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan dipantau oleh pemilik modal maupun masyarakat umum, sehingga apabila terjadi penyimpangan dapat segera diketahui.

2.3.Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering)

Perusahaan yang akan go public (yang mengeluarkan surat berharga) pertama menawarkannya di pasar perdana (primary market). Pengertian IPO


(30)

menurut Mayo (2008:31) yaitu: “Firms, in addition to acquiring funds through private placements, may issue new securities and sell them to general public, ussually through investments banker. If this sale is the first sale of common stock to the general public, it is reffered to as an initial public offering (IPO)”. Hal ini berarti IPO adalah saat dimana perusahaan dalam memperoleh dana dengan cara menerbitkan sekuritas baru dan menjualnya kepada publik melalui pasar modal untuk pertama kalinya. Sementara Samsul (2006:12) menyatakan bahwa pasar perdana merupakan tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum.

Harga saham pada pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang melakukan IPO dinamakan emiten. Selanjutnya surat berharga yang sudah beredar akan diperdagangkan di bursa efek yang dinamakan pasar sekunder (Secondary Market).

Menurut Samsul (2006:70) suatu perusahaan yang untuk pertama kalinya akan menjual saham atau obligasi kepada masyarakat umum atau IPO (initial public offering), membutuhkan tahapan-tahapan terlebih dahulu. Tahapan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima), yaitu: rencana go public, persiapan go public, pernyataan pendaftaran ke BAPEPAM, penawaran umum, dan kewajiban emiten setelah go public.

1. Rencana Go Public,

Rencana go pulic membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan kondisi internal perusahaan, seperti:


(31)

a) rapat gabungan pemegang saham, dewan direksi, dan dewan komisaris. Rapat gabungan ini akan membahas alasan go public, jumlah dana yang dibutuhkan, penerbitan saham atau obligasi

b) Kesiapan Mental Personel

Personel dari semua lapisan manajemen (termasuk pemegang saham mayoritas) harus siap secara mental menghadapi perubahan atau kejadian yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Banyak kewajiban yang harus dilaksanakan oleh emiten setelah perusahaan go public, seperti kewajiban melaporkan secara rutin atau insidentil atas suatu peristiwa penting yang apabila tidak dilaksanakan emiten akan terkena sanksi denda atau sanksi pidana.

c) Perbaikan organisasi

Organisasi perusahaan yang ada sebelum go public harus disesuaikan dengan ketentuan perundangan yang berlaku di pasar modal, misalnya, kewajiban mengelola perusahaan secara baik atau disebut good corporate governance yang tercermin dari kewajiban mengangkat komisaris independen, kewajiban membentuk komite audit, dan kewajiban mengangkat corporate secretary. d) Perbaikan sistem informasi

Mengingat banyak kewajiban pelaporan yang harus dilaksanakan oleh emiten, baik yang bersifat rutin maupun insidentil, yang diminta oleh BAPEPAM ataupun Bursa Efek, maka emiten harus memiliki sistem informasi yang dapat diterbitkan setiap kali dibutuhkan. Perbaikan sistem meliputi keberadaan sistem akuntansi keuangan yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan Akuntan Indonesia, sistem laporan tahunan yang memasukkan


(32)

standar tambahan dari bursa efek seperti hasil kerja dari komite audit, dan sistem akuntansi manajemen yang dapat menghitung laba ekonomis yang akan digunakan sebagai dasar menentukan jumlah deviden tunai yang harus dibagikan.

e) Perbaikan aspek hukum

Pada umumnya emiten berasal dari perusahaan keluarga walaupun berbadan hukum perseroan terbatas. Go public berarti perseroan terbatas tertutup harus berubah menjadi perseroan terbatas terbuka (PT Tbk.), status kepemilikan aset tetap dan aset bergerak harus jelas, semua jenis aset yang ada dalam laporan keuangan yang telah diaudit harus sudah atas nama perseroan termasuk rekening yang ada di bank. Semua perjanjian dengan pihak ketiga harus dilakukan secara tertulis nota riil, tidak boleh secara lisan. Semua perizinan usaha yang diwajibkan harus dipenuhi, dan yang belum ada izin harus segera diupayakan. Semua kewajiban pajak harus dipenuhi dan dibuktikan keabsahannya. Konsultan hukum akan membantu perusahaan yang akan go public dari segi hukum sehingga sesuai dengan hukum yang berlaku.

f) Perbaikan Struktur Permodalan

Perbaikan struktur modal dengan cara pemegang saham menambah modal sendiri atau mengubah struktur modal pinjaman dengan beban bunga yang lebih rendah.

g) Persiapan dokumen

Sebelum persiapan menuju go public dimulai, yaitu penunjukkan lembaga penunjang dan lembaga profesi, semua dokumen yang dibutuhkan oleh


(33)

lembaga tersebut harus disediakan. Pihak yang terlibat dalam proses go public adalah underwriter, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai (appraisal company). Dokumen yang dibutuhkan antara lain: laporan keuangan yang telah diaudit, proyeksi laporan keuangan, bukti kepemilikan aktiva tetap dan aktiva bergerak, anggaran dasar perseroan, perjanjian nota riil ataupun yang dibawah tangan, polis asuransi, peraturan perusahaan, pajak-pajak, perkara pengadilan, dan lain-lain.

2. Persiapan menuju Go public

Setelah rincian rencana go public diselesaikan seperti uraian sebelumnya, calon emiten akan menunjuk perusahaan penjamin emisi efek, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai yang terdaftar di BAPEPAM. Persiapan menuju go public meliputi :

a) Penunjukkan Lembaga Penunjang dan Lembaga Profesi Penjamin emisi akan bertindak sebagai koordinator dalam kegiatan-kegiatan berikut: menentukan komitmen sesuai kondisi pasar, rapat-rapat teknis, pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM, public expose dan road show, persiapan prospektus, penawaran resmi.

b) Due Diligence Meeting. Untuk memperoleh gambaran awal mengenai kekuatan pasar, emiten memerlukan due diligence meeting yang dikoordinasikan oleh underwriter, yaitu pertemuan antara emiten, underwriter, dan lembaga profesi lainnya di satu sisi dengan para pialang dan para analis keuangan perusahaan serta investor kelembagaan di sisi lainnya.


(34)

c) Pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM. Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada BAPEPAM oleh emiten dalam rangka penawaran umum atau perusahaan publik.

d) Public Expose dan Road Show. Public Expose dan Road show merupakan upaya sendiri oleh emiten yang menjual saham dengan nilai kapitalisasi sangat besar sehingga perlu mengundang calon investor.

3. Pelaksanaan Go Public.

Kegiatan pelaksanaan go public meliputi: Penyerahan dokumen ke BAPEPAM, tanggapan dari BAPEPAM, perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran, mini expose di BAPEPAM, penentuan harga perdana, sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi.

4. Penawaran Umum

Kegiatan penwaran umum antara lain: Distribusi prospektus, penyusunan prospektus ringkas untuk diiklankan, penawaran, penjatahan, pengembalian dana, penyerahan saham, pencatatan saham/perdagangan saham

Pada saat menjelang penawaran umum calon emiten harus membagikan prospektus melalui underwriter dan agen penjual efek yang ditunjuk oleh underwriters sebelum penawaran secara resmi dilakukan. Prospektus adalah setiap informasi tertulis yang berkaitan dengan penawaran umum dan bertujuan agar pihak lain membeli efek. Prospektus berisikan antara lain: penawaran umum, tujuan penawaran umum, penggunaan dana hasil emisi, informasi tentang perusahaan seperti sejarah, organisasi, dan personalia, kegiatan usaha dan prospeknya, ikhtisar keuangan perusahaan, modal sendiri sebelum dan sesudah


(35)

penawaran umum, kebijakan deviden, pendapat dari segi hukum, laporan akuntan publik, laporan penilaian harta perusahaan, para penjamin emisi, lembaga penunjang emisi lainnya, perpajakan, anggaran dasar perseroan, persyaratan pemesanan saham, penyebarluasan prospektus dan formulir pesanan saham.

Penawaran resmi efek melibatkan 5 tahapan, yaitu

a) Periode penawaran (offering period) adalah periode (minimal 3 hari kerja) dimulainya penawaran sekuritas.

b) Periode penjatahan (allotment period) adalah periode (maksimal 6 hari kerja) akan dilakukannya pembagian perolehan saham.

c) Periode pengembalian dana (refund period) adalah periode tertentu (maksimal 4 hari kerja) yang telah ditetapkan dan tertera dalam prospektus untuk mengembalikan dana kepada calon investor akibat kelebihan pembayaran oleh calon investor berkaitan dengan penjatahan saham.

d) Periode penyerahan saham (delivery period) adalah 3 hari sebelum saham itu dicatat atau diperdagangkan di bursa efek, saham tersebut sudah diterima oleh investor.

e) Periode pencatatan di bursa efek (listing date) adalah suatu tanggal yang telah ditetapkan terlebih dahulu dan tertera pada halaman depan prospektus yang menunjukkan hari pertama saham itu diperdagangkan di bursa efek.

Setelah melakukan penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai perdagangan di pasar sekunder dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari sesudah dimulainya masa


(36)

penawaran umum atau 30 hari sesudah ditutupnya masa penawaran umum tersebut tergantung mana yang lebih dahulu.

Di BEI, proses pencatatan efek dimulai dari pengajuan permohonan pencatatan ke bursa oleh emiten tentunya berdasarkan persyaratan pencatatan efek yang berlaku di BEI. Persyaratan untuk tiap efek berbeda, tetapi persyaratan pertama yang harus dipenuhi terlebih dahulu antara lain mendapat pernyataan efektif dari BAPEPAM atas pernyataan pendaftaran emisi emiten.

5. Kewajiban Emiten setelah Go Public

Pemegang saham mayoritas atau pemilik lama sebagai pemegang saham pendiri (founding stakeholder) harus menjaga kepercayaan yang sudah diberikan oleh pemegang saham minoritas atau masyarakat dengan cara:

a) Tidak melakukan tindakan yang menjatuhkan harga saham di pasar b) Selalu memberi informasi secepat mungkin kepada investor

c) Tidak melakukan penipuan harga dalam transaksi internal yang mengandung conflic of interest, misalnya transfer pricing, dan pinjaman tanpa bunga

d) Menyampaikan laporan keuangan yang sudah diaudit (short form report) langsung ke alamat pemegang saham

e) Menyampaikan laporan berkala yang sudah diwajibkan oleh BAPEPAM f) Menyampaikan laporan insidentil atas suatu peristiwa yang terjadi yang dapat


(37)

2.4. Underpricing

2.4.1. Pengertian Underpricing

Pada saat investasi, para investor tentu berupaya untuk memaksimalkan return yang ingin diperoleh dari penjualan saham. Return merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return bersumber dari yield (berdasarkan besarnya dividen saham yang diperoleh) dan capital gain (berdasarkan kenaikan/penurunan harga surat berharga).

Akan tetapi permasalahan yang sering terjadi pada saat penawaran umum perdana di pasar modal adalah penentuan harga saham perdananya. Di satu pihak pemegang saham lama tidak ingin menawarkan saham baru dengan harga yang terlalu murah kepada investor karena investor tentu menginginkan return untuk memperoleh capital gains dari pembelian saham di pasar perdana, namun di sisi lain jika saham ditawarkan dengan harga tinggi tentu akan mengurangi minat investor baru dalam membeli saham tersebut. Capital Gain (loss) sebagai komponen dari return merupakan kenaikan atau penurunan harga surat berharga yang bisa memberikan keuntungan/kerugian bagi investor. Capital gain bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas (Tandelilin, 2010:102)

Perbedaan kepentingan yang terjadi, dimana emiten menginginkan dana yang lebih besar dan investor menginginkan return akan mengakibatkan terjadinya underpricing. Selisih dari harga penawaran perdana dengan harga saham di pasar sekunder dinamakan initial return. Underpricing menggambarkan biaya bagi pemilik saat ini karena investor baru diizinkan membeli saham perusahaan pada harga yang menguntungkan (Brealey, et al, 2007:416).


(38)

Meskipun tidak memperoleh tambahan dana dari transaksi yang terjadi di pasar sekunder, tetapi perdagangan pasar sekunder sangat penting untuk menentukan likuiditas sekuritas di pasar perdana. Hal ini terkait dengan sikap pesimis dan optimis dari para investor terhadap kemampuan sekuritas yang diterbitkan emiten untuk memberikan keuntungan selisih harga yang berasal dari penjualan di pasar sekunder (Tandelilin, 2010:27).

Menurut Hanafi (2004:88), underpricing merupakan fenomena yang sering dijumpai dalam IPO. Ada kecenderungan bahwa harga penawaran di pasar perdana selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan overpricing yang disebut juga underpricing negatif, merupakan kondisi dimana harga penawaran perdana lebih tinggi daripada harga penutupan hari pertama di pasar sekunder.

Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai initial return (IR) atau positif return bagi investor. Underpricing saham juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana efek yang dijual di bawah nilai likuidasinya atau nilai pasar yang seharusnya diterima oleh pemegang saham.

Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar modal manapun saat emiten melakukan penawaran perdana. Fenomena underpricing dikarenakan adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter dengan pihak perusahaan. Dalam literatur keuangan masalah tersebut disebut adanya asymetri


(39)

informasi. Fenomena underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh perusahaan atau emiten tidak maksimal tetapi di lain pihak menguntungkan para investor.

Menurut Beatty (1989) bahwa para pemilik perusahaan menginginkan agar meminimalkan underpricing, karena terjadinya underpricing menyebabkan adanya transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada investor. Ada 3 (tiga) teori pokok yang menentukan underpricing, yaitu asimetri informasi, signalling hyphothesis, litigation risk.

Teori-teori yang menjelaskan underpricing : 1. Asimetric Information (Informasi Asimetri)

Emiten, underwriter (penjamin emisi), masyarakat pemodal adalah pihak pihak yang terlibat dalam penawaran perdana pada saat terjadinya underpricing karena adanya informasi asimetri yang menjelaskan perbedaan informasi. Model Baron (1982), menganggap underwriter memiliki informasi lebih mengenai pasar modal, sedangkan emiten tidak memiliki informasi mengenai pasar modal. Oleh karena itu, underwriter memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk membuat kesepakatan harga IPO yang maksimal, yaitu harga yang memperkecil resikonya apabila saham tidak terjual semua karena emiten kurang memiliki informasi, maka emiten menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya. Semakin besar ketidakpastian emiten tentang kewajaran harga sahamnya, maka lebih besar permintaan terhadap jasa underwriter dalam menetapkan harga. Sehingga underwriter menawarkan harga perdana sahamnya dibawah harga ekuilibrium. Oleh karena itu, akan menyebabkan tingkat underpricing semakin tinggi.


(40)

Model Rock (1986) menyatakan bahwa asimetri informasi terjadi pada kelompok informed investor dengan uninformed investor. Informed investor yang memiliki informasi lebih banyak mengenai perusahaan emiten akan membeli saham-saham IPO jika harga pasar yang diharapkan melebihi harga perdana. Sementara kelompok uninformed karena kurang memiliki informasi mengenai perusahaan emiten, cenderung melakukan penawaran secara sembarangan baik pada saham-saham IPO yang underpriced maupun overpriced. Akibatnya kelompok uninformed memperoleh proporsi yang lebih besar dalam saham IPO yang overpriced.

Menyadari bahwa mereka menerima saham-saham IPO yang tidak proporsional, maka kelompok uninformed akan meninggalkan pasar perdana. Agar kelompok ini berpartisipasi dalam pasar perdana dan memungkinkan mereka memperoleh return saham yang wajar serta dapat menutup kerugian dari pembelian saham yang overpriced, maka saham-saham IPO harus cukup underpriced.

2. Signalling Hyphothesis

Dalam konteks ini underpricing merupakan suatu fenomena ekuilibrium yang berfungsi sebagai sinyal kepada para investor bahwa kondisi perusahaan cukup baik atau mempunyai prospek yang bagus (Ernyan dan Husnan, 2002). Titman dan trueman (1986) menyajikan signalling model yang menyatakan bahwa auditor yang memiliki kualitas menghasilkan informasi yang berguna bagi investor didalam menaksir nilai perusahaan yang melakukan IPO.


(41)

Menurut Jogiyanto (2000:392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham dan hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan/kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.

3. Litigation Risk

Mengutip Regulation hyphothesis menjelaskan bahwa peraturan pemerintah yang diberlakukan dimaksudkan untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak manajemen dengan pihak luar termasuk para calon pemodal (Ernyan dan Husnan, 2002). Teori-teori yang menjelaskan tentang underpricing dan yang telah diuji di berbagai penelitian empiris biasanya bermuara pada asimetri


(42)

informasi baik antara pemilik perusahaan dan calon investor, antar calon investor dan antara issuer dan penjamin emisi.

2.4.2. Faktor-faktor Underpricing

Fenomena underpricing dipengaruhi beberapa faktor dan berikut akan dibahas beberapa faktor yang menjadi variabel dalam penelitian ini yakni: jumlah saham yang ditawarkan (share offered), ukuran perusahaan (Issue of Size), kapitalisasi pasar (Market Capitalization) dan profitabilitas perusahaan.

1. Jumlah saham yang ditawarkan (share offered)

Besarnya persentase saham menunjukkan jumlah saham yang ditawarkan kepada masyarakat. Faktor ini diduga mempengaruhi tingkat underpricing, karena semakin besar saham yang ditawarkan kepada masyarakat semakin rendah ketidakpastian dimasa yang akan datang dan berarti semakin tinggi harga saham (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Jumlah saham tersebut dapat diukur melalui besarnya saham yang ditawarkan ke publik ketika perusahaan melakukan IPO. Menurut penelitian terdahulu yaitu Suyatmin dan Sujadi (2006) variabel Offer berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Dengan demikan semakin besar prosentase saham yang ditawarkan kapada masyarakat maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham.

2. Ukuran Perusahaan (Size of Issue)

Ukuran perusahaan Jogiyanto (2003 : 282) mengemukakan tentang ukuran aktiva bahwa ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya


(43)

perusahaan. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibanding perusahaan yang lebih kecil.

Ukuran besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan oleh beberapa hal, antara lain dengan total asset, total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total asset. Ukuran perusahaan dapat diketahui dari besarnya total asset perusahaan pada periode terakhir sebelum perusahaan melakukan penawaran saham perdananya. Sehubungan dengan total asset, apabila perusahaan memiliki total asset yang besar maka hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasaan.

Yolana dan Martani (2005) mengemukakan bahwa semakin besar aset perusahaan akan semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika investor berinvestasi pada perusahaan itu. Besar kecilnya dana untuk investasi menyebabkan deviden kepada pemegang saham besar dan berkaitan dengan prospek perusahaan. Investor tentunya akan lebih tertarik untuk menawarkan modalnya pada perusahaan yang punya prospek baik dalam jangka waktu yang relatif lama.

3. Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization)

Kapitalisasi pasar merupakan nilai keseluruhan dari yaitu sebuah yang harus dibayar seseorang untuk membeli seluruh perusahaan. Besar dan pertumbuhan dari suatu kapitalisasi pasar perusahaan


(44)

dapat menjadi pengukuran penting dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan terbuka. Faktor kapitalisasi pasar (market capitalization) juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seperti penelitian yang dilakukan Bansal dan Khanna (2012) yang menyatakan bahwa kapitalisasi pasar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat underpricing

4. Profitabilitas Perusahaan

Profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektivitas operasional perusahaan, hal inilah yang menjadi pertimbangan memasukan variabel ini sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi underpricing. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang ditunjukkan dengan profitabilitas perusahaan yang tinggi dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai perimbangan dalam menanamkanmodalnya.

Triananingsih (2005:200) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai efektivitas operasional perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing. Semakin tinggi nilai profitabilitas perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula laba yang dihasilkannya. Dengan demikian semakin besar rasio ROA maka semakin tinggi pula harga saham dinilai oleh investor.

2.5.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing telah banyak dilakukan. Penelitian ini memfokuskan pada besarnya


(45)

initial return yang didefinisikan sebagai return yang diterima investor di pasar perdana yang diperoleh dari selisih harga saham pada saat penawaran umum (IPO) dengan harga closing saham saat pertama kali listing di pasar sekunder (Balvers, 1988).

Penelitian oleh Carter dan Manaster (1990), dengan sampel 501 perusahaan yang melakukan IPO Januari 1979 sampai Agustus 1983, menemukan bahwa reputasi penjamin emisi, insiders shares, offering size (log-offersize), dan umur perusahaan berpengaruh signifikan (negatif) terhadap initial return saham.

Abdullah (2000) dengan sampel 50 perusahaan tahun 1995-2000, menemukan bahwa variabel besaran perusahaan, profitabilitas perusahaan (ROE), jenis industri manufaktur (dummy), dan persentase saham yang ditawarkan pada publik secara bersama berpengaruh signifikan pada initial return. Sementara itu ketika dilakukan pengujian parsial atau terpisah, hanya variabel jenis industri dan profitabilitas (ROE) yang berpengaruh signifikan pada initial return.

Ghozali dan Mansyur (2002) berdasarkan data perusahaan yang IPO di BEI pada tahun 1997 sampai dengan 2000, mencoba menguji pengaruh variabel reputasi penjamin emisi, presentase saham yang ditahan founder, skala perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, financial leverage (debt to asset ratio), dan ROA terhadap tingkat underpricing. Mereka berhasil membuktikan bahwa reputasi penjamin emisi, financial leverage signifikan pada level 10 persen dengan arah negatif mempengaruhi underpricing. ROA mempengaruhi underpricing dengan level signifikansi 5 % dengan arah negatif. Umur perusahaan, skala perusahaan terbukti tidak signifikan dengan arah negatif terhadap underpricing dan persentase


(46)

saham yang ditahan, tidak terbukti secara signifikan positif mempengaruhi underpricing.

Yolana dan Martani (2005) menggunakan sampel yang diolah pada penelitian ini adalah 131 emiten yang tercatat di BEI dengan melakukan penawaran perdana atau IPO pada tahun 1994 sampai dengan tahun 2001 dan mempunyai initial return yang positif. Dari hasil penelitian ini, variabel rata–rata nilai kurs dan ROE terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap underpricing. Variabel besaran perusahaan dan jenis industri berhasil membuktikan bahwa secara parsial variabel tersebut secara signifikan mempengaruhi underpricing dengan arah negatif dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan mempengaruhi underpricing. Sedangkan variabel reputasi penjamin emisi ternyata tidak terbukti mempengaruhi underpricing dengan arah negatif secara parsial.

Sujatmin dan Sujadi (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada penawaran umum perdana di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2003 dengan variabel independen umur perusahaan, besaran perusahaan, reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, jenis industri, EPS (Earning Per Share), ukuran penawaran (proceeds), current ratio, ROI (Rate of Return on Investment), dan financial leverage. Hasilnya menyatakan bahwa hanya variabel current ratio, reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, dan jenis industri yang mempengaruhi underpricing.

Handayani (2008) dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk menjelaskan terjadinya fenomena underpricing yang menggunakan


(47)

variabel–variabel seperti debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), earning per share (EPS) berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing. Ukuran perusahaan, dan prosentase penawaran saham berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Sedangkan variabel–variabel yang lain tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap underpricing.

Penelitian oleh Islam et al. (2010), dengan sampel 191 perusahaan yang melakukan IPO di Chittagong Stock Exchange periode 1995-2005, menemukan bahwa umur dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif pada initial return. Sementara jumlah saham yang ditawarkan dan jenis industri berpengaruh signifikan negatif pada initial return.

Wulandari (2011) menganalisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi nderpricing pada penawaran umum perdana (studi kasus pada perusahaan go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010) dengan variabel debt to Equity Ratio, Return On Assets, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan jumlah saham yang ditawarkan menggunakan analisis regresi berganda dengan hasil penelitian variabel DER, Offer berpengaruh secara positif, sedangkan ROA, Age, dan Size berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Bansal dan Khanna (2012), dengan sampel 405 perusahaan yang melakukan IPO di Indian Market periode 2000-2012 menggunakan analisis multiple regressions, menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan dari hubungan tahun IPO, jenis lembaga perusahaan, usia perusahaan dengan tingkat underpricing, jumlah saham yang ditawarkan, kapitalisasi pasar, metode mekanisme pasar, waktu penawaran berpengaruh secara


(48)

signifikan positif terhadap tingkat underpricing. Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap tingkat underpricing.

Penelitian yang dilakuan oleh Azizi Nur Wicaksono (2012), dengan periode penelitian tahun 1998-2010 menggunakan analisis regresi berganda dengan variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan, proporsi penawaran perdana, jenis industri, return on asset, financial leverage, earning per share, reputasi auditor, reputasi underwriter dan tujuan penggunaan dana investasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa hanya reputasi auditor dan ukuran perusahaan yang secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat underpricing, dengan arah hubungan (-) untuk ukuran perusahaan dan positif untuk reputasi auditor.

Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disimpulkan melalui Tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti

dan Tahun Peneliti

Judul Penelitian Variabel

Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian 1. Abdullah 2000 Initial Return pada perusahaan

yang listing di BEJ antara tahun

2002-2004 Dependen: Initial Return Independen: Besaran perusahaan, profitabilitas perusahaan (ROE), jenis industri manufaktur (dummy), dan persentase saham yang ditawarkan Regresi Linear Berganda -Besaran perusahaan, profitabilitas perusahaan (ROE), jenis industri manufaktur (dummy), dan persentase saham yang ditawarkan secara bersama berpengaruh signifikan pada IR - pengujian parsial, variabel jenis industri dan profitabilitas (ROE) berpengaruh signifikan pada Initial Return.


(49)

No Peneliti dan Tahun Peneliti

Judul Penelitian Variabel

Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian 2. Ghozali dan Mansyur (2002) Tingkat Underpricing Saham pada saat IPO di BEI pada

tahun 1997 sampai dengan 2000 Dependen: Underpricing Independen: reputasi penjamin emisi, presentase saham yang ditahan founder, skala perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, financial leverage (debt to asset ratio), dan ROA

Regresi linear Berganda

- Reputasi penjamin emisi, financial leverage berpengaruh negatif terhadap underpricing. -ROA mempengaruhi dengan level

signifikansi 5% arah (-) -Sedangkan umur perusahaan, skala perusahaan berpengaruh tidak signifikan arah (). -persentase saham yang ditahan, tidak berpengaruh signifikan 3. Yolana dan Martani (2005) Tingkat Underpricing saham pada saat IPO pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 1994-2001

Dependent: Initial return Independen: variabel rata – rata nilai kurs dan ROE, besaran perusahaan dan jenis industri, reputasi penjamin emisi Regresi Linear Berganda

- Rata – rata nilai kurs dan ROE terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap underpricing. -Variabel besaran perusahaan dan jenis industri secara parsial variabel tersebut secara signifikan berpengaruh negatif dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan berpengaruh - variabel reputasi penjamin emisi tidak berpengaruh secara parsial 4. Suyatmin dan Sujadi (2006) Faktor-Faktor yang mempengaruhi underpricing pada penawaran umum perdana di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2003 variabel independen : umur perusahaan, besaran perusahaan, reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, jenis industri, Earning Per Share (EPS), ukuran penawaran (proceeds), current ratio, ROI, financial leverage Regresi Linear Berganda Hasilnya: menyatakan bahwa hanya variabel current ratio, reputasi

penjamin emisi, reputasi auditor, dan jenis industri yang mempengaruhi underpricing.


(50)

No Peneliti dan Tahun Peneliti

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian

5. Handayani (2008) Faktor-Faktor yang mempengaruhi underpricing pada penawaran umum perdana di BEI periode 2004-2007

Debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), earning per share (EPS). Ukuran perusahaan, dan prosentase penawaran saham Regresi Linear Berganda

-Debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), earning per share (EPS) berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing -Ukuran perusahaan, dan prosentase penawaran saham berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Sedangkan variabel– variabel lain tidak berpengaruh signifikan

6. Islam et al. (2010),

Underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Chittagong Stock Exchange periode 1995-2005

Dependen: Umur dan ukuran perusahaan jumlah saham yang ditawarkan dan jenis industri berpengaruh signifikan negatif pada initial return

Analisis Regresi Berganda

umur dan ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan positif pada initial return. Sedangkan jumlah saham yang ditawarkan dan jenis industri berpengaruh signifikan negatif pada initial return

7. Wulandari (2011)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Saat IPO (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Publik

Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2006-2010)

Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran perusahaan, Umur perusahaan, dan Jumlah saham yang ditawarkan Analisis regresi Berganda

variabel DER, Offer berpengaruh secara positif terhadap underpricing,

sedangkan ROA, Age, dan Size berpengaruh negatif terhadap underpricing.

8. Bansal & Khanna (2012) Analisis faktor yang mempengaruhi Initial Return pada IPO di Indian Market periode 2000-2012 bahwa Dependen: Initial Return Independen: Tahun IPO, Jenis perusahaan, usia perusahaan, jumlah saham yang ditawarkan, kapitalisasi pasar, metode mekanisme perusahaan Analysis Multiple Regressi ons

tidak ada pengaruh signifikan dari hubungan tahun IPO, jenis lembaga

perusahaan, usia perusahaan dengan tingkat underpricing, jumlah saham yang ditawarkan, kapitalisasi pasar, metode

mekanisme perusahaan berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap underpricing


(51)

2.6.Kerangka Konseptual

Penelitian ini akan menguji pengaruh jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas perusahaan sebagai variabel independen terhadap underpricing sebagai variabel dependen.

Besarnya jumlah saham yang ditawarkan kepada masyarakat oleh perusahaan diduga mempengaruhi tingkat underpricing, karena semakin besar saham yang ditawarkan kepada masyarakat berarti semakin tinggi harga saham. Menurut penelitian terdahulu Bansal & Khanna (2012), jumlah saham yang ditawarkan (share offered) ke publik ketika perusahaan melakukan IPO berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing.

Yolana dan Martani (2005) menyatakan bahwa semakin besar aset perusahaan akan semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainly) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Yolana dan Martani (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.

Faktor Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization) juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seperti penelitian yang dilakukan oleh Bansal dan Khanna (2012) yang menyatakan bahwa kapitalisasi pasar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat underpricing.

Triananingsih (2005:200) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai efektivitas operasional perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan


(52)

mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing. Semakin tinggi nilai profitabilitas perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula laba yang dihasilkannya. Penelitian ini menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

Dari landasan teori dan penelitian terdahulu, dapat diperoleh variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: jumlah saham yang ditawarkan (share offered), ukuran perusahaan (Size of Issue), Kapitalisasi Pasar (market capitalization) dan profitabilitas perusahaan. Variabel-variabel tersebut diperkirakan memiliki pengaruh terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI. Berdasarkan hal tersebut dapat digambarkan bentuk kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Underpricing

Jumlah Saham yang ditawarkan (share offered)

Ukuran Perusahaan (Issue of Size)

Kapitalisasi Pasar (Market Cap)

Profitabilitas Perusahaan (Return On Asset)


(53)

2.7.Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2007:49). Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun dasar penelitian lebih lanjut. Anggapan sebagai satu hipotesis juga merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing.

H2 : Jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing.


(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Sugiyono (2012 : 11) menyatakan penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan

situsWaktu penelitian ini dimulai dari

Bulan November 2014 sampai April 2015.

3.3. Batasan Operasional

Adapun batasan masalah yang dilakukan agar dapat menetapkan arahan pembahasan masalah yaitu:

1. Variabel independen dari penelitian ini adalah jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar dan profitabilitas perusahaan.

2. Variabel dependen dari penelitian ini adalah Initial Return saham.

3. Hanya melakukan penelitian selama 5 (lima) tahun untuk kinerja jangka panjang dari IPO.

4. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang mengalami underpricing saham yang listing di Bursa Efek Indonesia dan melakukan IPO selama periode Januari 2010-Desember 2014.


(55)

3.4. Operasionalisasi Variabel 3.4.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah tingkat underpricing. Tingkat underpricing ini diproxy dengan penghitungan initial return dari perusahaan–perusahaan yang melakukan Initial Public Offering. Initial Return adalah selisih antara harga IPO dan harga saham saat listing di pasar sekunder. Nilai nominal yang tinggi relatif menghasilkan porsentase initial return yang kecil walaupun secara nominal memiliki nilai yang sama (Emilia, et al., 2008).

Initial Return =������������ −Harga IPO

Harga IPO x 100 %

Dimana:

Initial Return :return yang diperoleh dari aktiva di penawaran perdana mulai dari saat dibeli di pasar primer sampai pertama kali didaftarkan di pasar sekunder

Harga IPO : Harga saham hari pertama di IPO

Closing Price : Harga saham hari pertama di pasar sekunder

3.4.2. Variabel Independen (X)

Variabel Independen dalam penelitian ini didasarkan pada faktor–faktor yang dapat mempengaruhi tingkat underpricing harga saham pada perusahaan-perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni:

a.) Jumlah saham yang ditawarkan (

1)

Jumlah saham yang ditawarkan oleh perusahaan mempengaruhi tingkat underpricing, perhitungannya menurut penelitian terdahulu Bansal dan


(56)

Khanna (2012) merupakan total saham yang ditawarkan perusahaan pada masyarakat pada saat Initial Public Offering. Jumlah saham yang ditawarkan diukur dengan logaritma natural (ln) total saham yang ditawarkan pada saat penawaran perdana.

b.) Ukuran Perusahaan (

2)

Pada umumnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva perusahaan tersebut pada tahun terakhir (t-1) sebelum perusahaan tersebut listing. Ukuran perusahaan diukur dengan menghitung logaritma natural (ln) total aktiva. tahun terakhir (t-1) sebelum perusahaan tersebut listing.

c.) Kapitalisasi Pasar (

3)

Faktor kapitalisasi pasar (Market Capitalization) juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seperti penelitian yang dilakukan oleh Bansal dan Khanna (2012) yang menyatakan bahwa kapitalisasi pasar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat underpricing. Kapitalisasi pasar diukur dengan logaritma natural (ln) pada tahun listing. Perhitungannya:

Kapitalisasi Pasar = jumlah saham yang ditawarkan x harga penutupan saham

d.) Profitabilitas Perusahaan (

4)

ROA (Return on Asset) merupakan rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau aktiva yang digunakan. Apabila kinerja perusahaan yang diukur dengan dimensi profitabilitas dalam kondisi baik, maka akan memberikan dampak yang positif terhadap keputusan investor di pasar modal untuk menanamkan


(57)

modalnya dalam bentuk penyertaan modal. ROA dihitung menggunakan rumus (Ross, et., al 2005:59).

��� = ���������

����������� � 100%

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Defenisi

Operasionalisasi

Parameter Skala

Ukur

1. Underpricing (Y)

IR =����.����� − ��������

�������� � 100 % *Closing Price pada harga saham hari I pasar sekunder

Persen Rasio

2.

Jumlah saham yang ditawarkan

( �1)

Total saham yang ditawarkan oleh perusahaan pada saat melakukan initial public offering

logaritma natural (ln) total saham IPO

Rupiah Nominal

3. Issue of Size

(�2)

Total aktiva emiten pada tahun sebelum IPO atau

logaritma natural (ln) total aktiva. Rupiah Nominal

4. Kapitalisasi Pasar

(�3)

Kapitalisasi Pasar = jumlah saham yang ditawarkan x harga penutupan

Logaritma natural (ln) kapitalisasi pasar

Rupiah Nominal

5. Profitabilitas

(�4)

ROA = ���������

�����������100% Persen Rasio Sumber:Ross, et al., (2005:59) dan Jurnal Ilmiah

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu (Erlina 2008:74). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang melakukan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2010-2014.


(58)

Jumlah populasi yang diperoleh selama periode tersebut berjumlah 123 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan suatu penelitian, Sugiyono (2011:81). Teknik pengambilan sampel dengan menentukan target sampel, yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang dikembangkan.

Berikut adalah kriteria untuk pemilihan sampel:

1. Perusahaan yang melakukan IPO selama periode 2010-2014

2. Perusahaan tersebut mengalami underpricing dimana harga penawaran saham yang lebih rendah dari harga IPO pada hari pertama di pasar sekunder.

3. Tanggal listing di BEI dan harga penawaran perdana tersedia.

4. Data harga penutupan (closing price), kapitalisasi pasar dan jumlah sahamnya tercantum dalam Idx Fact Book di BEI.

5. Tersedia data laporan keuangan tahun 2010-2014. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan yang diperoleh dari BEI.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang menjadi sampel pada penelitian ini berjumlah 76 perusahaan. Adapun nama–nama perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini dapat dilihat pada daftar perusahaan sampel yang ada pada lampiran 1.


(59)

Tabel 3.2 Kriteria Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah Emiten

1. Perusahaan yang melakukan IPO periode 2010-2014 123

2. Perusahaan yang mengalami Underpricing 78

3. Perusahaan yang tidak mencanmtumkan laporan keuangan 2

4. Perusahaan yang terpilih sebagai sampel 76

Sumber: IDX Fact Book 2010-2014

3.6. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai input untuk dianalisis adalah data kuantitatif, dimana hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan telah diolah pihak lain biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Supranto, 1998).

Data tersebut diperoleh dari lembaga atau instansi melalui pengutipan data atau melalui studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a.) Data nama perusahaan yang melakukan IPO, selama periode penelitian

2010-2014 yang diperoleh dari

b.) Data harga penawaran perdana dan harga penutupan masing–masing perusahaan diperoleh dari IDX Fact Book tahun 2010–2014

c.) Laporan keuangan diperoleh dari

3.7. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, sehingga teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan dokumentasi.


(1)

Statistik Deskriptif Sebelum Transformasi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

UDP 76 1.08 376.10 31.0966 46.07664

OFFER 76 16.52 23.64 20.7339 1.34208

SIZE 76 13.98 29.62 23.4264 5.11290

M.CAP 76 20.82 36.77 26.8849 3.25646

ROA 76 -8.01 69.20 7.7351 10.24842

Valid N (listwise) 76

Statistik Deskriptif Sesudah Transformasi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LnUDP 76 .08 4.30 2.8158 1.04713

OFFER 76 16.52 23.64 20.7339 1.34208

LnSIZE 76 .04 4.15 2.7058 .73672

M.CAP 76 20.82 36.77 26.8849 3.25646

LnROA 76 -4.61 4.24 1.0106 1.97561


(2)

Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

UDP OFFER SIZE M.CAP ROA

N 76 76 76 76 76

Normal Parametersa,b Mean 31.0966 20.7339 23.4264 26.8849 7.7351

Std. Deviation 46.07664 1.34208 5.11290 3.25646 10.24842

Most Extreme Differences

Absolute .257 .058 .219 .117 .212

Positive .196 .045 .113 .117 .190

Negative -.257 -.058 -.219 -.059 -.212

Kolmogorov-Smirnov Z 2.244 .506 1.906 1.019 1.851

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .960 .001 .250 .002

Hasil Uji Normalitas Sesudah Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LnUDP OFFER LnSIZE M.CAP LnROA

N 76 76 76 76 76

Normal Parametersa,b Mean 2.8158 20.7339 2.7058 26.8849 1.0106

Std. Deviation 1.04713 1.34208 .73672 3.25646 1.97561

Most Extreme Differences

Absolute .122 .058 .130 .117 .141

Positive .078 .045 .130 .117 .090

Negative -.122 -.058 -.121 -.059 -.141

Kolmogorov-Smirnov Z 1.066 .506 1.135 1.019 1.230

Asymp. Sig. (2-tailed) .206 .960 .152 .250 .097

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ABS_RES

N 76

Normal Parametersa,b

Mean .7577

Std. Deviation .56826

Most Extreme Differences

Absolute .127

Positive .127

Negative -.106

Kolmogorov-Smirnov Z 1.108


(3)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 14.388 4 3.597 3.764 .008b

Residual 67.848 71 .956

Total 82.236 75

a. Dependent Variable: LnUDP

b. Predictors: (Constant), LnROA, LnSIZE, OFFER, M.CAP

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 3.797 2.046 1.856 .068

OFFER -.124 .089 -.159 -1.391 .168

LnSIZE .508 .158 .357 3.204 .002

M.CAP .006 .037 .018 .157 .876

LnROA .062 .061 .116 1.016 .313

a. Dependent Variable: LnUDP

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1.3309 3.6179 2.8158 .43799 76

Residual -2.72649 2.08819 .00000 .95113 76

Std. Predicted Value -3.390 1.831 .000 1.000 76

Std. Residual -2.789 2.136 .000 .973 76


(4)

Hasil Uji Autokorelasi

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 14.388 4 3.597 3.764 .008b

Residual 67.848 71 .956

Total 82.236 75

a. Dependent Variable: LnUDP

b. Predictors: (Constant), LnROA, LnSIZE, OFFER, M.CAP

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 3.797 2.046 1.856 .068

OFFER -.124 .089 -.159 -1.391 .168

LnSIZE .508 .158 .357 3.204 .002

M.CAP .006 .037 .018 .157 .876

LnROA .062 .061 .116 1.016 .313

a. Dependent Variable: LnUDP

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1.3309 3.6179 2.8158 .43799 76

Residual -2.72649 2.08819 .00000 .95113 76

Std. Predicted Value -3.390 1.831 .000 1.000 76

Std. Residual -2.789 2.136 .000 .973 76


(5)

Hasil Uji Multikolinearitas

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 14.388 4 3.597 3.764 .008b

Residual 67.848 71 .956

Total 82.236 75

a. Dependent Variable: LnUDP

b. Predictors: (Constant), LnROA, LnSIZE, OFFER, M.CAP

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 3.797 2.046 1.856 .068

OFFER -.124 .089 -.159 -1.391 .168 .888 1.126

LnSIZE .508 .158 .357 3.204 .002 .935 1.070

M.CAP .006 .037 .018 .157 .876 .861 1.161

LnROA .062 .061 .116 1.016 .313 .889 1.125

a. Dependent Variable: LnUDP

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition

Index

Variance Proportions

Constant OFFER LnSIZE M.CAP LnROA

1

1 4.172 1.000 .00 .00 .00 .00 .01

2 .762 2.340 .00 .00 .00 .00 .86

3 .057 8.573 .00 .01 .83 .03 .01

4 .008 23.221 .06 .11 .06 .96 .06

5 .002 48.175 .94 .88 .10 .01 .06


(6)

Hasil Uji Regresi Berganda

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 LnROA, LnSIZE,

OFFER, M.CAPb . Enter

a. Dependent Variable: LnUDP b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .418a .175 .128 .97755

a. Predictors: (Constant), LnROA, LnSIZE, OFFER, M.CAP b. Dependent Variable: LnUDP

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 14.388 4 3.597 3.764 .008b

Residual 67.848 71 .956

Total 82.236 75

a. Dependent Variable: LnUDP

b. Predictors: (Constant), LnROA, LnSIZE, OFFER, M.CAP Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 3.797 2.046 1.856 .068

OFFER -.124 .089 -.159 -1.391 .168

LnSIZE .508 .158 .357 3.204 .002

M.CAP .006 .037 .018 .157 .876

LnROA .062 .061 .116 1.016 .313

a. Dependent Variable: LnUDP