semakin kecil yaitu mendekati garis lurus seperti yang terlihat dalam gambar tersebut. Semakin kecil nilai Gini Rasio maka kurva yang terbentuk akan
semakin berimpit dengan garis diagonal tersebut. Ketimpangan pendapatan ini sangat mungkin terjadi. Dari hasil penelitian
di lapangan ketimpangan tersebut sangat erat hubungannya dengan usaha sampingan yang dilakukan oleh keluarga. Untuk melihat bagaimana keeratan
hubungan antara usaha sampingan dengan kemiskinan dapat dilihat di pembahasan selanjutnya.
3. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kemiskinan
Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan kemiskinan diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, pendidikan serta usaha
sampingan. Untuk menguji hubungan masing-masing variabel tersebut dengan kemiskinan digunakan analisis asosiasi dengan menggunakan uji
χ
2
.
a. Hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan kemiskinan
Secara teori disebutkan bahwa jumlah tanggungan keluarga akan memperparah kemiskinan masyarakat. Jumlah tanggungan yang besar akan
menunjukkan banyaknya orang yang bergantung langsung dari pendapatan keluarga yang diperoleh oleh nelayan dan anggota keluarga lainnya dalam
memenuhi kebutuhan baik makanan maupun non-makanan. Untuk mengetahui jumlah pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada
tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 18. Total pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga
No. Sampel Total Pendapatan Keluarga
Jumlah Tanggungan Keluarga Rpbulan
Jiwa 1
1.427.069 3
2 1.555.095
4 3
1.903.761 4
4 2.364.229
3 5
867.533 5
6 1.694.954
3 7
1.693.525 4
8 1.690.883
4 9
2.294.714 5
10 2.186.134
5 11
2,391,761 5
12 798,013
2 13
691,108 7
14 1,163,567
7 15
1,189,317 4
16 1,510,757
4 17
1.595.174 4
18 700.067
3 19
638.575 3
20 3.467.704
4 21
1.967.607 3
22 3.622.742
5 23
3.477.403 3
24 3.059.953
4 25
4.516.637 4
26 3.106.797
4 27
1.003.117 6
28 763.733
3 29
535.146 3
30 645.527
5 Rata-rata
1.817.420 4
Sumber : Data primer diolah
Dari Tabel 18 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumalah pendapatan keluarga nelayan sampel adalah Rp 1.817.420,- dan jumlah tanggungan rata-rata adalah 4
orang. Untuk melihat adanya hubungan antara jumlah tanggungan keluarga
dengan kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 19. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan
dengan kriteria Sajogyo Kemiskinan
Jumlah tanggungan Jumlah
Tanggungan besar di atas jumlah rata-rata
Tanggungan kecil di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
4 5
2 19
6 24
Jumlah 9
21 30
Sumber : Data primer diolah
Dar i tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ
2
. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ
2
sebesar 2.87. Dengan membandingkan χ
2
tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ
2
hitung lebih kecil dari χ
2
tabel sehingga Ho diterima dan H
1
ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga
berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Tabel 20. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan
dengan kriteria UMP Kemiskinan
Jumlah tanggungan Jumlah
Tanggungan besar di atas jumlah rata-rata
Tanggungan kecil di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
8 1
19 2
27 3
Jumlah 9
21 30
Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ
2
. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ
2
sebesar 0,28 . Dengan membandingkan χ
2
tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ
2
hitung lebih kecil dari χ
2
tabel sehingga Ho diterima dan H
1
ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga
berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan
dengan kriteria Bank Dunia Kemiskinan
Jumlah tanggungan Jumlah
Tanggungan besar di atas jumlah rata-rata
Tanggungan kecil di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
7 1
14 8
21 9
Jumlah 8
22 30
Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ
2
. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ
2
sebesar 1,59 . Dengan membandingkan χ
2
tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ
2
hitung lebih kecil dari χ
2
tabel sehingga Ho diterima dan H
1
ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga
berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak. Dengan demikian secara keseluruhan hipotesis yang jumlah tanggungan
keluarga berhubungan dengan kemiskinan ditolak. Hal ini dikarenakan walaupun jumlah tanggungan keluarga besar belum tentu menghubungkan kepada
kemiskinan. Dengan jumlah tanggungan keluarga banyak namun jika pendapatan keluarga besar dan rata-rata pendapatan per orang dalam keluarga di atas
standard garis kemiskinan, maka keluarga tersebut tidak dapat dikategorikan miskin.
b .
Hubungan tingkat pendidikan dengan kemiskinan
Untuk mengetahui jumlah pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 22. Total pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan
No. Sampel Total Pendapatan Keluarga
Tingkat pendidikan
Rpbulan tahun
1 1.427.069
9 2
1.555.095 6
3 1.903.761
5 4
2.364.229 3
5 6
867.533 1.694.954
9 5
7 1.693.525
4 8
1.690.883 5
9 2.294.714
9 10
2.186.134 9
11 2,391,761
9 12
798,013 4
13 691,108
3 14
1,163,567 6
15 1,189,317
6 16
1,510,757 6
17 1.595.174
4 18
700.067 9
19 638.575
6 20
3.467.704 4
21 1.967.607
9 22
3.622.742 6
23 3.477.403
5 24
3.059.953 4
25 4.516.637
6 26
3.106.797 6
27 1.003.117
6 28
763.733 6
29 535.146
5 30
645.527 4
Rata-rata 1.817.420
6
Sumber : Data primer diolah
Dari Tabel 22 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah pendapatan keluarga nelayan sampel adalah Rp 1.817.420,- dan tingkat pendidikan rata-rata adalah 6
tahun. Untuk melihat adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 23. Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan
dengan kriteria Sajogyo Kemiskinan
Tingkat pendidikan Jumlah
Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
5 6
1 18
6 24
Jumlah 11
19 30
Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ
2
. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ
2
sebesar 4,74 . Dengan membandingkan χ
2
tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ
2
hitung lebih besar dari χ
2
tabel sehingga Ho ditolak dan H
1
diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan
dengan kemiskinan nelayan diterima.
Tabel 24. Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan
dengan kriteria UMP Kemiskinan
Tingkat pendidikan Jumlah
Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
6 1
21 2
27 3
Jumlah 7
23 30
Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nila i χ
2
. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ
2
sebesar 0,16. Dengan membandingkan χ
2
tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ
2
hitung lebih kecil dari χ
2
tabel sehingga Ho diterima dan H
1
ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan
dengan kemiskinan nelayan ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 25. Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan
dengan kriteria Bank Dunia Kemiskinan
Tingkat pendidikan Jumlah
Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata
Miskin Tidak miskin
5 2
16 7
21 9
Jumlah 7
23 30
Sumber : Data primer diolah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ
2
. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ
2
sebesar 0,0 16. Dengan membandingkan χ
2
tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ
2
hitung lebih kecil dari χ
2
tabel sehingga Ho diterima dan H
1
ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan
dengan kemiskinan nelayan ditolak. Secara keseluruhan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan
kemiskinan nelayan sampel, kecuali untuk kemiskinan yang diukur dengan kriteria Sajogyo. Hal ini dimungkinkan karena tingkat pendidikan yang tinggi
belum tentu menjamin nelayan tersebut terlepas dari kategori miskin. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan tidak berhubungan pendapatan yang diperoleh
karena tidak akan menyebabkan naiknya pendapatan yang diterima keluarga. Dari survei di lapangan nelayan sampel mengaku tidak perlu pendidikan yang
tinggi untuk menjadi seorang nelayan.
c. Hubungan usaha sampingan dengan kemiskinan