Tamyīz Zat A’dad Sarih

3. Kisah- kisah Kisah penciptaan Nabi Adam a.s; kisah Nabi Ibrahim a.s; kisah Nabi Musa a.s dengan bani israil Al- Baqarah 4. Da lain- lain Sifat- sifat orang yang bertaqwa; sifat- sifat orang yang munafiq; sifat- sifat Allah; perumpamaan- perumpamaan; kebangkitan sesudah mati Al- Baqarah.

3.2 Jenis- Jenis Tamyiz Pada Surat Al-Baqarah

Tamyīz banyak terdapat pada surat Al-Baqarah, ada yang ditemukan berulang- ulang dan ada yang hanya ditemukan sekali saja, apabila diklasifikasikan menurut jenis- jenis Tamyīz dan pembahagiaannya, maka tidak semua jenis Tamyīz tersebut ditemukan pada surat Al-Baqarah. Jenis Tamyīz yang ditemukan pada surat Al-Baqarah hanya Tamyīz Zat yang berupa ‘adad sedangkan untuk Tamyīz Nisbah ditemukan yang berupa muhawwal dan ghairu muhawwal. Secara keseluruhan dapat dilihat pada pembahasan yang dijabarkan peneliti di bawah ini.

3.2.1 Tamyīz Zat A’dad Sarih

Di dalam surat Al-Baqarah ditemukan lima belas tempat jenis Tamyīz Zat A’dad Sarih yakni yang terdapat pada ayat- ayat sebagai berikut : Ayat 29 huwa al- lażī khlaqa lakum mā fī al-ar ḍ i jam ī’an ṡ umma s taw ā ilā al-samā ˈ i fasaww āhunna sab’a samāwātin wa huwa bikulli syai ˈin ‘al īm dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. Pada ayat di atas yang menjadi Tamyiz adalah sam āwātin. Adapun susunan kalimat fasawahunna Universitas Sumatera Utara sab’a sam āwātin termasuk jenis Tamyiz Zat ‘adad sarih yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya. Apabila kita rujuk pada defenisi tamy ī z adalah isim nakirah mansub maka secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz, akan tetapi secara makna ia termasuk tamyiz karena kata samāwātin memberi penjelasan pada kata sab’a dengan demikian kata samāwātin merupakan tamyiz dan kata sab’a adalah mumayyaznya , dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk jama’. Ayat 51 wa iż wā’adnā mūsā arba’īna lailatan ṡ umma t takhażtumu al-‘ijla min ba’dihi wa antum ẓ ālimūna dan ingatlah, ketika Kami berjanji kepada Musa memberikan Taurat, sesudah empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembusembahan sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Pada ayat di atas yang menjadi Tamyiz adalah lailatan. Adapun susunan kalimat arba’ īna lailatan termasuk jenis Tamyiz Zat ‘adad sorih yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya, dan Kata lailatan adalah tamy ī z karena didahului bilangan sebelas sampai sembilan puluh Sembilan, dan kata arba’ ī na adalah mumayyaz nya. Ayat 60 wa i ż i s tasq ā mūsā liqawmihi faqulnā ḍ- rib bi ’ a ṣ āka al-hajara fanfajarat minhu i ṡ nat ā ‘asyara ‘ainā qad ‘alima kullu unāsin masyrabahum kulū wasyrabū min rizki Allahi wal ā ta’ ṡ aw f ī al-ar ḍ i mufsid īna dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: Pukullah batu itu dengan tongkatmu. lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku telah Universitas Sumatera Utara mengetahui tempat minumnya masing-masing. Makan dan minumlah rezki yang diberikan Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. Pada ayat di atas yang menjadi Tamyiz adalah ‘ain ā. Adapun susunan kalimat i ṡ natā ‘asyara ‘ainā termasuk jenis tamyiz zat ‘adad sorih yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya , dan kata Kata ‘ain ā adalah tamy ī z karena didahului bilangan sebelas sampai sembilan puluh Sembilan, dan kata i ṡ natā ‘asyara adalah mumayyaz nya. Ayat 96 walatajidannahum ahra ṣ a an-n āsi ‘ala hayātin wa mina al-lażīna asyrakū yawaddu ahaduhum law yu’ammaru alfa sanatin wam ā huwa bimuzahzihihi mina al-‘a żābi an yu’ammara wa Allahu ba ṣ īrun bimā ya’malūna dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan di dunia, bahkan lebih loba lagi dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. Pada ayat di atas yang menjadi Tamyiz adalah sanatin. Adapun susunan kalimat law yu’ammaru alfa sanatin termasuk jenis Tamyiz Zat ‘adad sorih yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya. Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz , aka tetapi secara makna ia termasuk tamyiz karena kata alfa memberi penjelasan pada kata sanatin dengan demikian kata sanatin merupakan tamyiz dan kata alfa Universitas Sumatera Utara adalah mumayyaznya , dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk mufrad. Ayat 226 li- al-la ż īna yulūna min nisāihim tarabbu ṣ u arba’ati asyhurin fain f āū fainnallā gaf ūrun rahīmun. Kepada orang-orang yang meng-ilaa isterinya diberi tangguh empat bulan lamanya. Kemudian jika mereka kembali kepada istrinya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Pada ayat di atas yang menjadi Tamyiz adalah asyhurin. Adapun susunan kalimat tarabbusu arba’ati asyhurin termasuk jenis Tamyiz Zat ‘adad sorih yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya. Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz, akan tetapi secara makna ia termasuk tamyiz karena kata asyhurin memberi penjelasan pada kata arba’ati dengan demikian kata asyhurin merupakan tamyiz dan kata arba’ati adalah mumayyaznya , dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk jama’. Ayat 228 …. walmutallaq ātu yatarabba ṣ na bianfusihinna ṡ a l ā ṡ a t a qur ūin….Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri menunggu tiga kali quru… Pada ayat di atas yang menjadi Tamyiz adalah qur ūin. Adapun susunan kalimat ṡ a l ā ṡ a t a qur ūin termasuk jenis Tamyiz Zat ‘adad sorih yaitu tamyiz yang menerangkan Universitas Sumatera Utara kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya. Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz, akan tetapi secara makna ia termasuk tamyiz karena kata qurūin memberi penjelasan pada kata ṡ a l ā ṡ a t a dengan demikian kata qurūin merupakan tamyiz dan kata ṡ a l ā ṡ a t a adalah mumayyaznya , dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk jama’. Ayat 259 …. au ka al-la ż ī marra ‘ala qaryatin wa hiya khāwiyatun ‘ala ‘urūsyihā qāla annā yuhy ī ha ż ihi All āhu ba’da mautihā faamātahu Allāhu miata ‘āmin ṡ umma ba’a ṡ ahu q āla kam labi ṡ ta q āla abi ṡ tu yauman au ba’ ḍ a yaumin atau apakah kamu tidak memperhatikan orang yang melalui suatu negeri yang temboknya telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur? Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: Berapakah lamanya kamu tinggal di sini? ia menjawab: Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari. Pada ayat di atas yang menjadi Tamyīz adalah ‘ āmin. Adapun susunan kalimat faam ātahu Allāhu miata ‘āmin termasuk jenis Tamyiz Zat ‘adad sorih yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya. Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz , akan tetapi secara makna ia termasuk tamyiz karena kata miata memberi penjelasan pada kata ‘āmin dengan demikian kata ‘āmin merupakan tamyiz dan kata miata Universitas Sumatera Utara adalah mumayyaznya , dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk mufrad. Ayat 260 wa i ż q āla ibrāhīma rabbi arinī kaifa tuhyī al-mauta qāla awalam tu ˈmin qāla bal ā walakin liyaṭ mainna qalbī qāla fakhu ż arba’atan min al-tairi fa ṣ urhunna ilaika ṡ umma j-‘al ‘ala kulli jabalin minhunna juz ˈan ṡ umma d- ‘uhunna ya ˈt īnaka sa’yan wa’lam anna Allāha ‘azīzun hakīmun dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah berfirman: Belum yakinkah kamu ? Ibrahim menjawab: Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap dengan imanku Allah berfirman: Kalau demikian ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Allah berfirman: Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera. dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Pada ayat di atas yang menjadi Tamyiz adalah min al- tairi. Adapun susunan kalimat fakhu ż arba’atan min al- tairi termasuk jenis Tamyiz Zat ‘adad sorih yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya. Apabila kita rujuk pada defenisi Tamyīz adalah isim nakirah mansub maka secara ‘amali dia bukan termasuk Tamyīz, akan tetapi secara makna ia termasuk Tamyīz karena kata min al-tairi memberi penjelasan pada kata Tam yīz yang dibuang. Dengan demikian kata min al-tairi merupakan tamyiz dan kata arba’atan adalah mumayyaznya , dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk jama’. Universitas Sumatera Utara Adapun ketentuan ‘adad pada ayat ini adalah dijarkan dengan huruf jar min jika Tamyīznya berupa Isim Jama’ atau Isim Jenis maka dijarkan Tamyīznya dengan huruf jar min. Ayat 261 …. ma ṡ alu al-la ż īna yunfiqūna amwālahum fī sabīli Allāhi kama ṡ ali habbatin anbatat sab’a sanābila fī kulli sunbulatin…. perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir…. Pada ayat di atas yang menjadi Tamya īz adalah san ābila. Adapun susunan kalimat anbatat sab’a san ābila termasuk jenis Tamyīz Zat ‘adad sorih yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya., pada dasarnya contoh di atas ditandai dengan kasrah pada mudaf ilaihnya akan tetapi Tamy īnya berbaris fathah karena berbentuk ṣ igat muntaha al-jum ū’. Dengan demikian kata sanābila merupakan tamyīz dan kata sab’a adalah mumayyaznya , dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk jama’. Ayat 261 … …f ī kulli sunbulatin miatu habbatin wa Allāhu yu ḍ ā’ifu liman yasyāu wa Allāhu w āsi’un ‘alīmun pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha mengetahui. Pada ayat di atas yang menjadi Tamyiz adalah habbatin. Adapun susunan kalimat f ī kulli sunbulatin miatu habbatin termasuk jenis Tamyīz Zat ‘adad sorih Universitas Sumatera Utara yaitu tamy īz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya mumayyaz dari suatu kata yang diketahui ukurannya. Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka secara ‘amali dia bukan termasuk tamy īz , akan tetapi secara makna ia termasuk tamy īz karena kata miatu memberi penjelasan pada kata habbatin dengan demikian kata habbatin merupakan tamy īz dan kata miatu adalah mumayyaznya , dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk mufrad.

3.2.2 Tamyīz Zat ‘adad Mubham