Ada dua asumsi utama yang harus dipenuhi pada analisis diskriminan ini, yaitu:

linier dari faktor-faktor ini akan membentuk suatu fungsi diskriminan Tatham et.al,

1998. Ada dua asumsi utama yang harus dipenuhi pada analisis diskriminan ini, yaitu:

1. Sejumlah p faktor penjelas harus berdistribusi normal. 2. Matriks varians-covarians faktor penjelas berukuran pada kedua kelompok harus sama. Analisis diskriminan mirip dengan regresi linear berganda multivariabel regression . Perbedaannya, analisis diskriminan dipakai kalau faktor dependennya kategoris maksudnya kalau menggunakan sklala ordinal ataupun skala nominal dan faktor independennya menggunakan skala metrik interval dan rasio. Sedangkan dalam regresi independen, bisa metrik maupun nonmetrik. Model analisis diskriminan adalah sebuah persamaan yang menunjukkan suatu kombinasi linier dari berbagai variabel independen, Simamora 2005. Model analisis diskriminan berkenaan dengan kombinasi linear yang bentuknya sebagia berikut : ik k ij j i i i i X b X b X b X b X b b D + + + + + + + = 3 3 2 2 1 1 Dengan : i D = nilai skor diskriminan dari responden objek ke-i. Dimana i = 1, 2, . . . , n. D merupakan variabel tak bebas. ij X = faktor atribut ke-j dari responden ke-i j b = koefisien atau timbangan diskriminan dari faktor atau atribut ke-j ij X = faktor bebasprediktor ke-j dari responden ke-i, juga disebut atribut, seperti disebutkan diatas. Koefisien atau timbangan weigh fungsi diskriminan b j diperkirakan sedemikian rupa sehingga kelompok katagori mempunyai nilai fungsi diskriminan skor yang sangat berbeda. Kalau ada dua katagori A dan B, nilaiskor fungsi diskriminan dari kelompok Universitas Sumatera Utara yang satu A sangat berbeda dengan kelompok ke dua B. kalau ada tiga kelompok A, B, dan C. Nilai fungsi diskriminan kelompok A sanngat berbeda dengan kelompok B dan sangat berbeda dengan kelompok C. Ini terjadi kalau rasio sum of squares antara kelompok dengan sum of squares dalam kelompok untuk nilaiskor fungsi diskriminan maksimum atau rasio varian antar-kelompok dengan varian dalam kelompok sebesar mungkin maksimum. Objek dalam kelompok homogen atau relatif homogen, sedangkan antar-kelompok sangat heterogen. Setiap kombinasi linear prediktor lainnya akan memberikan nilai rasio yang lebih kecil, Supranto 2004. Menurut Maholtra 1999, analisis diskriminan terdiri dari lima tahap, yaitu : 1. Merumuskan masalah, tahap ini mencakup jawaban atas pertanyaan kenapa analisis diskriminan dilakukan latar belakang masalah dan apa tujuan analisis diskriminan, termasuk variabel-variabel apa yang dilibatkan. 2. Mengestimasi fungsi diskriminan, estimasi dapat dilakukan setelah sampel analisis diperoleh. Ada dua pendekatan umum yang diperoleh. Pertama, metode langsung direct method, yaitu suatu cara mengestimasi fungsi diskriminan dengan melibatkan faktor-faktor prediktor sekaligus. Setiap faktor di masukkan tanpa memperhatikan kekuatan diskriminan masing-masing faktor. Metode ini baik kalau faktor-faktor prediktor dapat di terima secara teoritis. Kedua, stepwise method dalam metode ini faktor prediktor di masukkan secara bertahap, tergantung pada kemampuannya melakukan diskriminan grup. Metode ini cocok kalau peneliti ingin memilih sejumlah faktor prediktor untuk membentuk fungsi diskriminan. 3. Memastikan signifikansi determinan. 4. Interpretasi output. 5. Uji signifikansi, tak ada gunanya mengintepretasi hasil analisis diskriminan kalau fungsinya tidak signifikan. Suranto dan Riza 2005, melakukan penentuan strategi pemasaran berdasarkan perilaku konsumen dengan metode diskriminan, di dapat hasil bahwa model diskriminan yang ada ternyata valid dan dapat digunakan, karena mempunyai tingkat ketepatan prediksi dari model adalah 60,7, yaitu lebih besar dari 50 dan juga mempunyai grup validasi silang yang terklasifikasi dengan baik sebesar 60,7 Universitas Sumatera Utara sehingga terdapat perbedaan perilaku yang nyata antara konsumen yang sering berbelanja dengan mereka yang jarang berbelanja di PT. Gudang Rabat Alfa Retailindo. Untuk model diskriminan dengan tiga kelompok, pembagian faktor bebas tidak seperti kasus dua kelompok, yakni ‘langsung’ faktor A ke kelompok 1, faktor B ke kelompok 2 dan seterusnya. Pada kasus tiga kelompok, seluruh faktor bebas dilakukan proses reduksi faktor dahulu, yakni menjadi satu atau beberapa faktor. Setelah itu, setiap kelompok sering, cukup dan jarang akan ditentukan lebih cenderung masuk ke faktor yang mana. Jadi dasar pembagian adalah faktor dan bukan faktor bebas yang semula.

1.5 TUJUAN PENELITIAN